Edukasi & Inspirasi Finansial dari Amar Bank – Agar kamar tidur anak terasa lebih nyaman dan bikin betah, merenovasi dan mendekorasi ulang ruangan ini patut menjadi pertimbangan kamu. Tapi, bagaimana bila bujetmu tak banyak?
Eits, jangan khawatir! Ada 4 tips merenovasi kamar tidur anak dengan anggaran terbatas yang bisa kamu ikuti. Cara ini ampuh untuk kamu coba, lho!
Tunaiku dari Amar Bank bisa bantu kamu dapatkan dana tambahan untuk renovasi kamar. Cari tahu di sini.
1. Pertama, tentukan dulu tema yang sesuai
Kamar anak-anak perlu dibuat semenarik mungkin agar si kecil bisa nyaman berada di kamarnya. Maka, sebelum merenovasi, pastikan kamu sudah menyusun tema terlebih dulu.
Tema ini akan menjadi panduanmu dalam melakukan renovasi dan dekorasi yang sesuai. Tema bisa disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, serta hal-hal yang menjadi kesukaannya.
2. Kedua, susun anggaran sebelum mulai bekerja
Nah, setelah tema ditentukan, kamu bisa mulai menyusun anggaran untuk menyulap ruang tidur si kecil. Tentukan perlengkapan apa saja yang mesti diperoleh dan berapa perkiraan harganya.
Misalnya cat tembok, tempat tidur, lemari, meja belajar, karpet, pendingin ruangan, dan wallpaper. Kamu bisa riset harga di internet atau survei langsung ke toko bahan bangunan.
Bila kamar ingin direnovasi, maka kamu juga harus memperhitungkan biaya bahan bangunan seperti lantai keramik, plafon, plus jasa tukangnya, lho.
Kalau ternyata dananya tidak mencukupi, jangan ragu untuk pakai Tunaiku dari Amar Bank. Cari tahu di sini!
3. Ketiga, jangan ragu berkreasi dengan pernak-pernik buatan sendiri
Jika ingin mengoptimalkan tema dan memangkas pengeluaran untuk membeli dekorasi dan pernak-pernik ruangan, kamu dapat berkreasi dengan benda-benda Do It Yourself alias DIY.
Manfaatkan saja benda-benda tak terpakai di sekitarmu untuk dijadikan dekorasi ruangan nan unik. Kamu bisa dengan mudah mencari tutorial-nya lewat Youtube maupun situs-situs DIY stuffs.
4. Lakukan renovasi dengan rencana jangka panjang
Sejak awal, pertimbangkan untuk membuat rencana renovasi jangka panjang. Pilih material yang bisa bertahan lama, serta dekorasi yang kira-kira tidak mudah basi di mata anak.
Dengan begitu, kamu tidak perlu sering-sering melakukan renovasi, sehingga tidak perlu pusing memikirkan biaya renovasi kamar terus-menerus.
Bagaimana jika ternyata dana yang tersedia belum cukup untuk menggenapi anggaran yang dibutuhkan untuk renovasi ruang tidur anakmu? Jangan pupus harapan.
Kamu bisa mempertimbangkan untuk menggunakan pinjaman. Supaya pinjaman tidak terbebani, sejak awal pilihlah pinjaman yang aman dan terpercaya, serta buat strategi pembayaran untuk cicilan setiap bulannya.
Kurang lebih poin-poin di atas bisa menjadi panduan bagi kita yang berencana merenovasi kamar tidur si buah hati. Selamat mencoba!
Ingin renovasi rumah dan kamar, tapi biayanya belum ada? Tenang aja, pakai Tunaiku dari Amar Bank agar bisa dapatkan dana tambahan untuk renovasi. Cek DI SINI.
Jurusan Psikologi merupakan salah satu jurusan yang paling potensial saat ini. Soalnya jika diaplikasikan di dunia kerja, hampir setiap perusahaan membutuhkannya.
Apalagi kalau kamu melanjutkan pendidikan S2 Psikologi. Kesempatannya lebih terbuka luas. Inilah daftar beberapa universitas terbaik di Indonesia yang saya rekomendasikan buat kamu.
1. Universitas Gadjah Mada
Sudah cukup banyak para mahasiswa maupun mahasiswi terbaik UGM yang menorehkan prestasi di jurusan Psikologi. Khususnya yang melanjutkan tingkatan S2.
Mulai dari juara 1 saat memenangi ajang Psychofair 2018, ikut Miss Inspiring Wardah Yogyakarta 2018, hingga jadi runner up dalam ajang Putra Putri Praja Pariwisata 2018.
Kampus untuk melanjutkan pendidikan S2 ada di Jl. Sosio Humaniora Bulaksumur Yogyakarta. Biaya yang dianggarkan untuk merampungkan pendidikan ini sekitar Rp13 juta.
Untuk biaya lain seperti remedial maupun biaya hidup selama Praktik Kerja Profesi, semua ditanggung oleh pihak mahasiswa.
2. Universitas Indonesia
Meskipun sama-sama didaulat sebagai universitas yang setara kualitasnya dengan UGM, biaya pendidikan S2 di UI lebih terjangkau, yakni Rp11 juta hingga Rp15 juta.
Dalam program Magister Ilmu Psikologi, ad 4 peminatan. Sebut saja Psikologi Industri & Organisasi, Psikologi Sosial, Psikologi Perkembangan, hingga Terapan Psikologi Trauma & Bencana.
Alamat kampus untuk program pendidikan Psikologi ini ada di Jl. Lkr. Kampus Raya Blok Mawar No. 5, RT 03/RW05, Pondok Cina, Beji, Depok, Jabar. Persiapkan mental dan biaya yang diperlukan. Terutama persyaratan untuk masuknya.
IPK yang harus kamu miliki minimal 2,75 dan sudah menempuh minimal 75% dari jumlah mata kuliah yang ditawarkan.
3. Universitas 17 Agustus 1945
Buat kamu yang mau jadi bagian dari kampus S2 Psikologi di Untag, harap mendaftar antara bulan Mei-Agustus maupun Desember-Februari.
Sedangkan waktu perkuliahan setelah kamu diterima dimulai jam 09.00-16.00 khusus hari Minggu dan jam 18.00-21.00 untuk hari Senin-Jum’at. Alamat kampusnya ada di Jl. Semolowaru No. 45 Surabaya.
Cukup banyak pihak-pihak yang sudah bekerja sama dengan Untag. Mulai dari RSUD Kab. Jombang, RSJ Menur Surabaya, sampai Indoprima Group Surabaya. Totalnya kurang lebih 45 mitra. Biaya pendidikannya cukup mahal, yakni Rp52 juta.
Namun, bisa lebih ringan lagi kalau kamu berhasil menorehkan prestasi untuk membawa nama baik Untag.
4. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kampus S2 jurusan Psikologi UMS berada di Gedung Pascasarjana Lantai 4. Persisnya di Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta. Biaya yang diperlukan untuk menjalani pendidikan Psikologi ini sekitar Rp23 juta.
Saran saya, lebih baik ikuti program beasiswa seperti BBUMD, Beasiswa Prestasi, hingga Prioritas Internasional.
Dengan mengikuti berbagai program beasiswa itu, secara langsung akan mengangkat derajatmu di lingkungan kampus. Lebih dari itu. Bila beruntung dan berhasil meraihnya, bukan nggak mungkin biaya yang tadinya Rp23 juta bisa dimudahkan menjadi digit lebih kecil.
Peminatan program pascasarjana Psikologi di Atma Jaya terdiri dari psikologi Pendidikan, Psikologi Klinis Dewasa, dan Psikologi Industri.
Dengan menyandang status terakreditasi A dari BAN-PT, biaya pendidikan di universitas ini mencapai Rp50 juta kalau lengkap 4 semester. Alamatnya berada di Jl. Jend. Sudirman, Semanggi, Setiabudi, Jaksel.
Kelima universitas untuk program S2 Psikologi tersebut sama-sama yang terbaik dan sangat direkomendasikan. Bukan hanya versi saya, tetapi juga para alumnus yang pernah belajar di sana.
Mungkin beberapa ada yang terkesan mahal dan sebagainya. Tentu bukan soal kalau ditargetkan untuk meningkatkan kualitas hidup sehari-hari, kan?
SWARA – Setelah menjalani ujian akhir, siswa SMA biasanya mulai mencari pilihan universitas. Terkadang bahkan pencarian itu dimulai jauh-jauh hari sebelum ujian akhir dimulai. Bagaimanapun, kehidupan kuliah bakal berpengaruh banget buat kariermu ke depan. Jadi, tentu kamu nggak boleh sembarangan memilih kampus.
Setiap orang pasti mau yang terbaik dan harganya terjangkau. Jadi, pilihannya jatuh pada universitas negeri. Selain dua alasan di atas, lulusan universitas negeri cukup dilirik oleh para perusahaan. Berikut adalah daftar universitas negeri terbaik di Surabaya yang bisa kamu jadikan pilihan.
Universitas ini berdiri pada 19 Desember 1964. UNESA, yang awalnya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surabaya (IKIP Surabaya), saat ini memiliki 7 fakultas yang berada di dua lokasi. Pertama adalah yang terletak di kompleks Ketintang, yakni, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum.
Sedangkan tiga fakultas lainnya terletak di Lidah Wetan, yakni, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Bahasa dan Seni. Biaya kuliah di UNESA mulai dari Rp500 ribu hingga Rp6 juta setiap semester. Alamatnya di Jalan Raya Kampus Unesa, Lidah Wetan, Lakarsantri.
2. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Visi awal ITS adalah untuk mendidik mahasiswanya di bidang sains dan teknologi. ITS memiliki tiga kampus yakni Kampus ITS Sukolilo, Kampus Manyar untuk program D-3 dan D-4 Teknik Sipil, serta Kampus ITS Cokroaminoto untuk Magister Manajemen dan Lembaga Kerja Sama. Biaya kuliah di sini mulai dari Rp500ribu sampai Rp7,5 juta, tergantung kemampuan orang tua. Alamatnya di Jalan Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Keputih, Sukolilo.
