SWARA – Kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja, apalagi kalau melirik dunia kerja. Baru-baru ini saya baru saja diceritakan oleh teman saya yang bekerja di bidang penerbangan komersil. Di perusahaan tempat ia bekerja, sudah setengah pegawai kontrak yang kontrak kerjanya dihentikan karena pandemi COVID-19 ini.
Namun, keadaan seperti ini memang tidak terjadi pada semua orang, karena yang masih memiliki pekerjaan pun ada. Untuk kamu yang ada di kategori ini, bersyukurlah, karena ada jutaan orang yang rela berebut untuk ada di posisimu saat ini.
Tapi mengucap syukur saja tidak cukup, kamu (dan saya juga, sih) harus mulai mempersiapkan kondisi finansial di masa depan. Hari ini bisa saja kita santai dengan kondisi pekerjaan yang masih ada, tapi bagaimana 3 bulan lagi? Masa depan tidak ada yang tahu, kan?
Maka itu, mumpung masih ada penghasilan bulanan, ada baiknya kamu memeriksa kesehatan keuangan pribadi, apakah sifatnya ideal dan sesuai dengan rasio keuangan pribadi.
Baca juga: Jenis Pekerjaan dan Perusahaan yang Buka Lowongan Kerja di Tengah Corona
Tunggu, apa itu rasio keuangan pribadi?
Jadi, untuk menentukan level kesehatan finansial pribadi seseorang, ada beberapa rasio yang bisa menjadi tolak ukur apakah kondisi keuangan kita selama ini tergolong sehat atau kacau balau. Ini menjadi penting, terutama untuk yang masih ada di usia produktif (19-55 tahun), karena bisa menjadi bekal untuk masa depan, bahkan sampai menyiapkan dana pensiun.
Lalu apa saja rasio yang bisa menjadi tolak ukur kesehatan keuangan pribadi kita?
Rasio Utang
Di zaman sekarang, hampir jarang orang yang bisa hidup tanpa utang. Bahkan utang berupa cicilan handphone 12 bulan sekali pun, itu menjadi hal yang umum. Tapi pernah kah kamu menghitung berapa jumlah utang yang setiap bulan kamu bayar dan dibandingkan dengan penghasilan?
Secara teori, jumlah maksimal utang ideal itu 30% dari penghasilan. Jadi mari kita hitung-hitungan.
Gaji per bulan       = Rp5.000.000
Utang ideal (30%) = Rp1.500.000
Jadi, dengan gaji Rp5 juta, maksimal jumlah utang idealmu adalah Rp1.500.000. Utang ini bisa berupa tagihan kartu kredit tiap bulan, cicilan KPR, cicilan motor, atau cicilan pinjaman lainnya. Hayo, sudah sesuai belum rasio utang yang kamu miliki sekarang?Â
Rasio Tabungan
Kalau rasio tabungan, ini merupakan jumlah uang yang kamu sisihkan setiap bulannya. Bukan nominalnya yang menjadi penting, tapi berapa persentase uang yang kamu tabung setiap bulan.
Balik lagi ke teori, idealnya setiap bulan kamu menabung minimal 10%. Tapi kalau mau lebih aman, bisa coba untuk menabung 30-50%. Tapi kalau saya sendiri, dengan kebutuhan ini-itu dan ada cicilan, jujur saja masih berkutat di tabungan 15%. He-he-he. Mari berhitung dari kasus sebelumnya!
Gaji per bulan                = Rp5.000.000
Utang per bulan              = Rp1.500.000
                             ____________-
Sisa uang                   = Rp3.500.000
Tabungan tiap bulan (10%) = Rp  350.000
Nah, dari perhitungan ini, kamu bisa tahu, kalau jumlah ideal uang yang kamu sisihkan untuk tabungan per bulannya minimal Rp350.000.
