SWARA – Ketika saya mulai bekerja, saya baru tahu kalau ada yang namanya pembagian generasi berdasarkan tahun lahir. Setidaknya sampai sekarang ada 4 generasi yang masih atau sedang berjaya, yaitu Baby Boomer (1946-1964), Generasi X (1965-1979), Generasi Y atau Milenial (1980-1996), dan Generasi Z (1997-2012). Saya? Saya termasuk di Generasi Y atau Milenial, generasi yang sering jadi kambing hitam. Ha-ha-ha, mulai playing victim.

 

Tapi kali ini saya lebih ingin membahas tentang Generasi Z atau biasa disebut Gen Z. Gen Z merupakan generasi pertama yang sepenuhnya terpapar teknologi digital sejak mereka lahir. Jadi, nggak heran kalau mereka nggak bisa membayangkan dunia tanpa internet. Tahun mereka lahir adalah tahun internet sedang berkembang dan bisa dipakai secara komersial. 

 

Sehingga, ketika generasi ini bertumbuh, internet menjadi bagian erat dalam hidup mereka. Mereka menggunakan internet untuk bersosialisasi, mencari informasi, termasuk menunjukkan jati diri. Perilaku yang tech savvy ini bukan hanya mempengaruhi perkembangan kultur di masa depan, tapi juga bagaimana generasi yang satu bisa mengendalikan tren konsumerisme pasar.

 

3 pertanyaan penting untuk Generasi Z

Gen Z disebut-sebut siap menggeser tren perilaku konsumerisme generasi-generasi sebelumnya. Menurut McKinsey, pada tahun 2020, Gen Z sudah bisa mewakili 40% total konsumen secara global. Sehingga bisa dibilang cara mereka menghabiskan uang atau cara mereka memandang sebuah brand menjadi penting untuk diperhitungkan oleh para pengusaha agar produk dagangannya laku di pasaran.

 

Sekarang, kalau kamu sebagai pemilik usaha, apa saja kira-kira yang harus kamu perhatikan untuk memasarkan produk kamu, jika pasar yang kamu sasar ini adalah si Gen Z ini? Ada 3 pertanyaan yang harus kamu bisa jawab:

 

 

  • Apa yang mereka suka?
  • Bagaimana cara mereka berkomunikasi?
  • Apa yang menjadi penting bagi mereka?

 

 

Jika kamu sudah memiliki jawaban untuk setiap pertanyaan ini, bukan hanya bisa menyasar Gen Z, tapi kamu bisa menciptakan hubungan dengan calon konsumen dan menyiapkan bisnis di masa depan. Jadi mari kita coba jawab satu per satu, yuk!

 

4 Karakter Generasi Z yang Utama

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus tahu dulu karakter Generasi Z ini seperti apa. Dikumpulkan dari berbagai sumber, ada 4 karakter utama yang bisa kita ambi, antara lain:

 

1. Generasi yang akrab dengan isu sosial

Berbeda dari beberapa generasi sebelumnya, Gen Z bisa dibilang merupakan generasi yang punya perhatian besar dengan isu sosial. Masih ingat dengan Gretta Thunberg, seorang aktivis muda berumur 16 tahun, yang rela untuk bolos sekolah demi menyuarakan aksinya tentang perubahan iklim? 

 

Lalu ada juga Nadya Okamotoa, berumur 22 tahun, pendiri PERIOD, yang memulai gerakan non-profit memberikan pembalut secara gratis pada tunawisma di Amerika sejak tahun 2014. Selain mereka berdua, masih ada banyak lagi Generasi Z yang dikenal sebagai aktivis yang vokal dengan isu-isu sosial.

 

Apakah produk yang mereka pakai mendukung isu sosial yang ada? Apakah produk yang mereka beli mendukung gerakan positif? Apakah produk yang mereka konsumsi merugikan alam dan kelompok minor? Apakah produk ini membantu saya untuk membantu orang lain?

 

2. Mereka suka mengekspresikan diri

Kalau kita intip lagi media sosial yang sedang tren sekarang, misalnya Instagram dan TikTok, kedua platform tersebut bisa dibilang dikuasai oleh anak remaja sampai dewasa muda yang masih berumur awal 20an.