3. Universitas Airlangga (UNAIR)
Universitas Airlangga (disingkat UNAIR) memiliki fakultas yang cukup lengkap yang bisa kamu pilih sesuai minat. Universitas ini berdiri pada 10 November 1954. Memiliki tiga kampus yang masing-masing beralamat di: Kampus A berada di Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya, Kampus B di Jl. Airlangga No. 4-6 Surabaya dan kampus C Mulyorejo, Surabaya. Kisaran kuliah di universitas ini mulai dari dari Rp500 ribu hingga belasan juta rupiah.
4. Universitas Trunojoyo (UNIJOYO)
Universitas ini terletak di Kabupaten Bangkalan (Madura). Universitas ini juga memiliki pilihan fakultas yang cukup lengkap dengan luas kampus 28,5 hektare yang terletak sekitar lima kilometer dari Pelabuhan Kamal Madura. Kampus ini menerapkan biaya kuliah yang terjangkau yakni mulai dari Rp500ribu hingga Rp3 juta.
5. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UIN Sunan Ampel)
Universitas ini menyelenggarakan pembelajaran ilmu-ilmu keislaman multidisiplin juga sains dan teknologi. Nama universitas ini sendiri diambil dari salah satu Walisongo, yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. UIN Sunan Ampel terletak di Jalan Ahmad Yani No. 117, Jemur Wonosari dengan biaya kuliah Rp400 ribu – Rp2,9 juta.
6. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)
Universitas ini menerapkan pendidikan vokasi yang mengkhususkan pengajaran di bidang teknik elektro. Keunggulannya di bidang robotika banyak dilirik karena sudah berhasil membuktikan diri dengan memenangkan Kontes Robot Indonesia selama 12 kali berturut-turut. PENS beralamat di Kampus ITS Sukolilo, Jalan Raya ITS, Surabaya. Uang kuliah di sini mulai dari Rp500 ribu sampai Rp8,5 juta per semester.
Universitas ini mengkhususkan diri pada pendidikan vokasional perkapalan dengan pengutamaan marine manufacture. PPNS mengembangkan diri dengan menjalin kerja sama dengan banyak pihak. Contohnya di bidang produksi kapal kecil, desain, inspeksi, pengujian bahan DT&NDT, dan lainnya. PPNS berlokasi di Kampus ITS Sukolilo, Jl. Teknik Kimia, Keputih, Sulolilo. PPNS menerapkan biaya kuliah Rp500 ribu sampai Rp5 juta setiap semester.
SWARA – Apa yang memotivasi kamu untuk belajar memasak? Banyak hal yang bisa jadi alasan kenapa kita tertarik sekolah kuliner. Bisa karena minat dan hobi, bisa juga karena ingin belajar menjadi istri atau suami yang baik, he-he-he, atau bisa juga karena ingin memulai bisnis kuliner.
Nah, omong-omong soal bisnis kuliner, buat kamu yang tinggal di Surabaya khususnya, pas banget, nih, buka usaha di bidang ini. Soalnya, Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menawarkan serangkaian makanan dari berbagai cita rasa, lokal dan internasional.
Melihat potensi dan peluang bisnis yang tinggi dari kuliner kota Surabaya, beberapa pengusaha di bidang kuliner dan chef ternama mendirikan sekolah kuliner dengan metode dan waktu studi yang beragam.
Mulai dari kursus singkat sampai pendidikan standar diploma tiga. Bahkan, jika kamu sibuk dan kekurangan waktu, kamu dapat mengambil kursus kuliner dalam waktu beberapa hari saja, lho! Penasaran? Mari simak penuturannya!
Artikel Terkait: Butuh Inspirasi Sukses dalam Bidang Kuliner?
Didirikan pada awal tahun 2012 silam, Ottimmo International MasterGourmet Academy menjadi salah satu pilihan bagi kamu yang tertarik berkarier menjadi chef profesional dan mendalami kuliner internasional.
Digagas oleh Chef Zaldy Iskandar, yang sudah lebih dulu malang melintang dalam dunia kuliner internasional. Ia sendiri pernah menjabat sebagai anggota Research Chef Association di Amerika Serikat dan mengikuti pendidikan kuliner profesional di Swiss dan Amerika Serikat.
Ottimmo International MasterGourmet Academy bukan hanya mempunyai misi untuk mendidik calon koki dengan pengetahuan dan keterampilan semata, melainkan juga membangun calon koki dengan moral, kode etik, dan karakter yang bertanggung jawab.
Kurikulum yang diajarkan terdiri atas 80% keahlian memasak dan 20% ilmu manajerial dalam kuliner. Selain itu, sekolah kuliner ini bukan hanya fokus pada proses memasak, tetapi juga fokus pada standar dapur internasional.
Murid sekolah ini akan diperkenalkan dengan dapur panas dan dingin, gudang bumbu dan rempah, bakery lab, serta oven dengan kualitas restoran internasional. Pendidikan dapat ditempuh selama kurang lebih tiga tahun dengan predikat setara dengan D3.
2. Bogasari Baking Center (BBC)
Perusahaan Bogasari sejak didirikan tahun 1971 silam sudah dikenal masyarakat sebagai salah satu perusahaan penggilingan tepung terigu terbesar di Indonesia. Menyusul pada tahun 1981, Bogasari mendirikan Bogasari Baking Center atau biasa disingkat “BBC”.
BBC adalah sarana untuk kamu bisa belajar membuat aneka kue seperti kue jajanan pasar, pastry, dan lain-lain. BBC ini juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bagaimana cara mengaplikasikan dan mengolah tepung terigu dengan tepat–serta mencetak wirausahawan baru yang bisa bergerak di bidang kuliner.
Bukan hanya kue, kamu juga diajari untuk membuat dan mengolah makanan dengan bahan dasar tepung seperti mi dan dimsum.
Apabila kamu berminat mengikuti program disini, kamu dapat memilih satu dari tiga program yaitu program satu, tiga, atau lima hari. Selain itu, BBC juga membuka program Boga Kid Holiday bagi anak-anak sekolah setara kelompok bermain sampai SMP yang sedang libur sekolah.
Bambang Eko Harianto, selaku kepala BBC menuturkan bahwa perbedaan BBC dengan kursus masak lainnya adalah BBC mengedepankan praktik memasak secara langsung bukan dengan hanya melihat demo masak, kemudian hasil praktik boleh langsung di bawa pulang.
3. Made D’Line Culinary Institute
Berlatar dari rasa cinta akan cita rasa kuliner tanah air dan keinginan untuk lebih mengibarkan makanan Indonesia ke kancah internasional, Lenawati Maslim mendirikan Made D’Line Culinary Institute untuk menjadi wadah agar bisa mengasah kemampuan kuliner Indonesia sampai kelas internasional.
Made D’Line Culinary Institute memberikan pelatihan dan pembinaan dalam beberapa waktu dengan tingkat pendidikan setara diploma satu dan dua. Institusi ini membuka dua bidang konsentrasi yaitu culinary dan baking pastry, serta diarahkan untuk bisa mendalami makanan Indonesia, luar negeri, dan juga fusion.
4. The Sages Institutes International
The Sages Institute International didirikan sejak tahun 2006 silam, sebagai wadah bagi warga dan juga pendatang kota Surabaya untuk mengasah seni dan ilmu memasak dari tenaga pengajar yang ahli serta untuk mempelajari ilmu hospitality management sebagai bekal untuk dapat berwirausaha dalam bidang kuliner.
Apabila kamu tertarik, kamu dapat mengambil konsentrasi culinary arts atau baking and pastry. Pada kedua konsentrasi tersebut kamu diajarkan cara untuk mengolah makanan khas lokal dan mancanegara secara artistik sambil ditunjang dengan pengetahuan dan pemahaman tentang teknologi makanan.
Artikel Terkait: Tertarik untuk Mencoba Bisnis Kuliner?
Bagi kamu yang ingin masuk sekolah kuliner tepercaya, kamu dapat mencoba mendaftar di Surabaya Hotel School (SHS). Setelah didirikan pada tahun 1988 silam, Bagus Supomo, pendiri sekaligus direktur eksekutif SHS memaparkan, sekolah ini ada sebagai wadah untuk anak-anak yang mencintai dunia kuliner dan perhotelan, serta ingin mengembangkan kemampuannya pada bidang terkait.
Terdapat tiga program studi pada bidang kuliner yang dapat kamu ambil yaitu program studi Food Product, Pastry Bakery, dan F&B Service (Bartending). Masing-masing program studi memiliki lama pendidikan sekitar satu tahun dengan biaya mulai Rp6 juta sampai Rp15 juta. Apakah kamu tertarik?
Setelah membaca artikel tersebut, pastinya jadi semakin tertarik untuk daftar sekolah kuliner di Surabaya, kan? He-he-he. Oh iya, kalau kamu butuh tambahan dana untuk biaya sekolah, bisa banget coba ajukan pinjaman Tunaiku, ya!
SWARA – Tampaknya sebentar lagi akan berlaku era new normal di Indonesia atau era normal baru. New normal sendiri memiliki arti yang cukup unik, karena bisa dibilang orang-orang akan kembali ke rutinitas biasanya tapi dibarengi dengan protokol-protokol baru.
Dilansir dari Kompas, new normal ini adalah salah satu strategi yang diterapkan oleh negara selama belum ditemukannya vaksin atau obat untuk virus corona. Beberapa protokol yang akan berlaku berupa pembatasan jumlah orang yang berkumpul dalam satu tempat, pemakaian masker secara wajib selama ada di tempat umum, dan pemeriksaan suhu tubuh di setiap pintu masuk gedung perkantoran, sekolah, atau mall.