Baca juga: 5 Cara Bertahan Hidup Saat Perusahaan Potong Gaji di Masa COVID-19
Rasio Dana DaruratÂ
Dana darurat lagi banyak digalakkan belakangan ini. Atau ini di kalangan saya saja yang menginjak umur 30an? Fungsi dana darurat ini adalah untuk uang jaga-jaga jika kita terkena musibah, seperti kecelakaan, kena PHK, ada keluarga yang butuh biaya pengobatan gratis, dan hal lain yang bersifat darurat.Â
Sifatnya seperti tabungan, kita bisa mengumpulkannya dengan mencicil per bulan. Idealnya uang terkumpul itu 3-6 kali pengeluaran sehari-hari kita tiap bulan. Yuk, berhitung lagi…
Misal setelah menghitung tabungan dan utang, berarti sisa uang untuk pengeluaran kita per bulannya adalah:
Gaji per bulan            = Rp5.000.000
Utang per bulan          = Rp1.500.000
Tabungan per bulan       = Rp  350.000
                         ____________ –
Kebutuhan sehari-hari = Rp3.150.000
Idealnya, dana darurat yang harus kamu kumpulkan itu sejumlah:
Opsi 1 = Rp3.150.000 x 3Â Â Â = Rp9.450.000
Opsi 2 Â = Rp3.150.000 x 6Â = Rp18.900.000
Penentuan antara opsi 1 dan opsi 2 itu tergantung dari tanggungan keluarga juga. Ada kok yang sampai menyiapkan dana darurat sejumlah 12 kali pengeluaran, karena ia sudah berkeluarga dan memiliki tanggungan 2 anak yang masih sekolah.
Â
Dan kalau kamu merasa berat dengan bayangan harus langsung 6 kali kebutuhan sehari-hari, coba saja dari opsi 1 dulu. Kamu bisa coba sisihkah 25% dari uang kebutuhan sehari-harimu dan coba kumpulkan selama setahun.
Uang untuk kebutuhan sehari-hari = Rp3.150.000
Tabungan dana darurat (25%) = Rp 787.500
Awalnya memang perih untuk mencoba nabung sebanyak ini, tapi kalau sudah mulai lancar, pasti hasilnya bikin puas dan tenang, deh.
Rasio Utang Terhadap Aset
Janji, deh, ini rasio yang terakhir. Rasio Utang terhadap Aset ini adalah saatnya kamu menghitung berapa jumlah aset yang kamu miliki yang masih dibiayai oleh utang atau cicilan kamu.
Misalnya kamu punya cicilan KPR dan cicilan motor, lalu suatu saat kamu ditagih untuk melunasi semua sedangkan kamu lagi nggak ada penghasilan. Kamu kira-kira punya kah aset untuk dijual yang bisa menutupi semua sisa utang tersebut?
Idealnya rasio yang harus kamu dapatkan adalah maksimal 50%. Cara menghitungnya:
Rasio Utang terhadap Aset =Â Jumlah Aset = 50%
                               Total Utang
Jadi kalau kamu tadi sudah punya utang Rp1.500.000, minimal kamu harus punya aset sejumlah Rp3.000.000 yang bisa menutupi utang. Aset ini bisa dari berbagai macam hal, mulai dari investasi saham, reksadana, deposito, dan lain-lain.
Baca juga: Unpaid Leave Karena Pandemi, Simak Cara Untuk Bertahan!
Sudah siap memeriksa kesehatan keuangan pribadi kamu? Kalau memang belum sehat, tidak apa, kok. Kamu bisa mulai dengan langkah-langkah kecil. Kamu harus tahu dulu, masalah keuangan kamu ada di mana.
Apakah ada di jumlah utang yang diluar kemampuan? Pengeluaran untuk kebutuhan sehar-hari yang terlalu besar? Kurangnya tabungan dan dana darurat? Atau justru tidak punya aset sama sekali? Semoga informasi ini membantu, ya. Selamat mencoba!