 

Awalnya TikTok mungkin dikenal sebagai media sosial yang berisikan orang joget-joget saja, tapi kalau kita mau lihat lebih dalam lagi, sekarang banyak penggunanya menjadikan TikTok sebagai wadah untuk mengekspresikan diri. Bahkan nggak jarang ditemukan content creator yang idenya sangat kreatif. 

 

3. Suka jadi diri sendiri dan punya ciri khas

Pasti pernah dengan slogan ‘be yourself’, kan? Bisa dikatakan Gen Z adalah penganut setia slogan ini. Mereka mengekspresikan diri mereka dengan cara mereka sendiri, tidak mau sama dengan yang lain. Harus terlihat unik dan orisinil.

 

Ketika saya masih sekolah, yang namanya satu geng harus terlihat sama dan kompak, baik dari dandanan atau cara berbicara. Sekarang? Setiap remaja yang saya lihat di mall atau beberapa tempat nongkrong punya style-nya masing-masing.

 

Bahkan ketika saya bertanya pada salah satu junior di kantor, yang kebetulan kelahiran 1997, salah satu alasan ia bisa terikat dengan salah satu brand adalah brand tersebut menawarkan sesuatu yang ‘dia banget’. 

 

4. Suka terkoneksi secara global

Generasi Y adalah pencicip pertama dunia maya untuk berkomunikasi di ruang chat, seperti lewat Yahoo! Messenger atau Facebook Messenger. Tapi yang membedakan Gen Y dengan Gen Z adalah Gen Z melakukan komunikasi ini secara global, bukan hanya dengan teman di dunia nyata.

 

Menurut McKinsey, Generasi Z suka berkomunikasi dengan siapa saja di dunia maya, bahkan tidak jarang yang akhirnya membentuk suatu komunitas. Tapi hal ini tidak menjadikan mereka eksklusif, karena mereka juga memiliki kecenderungan untuk saling silang komunitas, sehingga memperluas jangkauan pertemanan.

 

5 hal yang bisa dilakukan para pengusaha

 

1. Alih-alih terus mengiklankan produk, kenalkan value perusahaanmu

Ketika ingin memasarkan sebuah produk, banyak perusahaan fokus menawarkan harga termurah dan promo tanpa batas. Ini mungkin bisa berhasil, tapi tidak sepenuhnya untuk Gen Z. Sebagai generasi yang fasih menggunakan internet, mereka bisa dengan mudah mencari informasi tentang produkmu. Mereka tidak akan langsung tertarik jika kamu memasarkan produk hanya bermodalkan promo harga miring.

 

Yang menarik hati para Generasi Z ini adalah apa value atau nilai-nilai yang perusahaanmu tawarkan kepada mereka. Salah satu contoh, kembali ke junior saya, dia mengatakan ada alasan khusus kenapa ia memilih suatu produk sepatu. Produk sepatu tersebut membuat campaign tentang “Greatness” di mana mereka memberikan inspirasi kalau sesuatu yang hebat itu bisa dimulai dari hal sederhana dan terwujud di kehidupan sehari-hari.

 

Nilai empowerment yang diemban oleh si perusahaan sepatu inilah yang diambil oleh junior saya dan harga sepatu yang mahal jadi urusan belakangan.

 

Sama halnya ketika orang menjual produk-produk ramah lingkungan. Yang ditawarkan oleh mereka adalah jika konsumen mengonsumsi atau membeli produk tersebut, artinya mereka juga ikut melestarikan alam dan menjaga bumi di masa depan. Hal-hal seperti inilah yang lebih menarik untuk Gen Z dalam memilih produk.

 

Jadi ketika ingin menyasar pasar ini, apa value perusahaan yang bisa kamu tawarkan bagi mereka?

 

2. Peka dengan kondisi sosial sekarang

Bukan hanya mementingkan value perusahaan, Gen Z juga cenderung lebih memilih produk yang peka dengan apa yang sedang terjadi di dunia. Kita ambil contoh nyata yang sedang terjadi, yaitu COVID-19. 