Perubahan perilaku di era normal yang baru
Masih segar diingatan saya ketika kantor memberlakukan aturan bekerja dari rumah di pertengahan Maret karena angka penderita Covid-19 semakin meningkat. Sejak itu hidup tidak lagi sama: saya bekerja dari rumah sampai artikel ini ditulis, hampir di setiap sudut rumah ada hand sanitizer, kebersihan rumah dijaga ekstra, cuci tangan lebih sering sampai kulit kering, dan mulai belanja barang-barang aneh secara online.
Saya rasa perilaku seperti ini tidak akan berhenti begitu saja walaupun sudah ada kelonggaran dalam beraktifitas yang diperbolehkan oleh pemerintah. Menurut Forbes, ada beberapa perilaku yang tidak akan mudah berubah walau corona sudah berlalu, antara lain:
1. Lebih hati-hati mengatur keuangan
Krisis ekonomi secara global secara keras menampar berbagai kalangan ketika Covid-19 mewabah. Banyak yang kehilangan pekerjaan, bisnis jatuh berguguran, dan orang banyak yang terpaksa merogoh kantong lebih dalam untuk penuhi kebutuhan harian.
Hal ini membuat orang jadi lebih hati-hati dalam mengatur keuangannya ketika pendapatannya sudah normal. Yang tadinya tidak punya tabungan pun akan semakin gencar untuk menabung.
2. Halo, dunia virtual!
Walau sekolah sudah mulai dibuka dan kegiatan perkantoran akan kembali seperti biasa, dikarenakan adanya protokol khusus, rasanya kegiatan seperti kerja dari rumah akan tetap diberlakukan. Setidaknya mungkin tidak full-time kerja di kantornya. Begitu juga dengan berbelanja, perilaku belanja online dikatakan masih akan berlanjut walau Covid-19 sudah berlalu.
Berada di dalam rumah yang aman saja, orang-orang masih dihantui rasa takut tertular virus Covid-19. Boro-boro mau ke rumah sakit, kalau memungkinkan, lebih baik konsultasi ke dokter via chat saja, deh. Dan karena belum ada kepastian kapan Covid-19 ini selesai atau vaksinnya ditemukan, orang-orang pun belum akan berani untuk pergi ke rumah sakit untuk periksa kesehatan kalau nggak mepet sekali.
Selain itu, orang-orang dinilai akan tetap menjaga kebersihan dan kesehatan lebih ekstra dari biasanyanya. Mereka lebih concern untuk tetap sehat, daripada harus ke rumah sakit untuk mengobati.
4. Tetap memilih untuk berkegiatan di rumah
Banyaknya batasan yang diberlakukan tampaknya akan membuat orang tetap memilih untuk menghabiskan waktu lebih banyak di rumah, sama seperti ketika diberlakukannya PSBB. Mungkin karena sudah terbiasa atau masih belum yakin kalau kondisi di luar rumah itu aman dari penyakit.
Hal ini juga berpengaruh untuk yang hobi travelling. Mungkin selama di rumah sudah beriming-iming setelah coronavirus ini reda, siap-siap mau liburan ke tempat impian. Tapi karena belum ada kepastian kapan ini akan berakhir 100%, maka banyak yang mengurungkan diri untuk travelling dengan bebas.
Peluang bisnis saat masuk new normal di Indonesia
Dengan adanya perubahan perilaku masyarakat selama menjalani physical distancing karena Covid-19, ini sebenarnya membuka peluang bisnis baru bagi para pelaku bisnis. Terutama bila kamu baru merintis atau memulai kembali bisnismu. Berikut beberapa ide yang bisa dicoba.
1. Coaching soal finansial
Hal ini sebenarnya sudah tidak asing lagi, karena sekarang pun banyak akun media sosial atau media yang menyediakan konten edukasi finansial (uhuuuk…SWARA!) yang mudah dicerna oleh audience-nya. Mulai dari cara mengatur keuangan, dana darurat, sampai tips investasi.
Tapi dengan perubahan perilaku orang yang akan semakin hati-hati dalam mengatur keuangan, bisnis coaching seputar finansial tentunya akan semakin diminati. Jadi untuk kamu yang memang memiliki latar belakang ilmu yang sesuai, tidak ada salahnya mencoba merintis jenis bisnis seperti ini.
2. Layanan kesehatan online
Memang sudah ada beberapa perusahaan yang menyediakan jasa konsultasi dengan dokter via aplikasi dan sepertinya selama physical distancing ini semakin banyak yang memanfaatkan fasilitas ini. Ke depannya, diperkirakan bisnis seperti ini akan semakin berkembang dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Selain layanan kesehatan online, salah satu bisnis yang akan berkembang dan diminati orang adalah minuman dan makanan herbal yang bisa meningkatkan imunitas tubuh. Sejak Presiden Joko Widodo menyarankan untuk minum jamu setiap hari, masyarakat pun semakin gencar mengonsumsi minuman jahe, kunyit, temulawak, dan sebagainya.
Bahkan jika kamu memperhatikan, banyak produk minuman kemasan yang tadinya tidak menjual jamu jadi mengambil kesempatan ini agar tidak ada pelanggan yang terlewat. Kamu bisa coba baca cerita perjalanan bisnis Rahsa Nusantara, siapa tahu bisa menginspirasi.
4. Pelatihan untuk menjadi wirausahawan
Meningkatnya angka pengangguran karena Covid-19, menginspirasi orang untuk mencoba pola baru dalam berkarier. Yang tadinya kerja di kantoran, mungkin berpikir untuk mulai bangun usaha sendiri.
Hal ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pelatihan kewirausahaan bagi mereka yang ingin banting stir. Pelatihannya bisa dimulai dari platform digital dulu, seperti YouTube atau media sosial lainnya, karena kemungkinan kita diperbolehkan berkumpul di satu ruangan itu masih dalam waktu yang lama.
5. Keperluan renovasi rumah
Banyaknya meluangkan waktu di rumah tanpa sadar mendorong kita untuk merapikan atau merenovasi rumah. Bukan cuma untuk mempercantik rumah, tapi keinginan untuk bisa mereparasi perabotan rumah sendiri tanpa bantuan tukang pun muncul.
Menurut CNBC, selama pandemi Covid-19 ini, banyaknya orang yang mencari cara untuk reparasi dan renovasi di internet meningkat 140%. Jadi sangat memungkinkan kalau bisnis yang menyediakan keperluan untuk renovasi akan meningkat permintaannya bahkan setelah new normal di Indonesia berjalan.
6. Produk kecantikan rumah
Selama Covid-19 ini saya sama sekali nggak bisa pergi ke salon dan akhirnya memutuskan untuk bleaching dan cat rambut sendiri dengan kemampuan ala kadarnya. Hal ini nggak cuma dialami saya sendiri, tapi banyak teman yang akhirnya juga mulai bereksperimen dengan rambutnya sendiri.
Bagi yang punya salon, ini bisa jadi peluang untuk menjual produk salonmu dalam bentuk kemasan yang bisa dicoba sendiri oleh pelanggan di rumah. Atau jika baru akan memulai bisnis, kamu bisa coba cek ombak, tren kecantikan apa sekarang yang lagi naik daun. Kamu juga bisa coba jadi reseller atau distributor beberapa produk sekaligus.
Usaha travel terkena dampak yang cukup parah selama Covid-19 ini, tapi bukan berarti akan lesu selamanya. Walau perlahan, dilansir dari katadata.co.id, ada titik cerah bagi tujuan pariwisata lokal. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan sulitnya proses traveling ke luar negeri, maka orang-orang yang punya hobi travelling (dan tampaknya tak sabar sekali untuk jalan-jalan) akan cenderung memilih destinasi lokal.
Hal ini bisa dimanfaatkan oleh para pemilik travel yang mulai menyusun strategi untuk new normal di Indonesia. Perbanyak penawaran liburan dalam negeri dan cari tahu lebih banyak tentang tempat yang belum banyak diketahui orang.
8. Masker dan Pelindung Wajah
Masker sudah bukan hal yang baru lagi untuk dipakai, bahkan sebelum Covid-19 masuk ke Indonesia pun. Tapi sejak wabah coronavirus Covid-19 ini berkembang, pemakaian masker menjadi sesuatu yang wajib. Dan dengan adanya protokol untuk tetap memakai masker di tempat umum, maka permintaan akan masker ini diprediksi tidak akan turun.
Selain masker, topi bertirai plastik yang bisa melindungi wajah dari terkena atau menularkan virus melalui air liur pun mulai dilirik pasar. Bisa jadi kedua barang ini menjadi bagian fashion di masa new normal di Indonesia. Tinggal kamu sebagai pebisnis melihat ini sebagai peluang usaha dan memasukan ide-ide kreatifmu.
Itu dia 8 ide bisnis yang punya potensi berkembang ketika memasuki era normal yang baru sebentar lagi. Tapi, sebelum kamu ingin memulai kembali bisnismu di saat new normal, cari tahu dulu apa saja yang kamu siapkan di sini.
Semoga artikel ini membantu, ya. Jangan lewatkan artikel Fokus Swara lainnya yang bisa bikin kamu jadi #PastiLebihSiap menghadapi new normal di Indonesia.
SWARA – Ketika saya mulai bekerja, saya baru tahu kalau ada yang namanya pembagian generasi berdasarkan tahun lahir. Setidaknya sampai sekarang ada 4 generasi yang masih atau sedang berjaya, yaitu Baby Boomer (1946-1964), Generasi X (1965-1979), Generasi Y atau Milenial (1980-1996), dan Generasi Z (1997-2012). Saya? Saya termasuk di Generasi Y atau Milenial, generasi yang sering jadi kambing hitam. Ha-ha-ha, mulai playing victim.
Tapi kali ini saya lebih ingin membahas tentang Generasi Z atau biasa disebut Gen Z. Gen Z merupakan generasi pertama yang sepenuhnya terpapar teknologi digital sejak mereka lahir. Jadi, nggak heran kalau mereka nggak bisa membayangkan dunia tanpa internet. Tahun mereka lahir adalah tahun internet sedang berkembang dan bisa dipakai secara komersial.
Sehingga, ketika generasi ini bertumbuh, internet menjadi bagian erat dalam hidup mereka. Mereka menggunakan internet untuk bersosialisasi, mencari informasi, termasuk menunjukkan jati diri. Perilaku yang tech savvy ini bukan hanya mempengaruhi perkembangan kultur di masa depan, tapi juga bagaimana generasi yang satu bisa mengendalikan tren konsumerisme pasar.
3 pertanyaan penting untuk Generasi Z
Gen Z disebut-sebut siap menggeser tren perilaku konsumerisme generasi-generasi sebelumnya. Menurut McKinsey, pada tahun 2020, Gen Z sudah bisa mewakili 40% total konsumen secara global. Sehingga bisa dibilang cara mereka menghabiskan uang atau cara mereka memandang sebuah brand menjadi penting untuk diperhitungkan oleh para pengusaha agar produk dagangannya laku di pasaran.
Sekarang, kalau kamu sebagai pemilik usaha, apa saja kira-kira yang harus kamu perhatikan untuk memasarkan produk kamu, jika pasar yang kamu sasar ini adalah si Gen Z ini? Ada 3 pertanyaan yang harus kamu bisa jawab:
Apa yang mereka suka?
Bagaimana cara mereka berkomunikasi?
Apa yang menjadi penting bagi mereka?
Jika kamu sudah memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan ini, bukan hanya bisa menyasar Gen Z, tapi kamu bisa menciptakan hubungan dengan calon konsumen dan menyiapkan bisnis di masa depan. Jadi mari kita coba jawab satu per satu, yuk!
4 Karakter Generasi Z yang Utama
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus tahu dulu karakter Generasi Z ini seperti apa. Dikumpulkan dari berbagai sumber, ada 4 karakter utama yang bisa kita ambi, antara lain:
1. Generasi yang akrab dengan isu sosial
Berbeda dari beberapa generasi sebelumnya, Gen Z bisa dibilang merupakan generasi yang punya perhatian besar dengan isu sosial. Masih ingat dengan Gretta Thunberg, seorang aktivis muda berumur 16 tahun, yang rela untuk bolos sekolah demi menyuarakan aksinya tentang perubahan iklim?
Lalu ada juga Nadya Okamotoa, berumur 22 tahun, pendiri PERIOD, yang memulai gerakan non-profit memberikan pembalut secara gratis pada tunawisma di Amerika sejak tahun 2014. Selain mereka berdua, masih ada banyak lagi Generasi Z yang dikenal sebagai aktivis yang vokal dengan isu-isu sosial.
Apakah produk yang mereka pakai mendukung isu sosial yang ada? Apakah produk yang mereka beli mendukung gerakan positif? Apakah produk yang mereka konsumsi merugikan alam dan kelompok minor? Apakah produk ini membantu saya untuk membantu orang lain?
2. Mereka suka mengekspresikan diri
Kalau kita intip lagi media sosial yang sedang tren sekarang, misalnya Instagram dan TikTok, kedua platform tersebut bisa dibilang dikuasai oleh anak remaja sampai dewasa muda yang masih berumur awal 20an.
Awalnya TikTok mungkin dikenal sebagai media sosial yang berisikan orang joget-joget saja, tapi kalau kita mau lihat lebih dalam lagi, sekarang banyak penggunanya menjadikan TikTok sebagai wadah untuk mengekspresikan diri. Bahkan nggak jarang ditemukan content creator yang idenya sangat kreatif.
3. Suka jadi diri sendiri dan punya ciri khas
Pasti pernah dengan slogan ‘be yourself’, kan? Bisa dikatakan Gen Z adalah penganut setia slogan ini. Mereka mengekspresikan diri mereka dengan cara mereka sendiri, tidak mau sama dengan yang lain. Harus terlihat unik dan orisinil.
Ketika saya masih sekolah, yang namanya satu geng harus terlihat sama dan kompak, baik dari dandanan atau cara berbicara. Sekarang? Setiap remaja yang saya lihat di mall atau beberapa tempat nongkrong punya style-nya masing-masing.
Bahkan ketika saya bertanya pada salah satu junior di kantor, yang kebetulan kelahiran 1997, salah satu alasan ia bisa terikat dengan salah satu brand adalah brand tersebut menawarkan sesuatu yang ‘dia banget’.
4. Suka terkoneksi secara global
Generasi Y adalah pencicip pertama dunia maya untuk berkomunikasi di ruang chat, seperti lewat Yahoo! Messenger atau Facebook Messenger. Tapi yang membedakan Gen Y dengan Gen Z adalah Gen Z melakukan komunikasi ini secara global, bukan hanya dengan teman di dunia nyata.
Menurut McKinsey, Generasi Z suka berkomunikasi dengan siapa saja di dunia maya, bahkan tidak jarang yang akhirnya membentuk suatu komunitas. Tapi hal ini tidak menjadikan mereka eksklusif, karena mereka juga memiliki kecenderungan untuk saling silang komunitas, sehingga memperluas jangkauan pertemanan.
5 hal yang bisa dilakukan para pengusaha
1. Alih-alih terus mengiklankan produk, kenalkan value perusahaanmu
Ketika ingin memasarkan sebuah produk, banyak perusahaan fokus menawarkan harga termurah dan promo tanpa batas. Ini mungkin bisa berhasil, tapi tidak sepenuhnya untuk Gen Z. Sebagai generasi yang fasih menggunakan internet, mereka bisa dengan mudah mencari informasi tentang produkmu. Mereka tidak akan langsung tertarik jika kamu memasarkan produk hanya bermodalkan promo harga miring.
Yang menarik hati para Generasi Z ini adalah apa value atau nilai-nilai yang perusahaanmu tawarkan kepada mereka. Salah satu contoh, kembali ke junior saya, dia mengatakan ada alasan khusus kenapa ia memilih suatu produk sepatu. Produk sepatu tersebut membuat campaign tentang “Greatness” di mana mereka memberikan inspirasi kalau sesuatu yang hebat itu bisa dimulai dari hal sederhana dan terwujud di kehidupan sehari-hari.
Nilai empowerment yang diemban oleh si perusahaan sepatu inilah yang diambil oleh junior saya dan harga sepatu yang mahal jadi urusan belakangan.
Sama halnya ketika orang menjual produk-produk ramah lingkungan. Yang ditawarkan oleh mereka adalah jika konsumen mengonsumsi atau membeli produk tersebut, artinya mereka juga ikut melestarikan alam dan menjaga bumi di masa depan. Hal-hal seperti inilah yang lebih menarik untuk Gen Z dalam memilih produk.
Jadi ketika ingin menyasar pasar ini, apa value perusahaan yang bisa kamu tawarkan bagi mereka?
2. Peka dengan kondisi sosial sekarang
Bukan hanya mementingkan value perusahaan, Gen Z juga cenderung lebih memilih produk yang peka dengan apa yang sedang terjadi di dunia. Kita ambil contoh nyata yang sedang terjadi, yaitu COVID-19.
Dilansir dari Vogue Business, hasil wawancara dari 8 Generasi Z akan mulai menghindari produk-produk yang memperlakukan karyawannya dengan tidak adil selama adanya COVID-19 ini. Contohnya perusahaan Amazon yang menolak memfasilitasi karyawannya alat-alat perlindungan yang baik selama wabah terjadi. Hal ini membuat mereka jadi berpikir ulang kalau ingin membeli sebuah produk, apakah mereka dari perusahaan yang bertanggung jawab atau tidak.
Berbeda dengan Generasi Baby Boomer (atau ini cuma orang tua saya aja? He-he-he) yang mudah tergiur dengan kata-kata “Produk No.1” atau “Best Seller”, Generasi Z nggak menjadikan hal itu sebagai daya tarik. Tidak tergiur dengan gembar-gembor soal prestasi, mereka lebih suka melihat apa dampak yang diberikan perusahaan bagi kondisi terkini.
Salah satu contohnya apakah perusahaanmu ikut membantu mereka agar jadi #PastiLebihSiap dalam menghadapi era normal yang baru dan lebih baik?
3. Temui mereka di “tempat” yang tepat
Di mana Gen Z menghabiskan waktu paling banyak? Internet. Temui mereka di sana. Menurut Forbes, bila dibandingkan Generasi Milenial yang rata-rata hanya menggunakan 3 perangkat elektronik untuk mendapatkan informasi, Gen Z rata-rata menggunakan 5, yaitu smartphone, TV, laptop, desktop, dan tablet.
Hal ini menjadi penting ketika kamu menentukan tempat untuk mengiklankan produk kamu. Fokus hanya ke satu channel saja tidak cukup, misalnya kalau hanya mengandalkan ads di Instagram saja, kamu bisa kehilangan mereka yang meluangkan waktu di YouTube. Begitu pula sebaliknya.
Jadi pastikan ketika memutuskan untuk memasarkan produk di platform digital, penyebarannya pun harus seimbang dan sesuai dengan data yang ada. Untuk info soal ini, kamu bisa mulai banyak membaca hasil penelitian dari berbagai perusahaan yang memang fokus pada penelitian konsumen.
4. Sediakan tempat untuk mereka berkarya dan berpartisipasi
Karena Gen Z memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan suka mengekspresikan diri, berikan mereka wadah untuk menyalurkan hal tersebut. Tantang mereka untuk menciptakan suatu content yang berkaitan dengan produkmu dan sebagai bentuk apresiasi, upload karya mereka di media sosial perusahaanmu.