 

Dilansir dari Vogue Business, hasil wawancara dari 8 Generasi Z akan mulai menghindari produk-produk yang memperlakukan karyawannya dengan tidak adil selama adanya COVID-19 ini. Contohnya perusahaan Amazon yang menolak memfasilitasi karyawannya alat-alat perlindungan yang baik selama wabah terjadi. Hal ini membuat mereka jadi berpikir ulang kalau ingin membeli sebuah produk, apakah mereka dari perusahaan yang bertanggung jawab atau tidak.

 

Berbeda dengan Generasi Baby Boomer (atau ini cuma orang tua saya aja? He-he-he) yang mudah tergiur dengan kata-kata “Produk No.1” atau “Best Seller”, Generasi Z nggak menjadikan hal itu sebagai daya tarik. Tidak tergiur dengan gembar-gembor soal prestasi, mereka lebih suka melihat apa dampak yang diberikan perusahaan bagi kondisi terkini.

 

Salah satu contohnya apakah perusahaanmu ikut membantu mereka agar jadi #PastiLebihSiap dalam menghadapi era normal yang baru dan lebih baik? 

 

3. Temui mereka di “tempat” yang tepat

Di mana Gen Z menghabiskan waktu paling banyak? Internet. Temui mereka di sana. Menurut Forbes, bila dibandingkan Generasi Milenial yang rata-rata hanya menggunakan 3 perangkat elektronik untuk mendapatkan informasi, Gen Z rata-rata menggunakan 5, yaitu smartphone, TV, laptop, desktop, dan tablet.

 

Hal ini menjadi penting ketika kamu menentukan tempat untuk mengiklankan produk kamu. Fokus hanya ke satu channel saja tidak cukup, misalnya kalau hanya mengandalkan ads di Instagram saja, kamu bisa kehilangan mereka yang meluangkan waktu di YouTube. Begitu pula sebaliknya.

 

Jadi pastikan ketika memutuskan untuk memasarkan produk di platform digital, penyebarannya pun harus seimbang dan sesuai dengan data yang ada. Untuk info soal ini, kamu bisa mulai banyak membaca hasil penelitian dari berbagai perusahaan yang memang fokus pada penelitian konsumen.

 

4. Sediakan tempat untuk mereka berkarya dan berpartisipasi

Karena Gen Z memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan suka mengekspresikan diri, berikan mereka wadah untuk menyalurkan hal tersebut. Tantang mereka untuk menciptakan suatu content yang berkaitan dengan produkmu dan sebagai bentuk apresiasi, upload karya mereka di media sosial perusahaanmu.

 

Saya ingat salah satu produk pakaian bermotif batik yang setiap tahun mengundang konsumennya yang memakai produk mereka untuk ikut share foto momen Lebaran. Hasilnya nanti akan di-upload ke Instagram Story mereka saat itu juga. 

 

Atau bisa juga mengadakan sesuatu yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan jualan produk, tapi lebih menarik mereka untuk berkomunikasi dengan produkmu. Saya selalu tertarik dengan challenge bingo yang ada di Instagram, yang mungkin nggak ada kaitannya sama sekali dengan penjualan, tapi bikin saya mudah ingat dengan suatu produk.

 

5. Bangun komunitas bagi Gen Z

Seperti yang sudah dikatakan, salah satu karakter Gen Z adalah mereka suka terkoneksi satu sama lain, dengan yang memiliki minat serupa. Bayangkan jika kamu punya suatu usaha baru dan hanya memiliki beberapa pelanggan, tapi pelanggan itu berpotensi mengajak orang lain untuk menjadi konsumenmu juga. 

 

Jangan sampai terlewat dengan momen ini dan siapkan wadah untuk mereka saling terhubung. Tidak ada salahnya mulai memikirkan untuk mengadakan gathering secara rutin dengan menggunakan platform digital. Misalnya mengadakan talkshow di Instagram Live dan menyajikan topik yang memang sedang “in” di kalangan Gen Z. Bukan hanya bisa menarik perhatian mereka saja, bisa jadi ini berdampak juga ke konsumen dari generasi lain.

 

Nah, semoga tips-tips di atas berguna dan bikin #PastiLebihSiap bagi kamu yang ingin mulai menyasar Generasi Z sebagai konsumen. Semangat!