Saya ingat salah satu produk pakaian bermotif batik yang setiap tahun mengundang konsumennya yang memakai produk mereka untuk ikut share foto momen Lebaran. Hasilnya nanti akan di-upload ke Instagram Story mereka saat itu juga.
Atau bisa juga mengadakan sesuatu yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan jualan produk, tapi lebih menarik mereka untuk berkomunikasi dengan produkmu. Saya selalu tertarik dengan challenge bingo yang ada di Instagram, yang mungkin nggak ada kaitannya sama sekali dengan penjualan, tapi bikin saya mudah ingat dengan suatu produk.
5. Bangun komunitas bagi Gen Z
Seperti yang sudah dikatakan, salah satu karakter Gen Z adalah mereka suka terkoneksi satu sama lain, dengan yang memiliki minat serupa. Bayangkan jika kamu punya suatu usaha baru dan hanya memiliki beberapa pelanggan, tapi pelanggan itu berpotensi mengajak orang lain untuk menjadi konsumenmu juga.
Jangan sampai terlewat dengan momen ini dan siapkan wadah untuk mereka saling terhubung. Tidak ada salahnya mulai memikirkan untuk mengadakan gathering secara rutin dengan menggunakan platform digital. Misalnya mengadakan talkshow di Instagram Live dan menyajikan topik yang memang sedang “in” di kalangan Gen Z. Bukan hanya bisa menarik perhatian mereka saja, bisa jadi ini berdampak juga ke konsumen dari generasi lain.
Nah, semoga tips-tips di atas berguna dan bikin #PastiLebihSiap bagi kamu yang ingin mulai menyasar Generasi Z sebagai konsumen. Semangat!
Di masa pandemi karena COVID-19 ini, semua orang sedang berusaha untuk bertahan secara finansial. Yang masih punya pekerjaan berusaha untuk menata keuangan sebaik-baiknya untuk persiapan ke depan, yang kehilangan pekerjaan berusaha untuk mencari penghasilan tambahan, dan yang memiliki cicilan juga berusaha untuk meminta keringanan dari pihak terkait. Maka bukan hal baru kalau banyak orang yang akhirnya memohon untuk diberikan restrukturisasi kredit atau relaksasi kredit.
Apa itu restrukturisasi kredit?
Dikutip dari OJK, restrukturisasi kredit adalah upaya usaha perbankan untuk mempertahankan performa perkreditan dengan cara memberikan kelonggaran pada debitur yang memiliki potensi gagal bayar. Contohnya di masa pandemi COVID-19, perbankan memberikan keringanan bayar bagi nasabah yang memiliki kesulitan membayar cicilan.
Hal ini juga bertepatan dengan pernyataan dari Presiden Indonesia, Joko Widodo, pada tanggal 24 Maret 2020, bahwa OJK memberikan kelonggaran atau relaksasi kredit usaha mikro dan usaha kecil di bawah Rp10 milyar, yang pembiayaannya diberikan oleh bank maupun instansi non-bank kepada debitur perbankan.
Restrukturisasi yang diberikan juga banyak jenis dan lama penundaannya, mulai dari 3 bulan, 6 bulan, sampai 12 bulan. Hal ini kembali lagi ke kebijakan bank masing-masing.
Siapa saja yang bisa mendapatkan restrukturisasi kredit?
Menurut POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional, debitur yang berhak mendapatkan keringanan adalah debitur, baik personal atau UMKM, yang memiliki kesulitan untuk membayar cicilan karena debitur atau usaha milik debitur terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari penyebaran COVID-19.
Adapun sektor perekonomian yang terkena dampaknya antara lain:
Pariwisata
Transportasi
Perhotelan
Perdagangan
Pengolahan
Pertanian
pertambangan.
Namun, setiap lembaga keuangan memiliki kebijakan sendiri dalam menentukan siapa yang bisa diberikan keringanan berupa restrukturisasi kredit. Jadi kalau memang melalui dokumen-dokumen pendukung terbukti debitur terkena dampak dari COVID-19 ini, kesempatan mendapatkan restrukturisasi lebih besar.
Lalu, opsi seperti apa yang ditawarkan program restrukturisasi kredit ini?
Ada beberapa opsi yang pastinya ditawarkan atau disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan, yang kebijakannya pasti berbeda-beda. Bank A dan Bank B bisa saja memiliki kebijakan restruk yang beda, tapi tujuannya tetap sama, yaitu memberikan keringanan bayar bagi debitur dan menjaga performa kredit dari bank tersebut.
Beberapa opsi restrukturisasi kredit tersebut antara lain:
1. Pengurangan nominal cicilan
Opsi ini akan memberikan kamu kesempatan untuk membayar dengan nominal yang lebih kecil per bulannya. Misalnya tiap bulan cicilanmu itu sejumlah Rp1.000.000, tapi karena kamu hanya sanggup bayar setengahnya, maka pihak bank bisa memberikan kamu keringanan dengan membayarkan Rp500.000 per bulan.
2. Permohonan penurunan suku bunga
Opsi ini meringankan kamu dari segi bunga. Bunga yang biasanya 3% per bulan, bisa menjadi 2%, tapi pembayaran cicilanmu tetap berjalan.
3. Penundaan bayar selama beberapa bulan
Ada juga opsi untuk menunda pembayaran cicilan sampai periode tertentu, maksimal 12 bulan. Hal ini tergantung dari kebijakan masing-masing bank dan tidak ada aturan pakem dari lembaga pengawas dari OJK.
Pada awalnya, tujuan awal imbauan restrukturisasi kredit itu ditujukan untuk pengusaha UMKM yang usahanya terkena dampak COVID-19. Namun, seiring berjalannya waktu, perlakuan ini juga berlaku untuk retail, atau perseorangan.
Yang harus kamu ingat, restrukturisasi kredit atau relaksasi kredit itu bukan berarti jadi bebas merdeka tanpa utang, ya. Utang kamu itu masih ada, tercatat, hanya saja pembayarannya ditunda sampai periode tertentu. Seperti yang disampaikan sebelumnya, ada yang mulai dari 3-12 bulan, tergantung kebijakan lembaga keuangan.
Nah, karena utang kamu tidak sepenuhnya hilang, ada beberapa konsekuensi atau risiko yang harus kamu perhatikan, sobats.
Yang pertama, durasi cicilan semakin panjang
Misalnya kamu memiliki cicilan selama 12 bulan. Lalu di bulan ke-5, kamu kehilangan pekerjaan karena COVID-19. Jadi, kamu mengajukan penundaan bayar cicilan dan diberikan keringanan selama 3 bulan oleh pihak bank.
Total periode cicilan kamu bukan lagi jadi 12 bulan, tapi jadi 15 bulan. Karena, waktu relaksasi selama 3 bulan yang diberikan ini, dipindahkan ke belakang. Sehingga, durasi cicilan kamu jadi lebih panjang. Dan ini, membawa ke konsekuensi selanjutnya.
Kedua, beban bunga dan biaya lainnya tetap berjalan
Dilansir dari Bisnis Indonesia, program ini memang bertujuan untuk memberikan ruang bagi debitur agar bisa membayar cicilan sesuai dengan kemampuan. Jika selama restruturisasi berjalan dan pijak bank tidak mengurangi suku bunga dalam perjanjian restruk, maka nasabah bisa membayar lebih mahal.
Kok, bisa? Jadi, sejumlah lembaga keuangan melakukan restrukturisasi dengan menggunakan pola anuitas, sehingga pokok dan bunga kembali ke model awal kredit baru dicairkan.
Misalnya Kamu telah menjalankan cicilan sampai di bulan ke-5 dan sisa cicilan tinggal 7 bulan lagi dengan jumlah Rp8,500,000. Nah, sisa Rp8,5 juta ini tidak langsung dibagi sisa 7 bulan, tapi dihitung lagi dari awal seperti cicilan awal dan dikenakan lagi bunga per bulannya.
Makanya, kalau kamu ikut program restrukturisasi dan merasa total pinjamannya lebih besar dari sebelumnya, wajar kok. Tapi, ini memang strategi yang awam dilakukan oleh lembaga keuangan mana pun.
Terakhir, akan adanya efek balloon payment
Kalau mengutip dari kata-katanya Prita Ghozie, CEO & Financial Planner, pada saat bincang-bincang dengan Femina, restrukturisasi kredit itu punya efek kayak kita meniup balon. Di depannya terlihat kecil, tapi ujungnya itu besar.
Untuk yang mendapat keringanan berupa pengurangan nominal cicilan per bulan, rasanya ringan selama beberapa bulan, tapi kalau periode restruknya selesai dan semua terakumulasi di belakang, ternyata jumlahnya jadi besar seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya. Banyak yang tidak sadar dengan efek ini, sehingga berpikir kalau restrukturisasi adalah solusi segalanya.
Selama ada penghasilan, sebaiknya tetap membayarkan cicilan
Saya nggak akan bosan untuk bilang ini: tujuan awal pemerintah mengimbau lembaga keuangan mengadakan restrukturisasi kredit adalah untuk memberi keringanan pada nasabah yang terkena dampak langsung dari COVID-19.
Jadi, kalau memang di bulan ini kamu masih memiliki penghasilan, sebaiknya pikir-pikir lagi kalau ingin mengajukan restrukturisasi kredit, karena restrukturisasi kredit itu sifatnya hanya memberikan kelegaan untuk sementara.
Semoga artikel ini membantu kamu dalam menentukan pilihan ya. Jangan sampai langkah yang kamu ambil malah membuat kamu terbeban di kemudian hari. Ikuti juga artikel-artikel terbaru Fokus Swarasupaya kamu #PastiLebihSiap menghadapi kondisi keuangan selama pandemi ini.
SWARA – Berawal dari modal yang tidak sampai Rp1 juta, Ayu Budiyanti dan suami, Hatta Kresna, membangun bisnis jamu ready-to-drink dalam kemasan, Rahsa Nusantara. Memiliki konsep yang unik, yaitu jamu dalam kemasan botol menjadi tantangan tersendiri. Pada tahun 2016, minuman jamu dalam kemasan pada saat itu masih belum awam di tengah masyarakat.
Namun dengan menjunjung nilai-nilai kearifan lokal, pemberdayaan perempuan, dan hidup penuh kesadaran, membawa kesuksesan tersendiri bagi Rahsa Nusantara.
Bagaimana kisah awal bisa membangun bisnis ini?
Sebenarnya memulai bisnis ini sudah mulai dari tahun 2011, tapi waktu itu kami buka kedai wedangan di daerah Fatmawati. Cukup sukses dan selalu ramai, tapi ternyata kami berdua memang nggak terlalu suka dengan kehidupan Jakarta, sampai akhirnya memutuskan berhenti di tahun 2013 awal dan pindah kembali ke Bandung.
Ayu Budiyanti dan Hatta Kresna, Pendiri Rahsa Nusantara (source: dok. Rahsa Nusantara)
Lalu setelah beberapa bulan vakum, tahun 2014 kami mau coba lagi bisnis wedangan ini di Bandung. Beda dengan Jakarta, ternyata bisnis wedangan di Bandung gagal total dan nggak ada pemasukan sama sekali. Ternyata memang market di Bandung ini berbeda jauh dan salahnya, kami memang nggak survey dulu sebelum memulai. Pikirannya, kan, sama saja kayak di Jakarta.
Akhirnya setelah 4 bulan, kami tutup dan memperkuat riset dulu keadaan di lapangan seperti apa. Setelah riset, ada dua hal menarik yang ditemukan. Pertama, di Bandung jumlah Mbok Jamu (pada tahun 2015) itu jumlahnya 1.000 orang dan setiap tahun ada penurunan 20%. Penyebabnya adalah si Mbok Jamu ini nggak mau anak-anaknya jadi tukang jamu kayak mereka. Lebih baik jadi buruh pabrik, karena lebih membanggakan dan nggak capek.
Kedua, makin ke sini, konsumen itu makin jarang ada yang di rumah. Kalau nggak ngantor, ya nongkrong sama teman-temannya di cafe. Sehingga ketika mbok jamunya datang, decision maker-nya itu nggak ada dan purchasing power-nya menurun.
Lalu para mbok jamu ini kan umurnya sudah nggak muda dan nggak ada penerusnya. Jadi di situlah Rahsa Nusantara masuk supaya budaya minum jamu ini nggak mati di tengah jalan dan bisa dikonsumsi oleh siapa aja.
Hubungan jamu ini dengan pemberdayaan perempuan itu apa ya, mbak?
Tadinya kami berusaha untuk menggandeng mbak-mbok jamu yang ada, tapi sepertinya mereka sudah terbiasa dengan resep sendiri, jadi susah kalau mau diajari dengan cara pembuatan jamu yang lebih higienis.
Akhirnya kami mengajak ibu-ibu yang tinggal di perkampungan sekitar komplek rumah kami, di daerah Kampung Padi. Tujuan awalnya karena pengin membantu mereka yang kondisi finansialnya kacau. Pemasukan sedikit tapi pengeluaran banyak, dan suami juga nggak bisa diandalkan. Sehingga tergeraklah untuk mengajak mereka kerja bikin jamu, sambil mengajari mereka mengatur keuangan.
Awalnya cuma ada 3 orang yang ikut dengan kami dan mereka sudah mapan secara finansial. Sampai akhirnya sekarang ada 20 orang yang bekerja dengan kami dan semuanya ibu-ibu perkampungan itu yang pengin kondisi finansialnya maju.
Kalau sekarang produknya sudah banyak banget, tapi mungkin aku bisa ngomongin per kategori kali, ya?
Pertama itu ada kategori Ready-to-drink, yaitu jamu dalam botolan yang memang dijual di supermarket dan varian jamunya banyak banget.
Yang kedua itu ada Tisane, yaitu keringan rempah-rempah yang bisa diseduh sendiri. Jadi kayak wedang uwuh yang dijual di pasaran. Tapi ini dibuatnya lebih higienis, karena ngeringinnya pakai mesin tapi nggak menghilangkan kandungan nutrisi rempah itu sendiri. Ada 4 varian yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, yaitu Bandrek dari Jawa Barat, Anggur Sultan atau Wedang Uwuh dari Jawa Tengah, Jahe Telang dari Ternate, dan Teh Rempah dari Sumatera.
Ketiga itu ada Tamba, yaitu varian jamu dalam bentuk serbuk yang bisa diseduh dengan menggunakan filter. Ada dua varian, yaitu Beras Kencur dan Kunyit Asam.
Selanjutnya ada Jagad, yaitu kategori yang bisa dibilang paling favorit di antara semua produk Rahsa. Melejit banget. Jagad ini adalah suplemen yang beda dari produk lain. Biasanya kan suplemen bentuknya kapsul, tapi ini bentuknya cairan, jadi gampang diminumnya dan manfaatnya lebih terasa, karena lebih mudah diserap oleh tubuh. Ada 3 varian, yaitu Sapujagad untuk ningkatin imunitas tubuh, Sekarjagad untuk suplemen kecantikan kaya akan collagen, dan Sapujagad Anak untuk meningkatkan imunitas anak.
Kelima ada Rasana, yaitu bumbu siap masak yang terdiri dari 3 bumbu dasar dengan resep kearifan lokal, yaitu Bumbu Putih, Bumbu Merah, dan Bumbu Kuning. Produk ini baru di-launch pas pandemi COVID-19 ini. Jadi pas banget, sekarang banyak yang masak di rumah dan Rasana ini langsung populer di luar sana.
Yang terakhir itu kita baru ngeluarin produk terbaru Mestika Rahsa, yaitu produk lulur. Ada 2 varian, Lulur Mandabhumi Teh Hijau dan Lulur Mandabhumi Kunyit.
Semua produk yang ada di Rahsa Nusantara itu memang mengangkat local wisdom, atau kearifan lokal dari nenek moyang kita. Karena memang orang jaman dulu itu punya kepercayaan, alam itu sudah menyediakan obat di sekitar kita.
Makanya kita pun mengambil bahan rempah dari petani lokal. Karena Rahsa Nusantara itu bahannya organik tanpa pengawet, jadi semua hasil limbahnya itu kami olah lagi jadi pupuk. Hasil pupuknya kami kembalikan lagi ke petani. Di situlah terbentuknya hidup berkesadaran yang memang dijunjung oleh Rahsa.
Tapi sebelum mulai bisnis ini, Mbak Ayu itu latar belakangnya apa?
Aku itu dulu kuliah jurusan Teknik Industri dan sempat kerja jadi Business Analyst di ATM Bersama. Cuma, pas kerja itu aku rasanya kayak memenjarakan diriku sendiri. Aku harusnya bisa ngelakuin potensi yang lain, tapi terbatas oleh ruang dan waktu. Misalnya jam 3 sore aku sudah selesai kerja, tetap harus tunggu jam kerja selesai supaya bisa pulang.
Jadi aku ngerasanya kayak dipenjara aja. Akhirnya aku mutusin buat berbisnis, ya walau bisnis aku banyak yang gagal juga. Mulai dari bikin baju menyusui, baju muslim, tapi gagal semuanya. Tapi justru kegagalan-kegagalan itu yang aku butuhin. Jadi kalau aku nemuin masalah lagi, aku sudah lebih pintar menghadapinya.
Ruang Produksi Rahsa Nusantara (source: dok. Rahsa Nusantara)
Terus kalau kenapa jamu, ini asalnya karena suami aku. Dia orangnya memang suka ngeracik minuman dan jiwanya old school. Akhirnya kita coba. Awalnya ragu karena kan katanya kalau bikin bisnis itu musti yang sesuai passion, sedangkan walau aku Putri Solo dan kental dengan budaya Jawa, dulu aku sama sekali nggak suka jamu.
Tapi balik lagi, memulai ini bukan hanya untuk menjual jamu, tapi untuk memperjuangkan sesuatu, yaitu pemberdayaan perempuan, kearifan lokal, dan hidup berkesadaran. This business is not only about jamu, it’s more than that.
Di tengah COVID-19, ada dampaknya untuk bisnis Rahsa Nusantara, kah?
Ada banget! Aku ingat pas tanggal 7 Maret, ketika Pak Jokowi dan Dokter Terawan umumkan kalau COVID-19 sudah masuk Indonesia, semua orang langsung pada panic buying, beli jamu. Penjualan langsung naik dan permintaan langsung naik 20x lipat.
Tapi di pertengahan April, permintaan mulai menurun kalau dibanding di bulan Maret itu, walau sebenarnya performance-nya masih bisa dibilang bagus. Ketika bisnis yang lain turun drastis, syukurnya Rahsa Nusantara itu masih on-track.
Nah, untungnya si Rasana ini segera keluar di bulan Mei, jadi ngebantu mendongkrak bisnis ini. Awalnya kita rencana mengeluarkan setelah Lebaran, di mana biasanya ART masih pada pulang kampung dan para ibu di rumah jadi harus masak sendiri. Eh, tahunya ada COVID-19 ini, jadi kita buru-buru keluarin Rasana, karena pasti banyak yang butuh.
Yang pasti sejak COVID-19, yang jualan jamu memang jadi banyak, tapi justru asyik karena jadi semakin ramai. Buat kami, semakin banyak kompetitor, berarti marketnya berkembang. Daripada kondisi tahun 2016 yang kita main sendiri tapi kolamnya kecil, mendingan kayak sekarang kita mainnya ramai, tapi kolamnya lebih gede. Yang artinya cangkupan market juga lebih luas.
Balik lagi soal mindset. Banyak yang kalut karena berarti makin banyak persaingan, tapi kalau untuk Rahsa sih, nggak mikir ke situ.
Toh, yang dijual bukan cuma jamu sebagai produk tok, tapi juga ada brand value yang kita jual, jadi nggak usah takut kekurangan pelanggan. Karena kalau brand value-nya sudah kuat, orang akan tetap ingat dengan produk kita, kok.
Lalu, ke depannya Rahsa Nusantara akan dibawa ke mana lagi nih, mbak?
Dari awal Rahsa Nusantara ini hadir untuk bantu menyelesaikan masalah di era modern ini dengan pendekatan kearifan lokal, sedangkan yang namanya masalah itu pasti akan ada terus. Misalnya dengan adanya COVID-19 ini, kita mikir apa yang bisa kita bantu untuk masalah yang akan ada di depan.
Ketika COVID-19 ini reda, orang-orang yang pernah terinfeksi virus ini punya risiko tinggi terkena pneumonia. Jadi kita sekarang memang lagi ngegodok ramuan apa yang kiranya bisa menangani masalah pneumonia di kemudian hari.
Terus kalau punya kesempatan ekspan ke luar negeri, misalnya jadi ada rahsa.sg atau rahsa.au, kita tetap akan membuat ramuan yang berdasarkan local wisdom yang dari negara tersebut. Karena kan memang value kami menjunjung kearifan lokal dan setiap negara pasti punya kearifan lokal masing-masing.
Buat Kawan Tunaiku yang tertarik dengan produk Rahsa Nusantara, bisa langsung kunjungi website mereka di rahsa.id atau akun Instagram mereka di rahsa.nusantara.
SWARA – Di era yang serba online ini, sepertinya hampir semua hal yang kita lakukan berkaitan dengan internet. Mulai dari perilaku belanja online, berinteraksi lewat dunia maya, nonton film atau series favorit via kanal streaming online, bahkan sampai transaksi perbankan pun jadi lebih mudah dengan kehadiran internet.
Hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet, kita bisa dengan mudah melakukan berbagai transaksi uang di mana saja dan kapan saja. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini, hampir semua orang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Otomatis pasti transaksi uang secara online juga meningkat.
Dilansir dari Kontan, Bank Indonesia sendiri menyatakan kalau selama berlangsungnya pandemi COVID-19 ini, ada peningkatan transaksi yang cukup signifikan di sektor e-commerce. Menurut Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Filianingsih Hendarta, transaksi pembelian lewat e-commerce meningkat 18,1% menjadi 98,3 juta transaksi dan total nilai transaksinya meningkat 9,9% menjadi Rp 20,7 triliun.
Kebayang dong, berapa banyak orang yang melakukan transaksi via online banking selama pandemi? Tapi pertanyaannya, apakah transaksi online banking ini 100% terjamin keamanannya? Karena di sekitar kita pun kerap ada pemberitaan mengenai orang-orang yang saldo di rekening onlinenya mendadak berkurang karena dicuri.
Hmmm, kalau sudah begini, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah hal ini terjadi? Terutama di masa pandemi seperti ini, di mana kebutuhan finansial juga meningkat.
Data Security vs Data Privacy
Untuk orang awam seperti saya, yang cuek banget dengan keamanan data, saya sendiri baru tahu kalau ada perbedaan antara Data Security dan Data Privacy. Sebenarnya dari namanya saja harusnya saya tahu bedanya, tapi ya lagi-lagi karena awam, saya anggap sama-sama soal data pribadi tok.
Padahal keduanya memiliki treatment yang berbeda. Data Security, atau keamanan data, kaitannya dengan bagaimana upaya kita menjaga keamanan data-data kita dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang berusaha untuk menyalahgunakan data pribadi kita.
Contoh paling sederhananya adalah ketika saya sedang liburan ke Hong Kong, ternyata kartu kredit saya sempat kebobolan dan terdebit kurang lebih Rp1 juta. Padahal saya tidak pernah melakukan transaksi sampai jutaan rupiah di sana. Nah, ini salah satu contoh kasus ketika keamanan data saya diretas atau istilahnya umumnya hacked.
Sedangkan kalau Data Privacy, atau kerahasiaan data, kaitannya dengan bagaimana kita mengontrol kerahasiaan data pribadi kita. Berbeda dengan Data Security yang bisa dapat “serangan” tak terduga, di sini kita sendiri yang bisa mengatur kepada siapa data kita mau kita bagikan.
Pada umumnya, service online yang kita pakai secara terang-terangan meminta beberapa akses berupa kontak, email, atau yang lain, yang akhirnya kita ‘accept’ dan berikan secara cuma-cuma.
Salah satu contoh kasus yang sempat heboh itu adalah kasus Facebook dan Cambridge Analytica Data, di mana Cambridge Analytica Data mengambil 50 juta data personal yang ada di Facebook dan digunakan untuk kepentingan politik pada tahun 2016. Dalam kasus ini, Facebook terseret karena tidak berhasil melindungi data pribadi para penggunanya yang diberikan secara cuma-cuma, ketika mereka membuat akun di Facebook.
Jadi kalau ibarat rumah, data privacy itu tentang kepada siapa kita percaya untuk menitipkan kunci rumah. Nah, yang memegang kunci rumah kita itu punya dua pilihan, dijaga baik-baik atau menggunakan kunci untuk nyelonong masuk rumah kita tanpa izin.
Sedangkan kalau data security itu tentang rumah yang sudah kita kunci rapat-rapat, tapi mungkin kualitas kuncinya yang kurang canggih, sehingga tetap bisa dibobol oleh maling.
Sampai sini sudah paham kan, ya, perbedaan data security dan data privacy? Lanjut!
Kenapa data pribadi kita bisa disalahgunakan?
Ada beberapa alasan kenapa data pribadi kita bisa diretas atau dipakai oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Bisa karena proteksi yang kita gunakan kurang kuat atau pihak service yang kita gunakan memang dengan sengaja menjual data pribadi kita ke pihak lain, tanpa persetujuan kita.
Untuk memperkuat keamanan data pribadi kita, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, antara lain:
1. Menggunakan password yang kuat
Umumnya orang akan menggunakan password yang mudah mereka ingat, misalnya kombinasi nama dan beberapa angka yang ada hubungannya dengan tanggal atau tahun lahir. Cara yang paling mudah untuk memperkuat password kita adalah dengan menggunakan kombinasi kata yang tidak umum, angka, dan simbol atau tanda baca.
Kita ambil contoh dari mas Kadin, yang lahir tanggal 29 Februari 1996 dan datanya tersedia dengan terbuka di sosial media. Dengan metode Brute Force, yaitu peretas mencoba mengira-ngira apa saja password yang dipakai Kadin dan dicoba masukan satu per satu, bisa saja dengan mudah password ditemukan dan akun diretas.
Maka itu, sebaiknya kita coba pakai password yang jauh hubungannya dengan diri kita dan data pribadi kita. Daripada pakai ‘Kadin290296’, lebih baik pakai kombinasi seperti ‘Soto4yam3&Q2’, alias ‘Soto Ayam Edan Kitu’. Satu, password ini masih bisa dengan mudah diingat karena berhubungan dengan preferensi pribadi dan kombinasinya yang unik.
2. Gunakan password yang berbeda untuk setiap akun
Iya, tahu, kamu pasti malas untuk menggunakan password yang berbeda-beda karena takut tidak bisa mengingatnya kan? Tapi justru memakai password yang sama untuk setiap akun online, mulai dari sosial media sampai akun online banking justru bisa mempermudah orang menerobos masuk ke data pribadi kita.
Jadi sebaiknya, gunakan password yang berbeda untuk akun satu dengan yang lain. Supaya kamu bisa mengontrol password di setiap akun, kamu bisa menggunakan aplikasi untuk mengatur dan menyimpan setiap password yang kamu buat.
Salah satu aplikasi password manager yang bisa kamu coba antara lain 1password atau LastPass.
Pada dasarnya, two-factor authentication merupakan perangkat pengaman yang gunanya untuk memverifikasi apakah pengguna yang mencoba login ke akun tersebut benar-benar pemilik akun itu.
Pasti kamu pernah, kan, ingin masuk ke suatu akun, lalu disuruh memasukan kode OTP yang dikirimkan ke nomor handphone kamu? Nah, itu salah satu logika si fitur ini.
Tidak semua situs memiliki fitur ini, tapi jika ada, sebaiknya memang kita aktifkan.
Berarti apakah setiap kamu mau login harus ada proses verifikasi ini? Tentu tidak. Biasanya proses verifikasi ini muncul kalau kamu mencoba login dengan perangkat elektronik yang berbeda.
Misalnya kamu biasa login dengan handphone, kali ini akan coba login dengan laptop kantor. Karena situs ini tidak mengenali device tersebut, maka muncullah fitur ini untuk memberikan proteksi ganda agar tak sembarang orang bisa masuk ke akunmu.
Cuma kelemahan dari two-factor authentication ini adalah mau tidak mau kita dengan sukarela memberikan data lain (selain nama, email, dan password) yaitu nomor handphone untuk situs memberikan kode unik. Memang pasti akan ada yang kita korbankan, Kawan Swara.
4. Hindari memakai wi-fi gratisan di tempat umum
Siapa, sih, yang nggak suka dengan sesuatu yang gratis? Termasuk memakai wi-fi gratis di tempat umum. Tapi tahukah kamu, justru ini bisa menjadi hal sangat berbahaya karena bisa dimanfaatkan oleh peretas untuk masuk ke akun pribadimu.
Skemanya seperti ini. Kamu ke coffee shop favorit dan selagi nongkrong, kamu mau browsing ini dan itu. Lalu kamu menggunakan koneksi gratisan yang ternyata dipasang oleh peretas dan kalau kamu mengakses situs yang tidak terenkripsi, maka si peretas bisa dengan mudah mengetahui kegiatan dan info apa saja yang ada di akun pribadimu.
Terutama jika kamu menggunakannya untuk transaksi online banking. Wi-fi publik ini bisa dimanfaatkan dengan mudah untuk membobol akun, sampai si peretas bisa menarik berbagai informasi penting, termasuk akses masuk ke mobile banking. Jujur, takut.
Jadi sebaiknya, mulai sekarang hindari untuk menggunakan koneksi wi-fi gratisan dan bersandar pada kuota sendiri jauh lebih aman. Tapi kalau memang terpaksa banget, cari tahu mana koneksi wi-fi yang aman untuk mengakses data yang bersifat sensitif.
Nah, 4 langkah tadi berguna untuk menjaga keamanan data pribadi kamu agar tidak mudah diakses oleh orang lain. Lalu bagaimana dengan menjaga kerahasiaan data pribadi?
5. Gunakan situs yang menghargai kerahasiaan data
Ini sulit, tapi ternyata penting. Sudah menjadi rahasia umum kalau 5 perusahaan teknologi terbesar di dunia tidak sebaik yang dikira. Secara tidak sadar, perusahaan seperti Google, Facebook, Amazon, Apple, dan Microsoft memiliki sebagian besar data orang di seluruh belahan dunia, selama terkoneksi dengan internet.
Source: growthrocks.com
Hal ini jadi membuat kerahasiaan data-data pribadi kita menjadi lebih rentan untuk diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Cara lain untuk mengurangi kemungkinan kerahasiaan data kita agar tidak tersebar adalah dengan menggunakan service atau situs lain yang menghargai privasi penggunanya.
Misalnya, untuk search engine, kamu bisa ganti search engine dengan DuckDuckGo yang memang tidak menggunakan cookies dan tidak mengambil data personal. Bahkan ketika kamu masuk ke situ tertentu, DuckDuckGo bisa memblokir semua tracker yang dipasang di situs tersebut.
Itu baru satu contoh. Kamu juga bisa mencari alternatif lainnya, ya.
Sebenarnya masih banyak cara untuk memperkuat proteksi untuk keamanan dan kerahasiaan data yang kamu miliki. Tapi rasanya nggak akan cukup kalau dijelaskan dalam satu sesi saja. Jika ada kesempatan, hal ini bisa kita bahas lebih dalam lagi untuk memproteksi data, apalagi data sensitif seperti online banking.
Semoga ini cukup membantu ya, Kawan Swara. Selamat mencoba!
SWARA – Kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, apalagi kalau melirik dunia kerja. Baru-baru ini saya baru saja diceritakan oleh teman saya yang bekerja di bidang penerbangan komersil. Di perusahaan tempat ia bekerja, sudah setengah pegawai kontrak yang kontrak kerjanya dihentikan karena pandemi COVID-19 ini.
Namun, keadaan seperti ini memang tidak terjadi pada semua orang, karena yang masih memiliki pekerjaan pun ada. Untuk kamu yang ada di kategori ini, bersyukurlah, karena ada jutaan orang yang rela berebut untuk ada di posisimu saat ini.
Tapi mengucap syukur saja tidak cukup, kamu (dan saya juga, sih) harus mulai mempersiapkan kondisi finansial di masa depan. Hari ini bisa saja kita santai dengan kondisi pekerjaan yang masih ada, tapi bagaimana 3 bulan lagi? Masa depan tidak ada yang tahu, kan?
Maka itu, mumpung masih ada penghasilan bulanan, ada baiknya kamu memeriksa kesehatan keuangan pribadi, apakah sifatnya ideal dan sesuai dengan rasio keuangan pribadi.
Jadi, untuk menentukan level kesehatan finansial pribadi seseorang, ada beberapa rasio yang bisa menjadi tolak ukur apakah kondisi keuangan kita selama ini tergolong sehat atau kacau balau. Ini menjadi penting, terutama untuk yang masih ada di usia produktif (19-55 tahun), karena bisa menjadi bekal untuk masa depan, bahkan sampai menyiapkan dana pensiun.
Lalu apa saja rasio yang bisa menjadi tolak ukur kesehatan keuangan pribadi kita?
Rasio Utang
Di zaman sekarang, hampir jarang orang yang bisa hidup tanpa utang. Bahkan utang berupa cicilan handphone 12 bulan sekali pun, itu menjadi hal yang umum. Tapi pernah kah kamu menghitung berapa jumlah utang yang setiap bulan kamu bayar dan dibandingkan dengan penghasilan?
Secara teori, jumlah maksimal utang ideal itu 30% dari penghasilan. Jadi mari kita hitung-hitungan.
Gaji per bulan = Rp5.000.000
Utang ideal (30%)= Rp1.500.000
Jadi, dengan gaji Rp5 juta, maksimal jumlah utang idealmu adalah Rp1.500.000. Utang ini bisa berupa tagihan kartu kredit tiap bulan, cicilan KPR, cicilan motor, atau cicilan pinjaman lainnya. Hayo, sudah sesuai belum rasio utang yang kamu miliki sekarang?
Rasio Tabungan
Kalau rasio tabungan, ini merupakan jumlah uang yang kamu sisihkan setiap bulannya. Bukan nominalnya yang menjadi penting, tapi berapa persentase uang yang kamu tabung setiap bulan.
Balik lagi ke teori, idealnya setiap bulan kamu menabung minimal 10%. Tapi kalau mau lebih aman, bisa coba untuk menabung 30-50%. Tapi kalau saya sendiri, dengan kebutuhan ini-itu dan ada cicilan, jujur saja masih berkutat di tabungan 15%. He-he-he. Mari berhitung dari kasus sebelumnya!
Gaji per bulan= Rp5.000.000
Utang per bulan= Rp1.500.000
____________-
Sisa uang= Rp3.500.000
Tabungan tiap bulan (10%) = Rp 350.000
Nah, dari perhitungan ini, kamu bisa tahu, kalau jumlah ideal uang yang kamu sisihkan untuk tabungan per bulannya minimal Rp350.000.
Dana darurat lagi banyak digalakkan belakangan ini. Atau ini di kalangan saya saja yang menginjak umur 30an? Fungsi dana darurat ini adalah untuk uang jaga-jaga jika kita terkena musibah, seperti kecelakaan, kena PHK, ada keluarga yang butuh biaya pengobatan gratis, dan hal lain yang bersifat darurat.
Sifatnya seperti tabungan, kita bisa mengumpulkannya dengan mencicil per bulan. Idealnya uang terkumpul itu 3-6 kali pengeluaran sehari-hari kita tiap bulan. Yuk, berhitung lagi…
Misal setelah menghitung tabungan dan utang, berarti sisa uang untuk pengeluaran kita per bulannya adalah:
Gaji per bulan = Rp5.000.000
Utang per bulan = Rp1.500.000
Tabungan per bulan = Rp 350.000
____________ –
Kebutuhan sehari-hari = Rp3.150.000
Idealnya, dana darurat yang harus kamu kumpulkan itu sejumlah:
Opsi 1= Rp3.150.000 x 3 = Rp9.450.000
Opsi 2 = Rp3.150.000 x 6 = Rp18.900.000
Penentuan antara opsi 1 dan opsi 2 itu tergantung dari tanggungan keluarga juga. Ada kok yang sampai menyiapkan dana darurat sejumlah 12 kali pengeluaran, karena ia sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan 2 anak yang masih sekolah.
Dan kalau kamu merasa berat dengan bayangan harus langsung 6 kali kebutuhan sehari-hari, coba saja dari opsi 1 dulu. Kamu bisa coba sisihkah 25% dari uang kebutuhan sehari-harimu dan coba kumpulkan selama setahun.
Uang untuk kebutuhan sehari-hari = Rp3.150.000
Tabungan dana darurat (25%)= Rp 787.500
Awalnya memang perih untuk mencoba nabung sebanyak ini, tapi kalau sudah mulai lancar, pasti hasilnya bikin puas dan tenang, deh.
Rasio Utang Terhadap Aset
Janji, deh, ini rasio yang terakhir. Rasio Utang terhadap Aset ini adalah saatnya kamu menghitung berapa jumlah aset yang kamu miliki yang masih dibiayai oleh utang atau cicilan kamu.
Misalnya kamu punya cicilan KPR dan cicilan motor, lalu suatu saat kamu ditagih untuk melunasi semua sedangkan kamu lagi nggak ada penghasilan. Kamu kira-kira punya kah aset untuk dijual yang bisa menutupi semua sisa utang tersebut?
Idealnya rasio yang harus kamu dapatkan adalah maksimal 50%. Cara menghitungnya:
Rasio Utang terhadap Aset = Jumlah Aset = 50%
Total Utang
Jadi kalau kamu tadi sudah punya utang Rp1.500.000, minimal kamu harus punya aset sejumlah Rp3.000.000 yang bisa menutupi utang. Aset ini bisa dari berbagai macam hal, mulai dari investasi saham, reksadana, deposito, dan lain-lain.
Sudah siap memeriksa kesehatan keuangan pribadi kamu? Kalau memang belum sehat, tidak apa, kok. Kamu bisa mulai dengan langkah-langkah kecil. Kamu harus tahu dulu, masalah keuangan kamu ada di mana.
Apakah ada di jumlah utang yang diluar kemampuan? Pengeluaran untuk kebutuhan sehar-hari yang terlalu besar? Kurangnya tabungan dan dana darurat? Atau justru tidak punya aset sama sekali? Semoga informasi ini membantu, ya. Selamat mencoba!
Berlangganan Swara Newsletter, yuk!
Dapatkan info menarik seputar finansial di email kamu.
Login Swara
Belum punya akun? Daftar di sini
Lupa kata sandi
Daftar Swara
Verifikasi Email
Halo, Kawan Swara!
Silahkan melakukan verifikasi email ulang. Klik tombol di bawah untuk mengirim link verifikasi email.