SWARA – Yayasan Autisma Indonesia (YAI) kembali mengadakan satu acara tahunan yang bertepatan dengan World Autism Awereness Day atau Hari Kesadaran Autisme Sedunia, pada 2 April di setiap tahunnya. Begitu pula pada tahun 2019 ini, YAI didukung langsung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melaksanakan kampanye dengan menyinari Monumen Nasional (Monas) dengan lampu berwarna biru untuk memperingati Hari Kesadaran Autisme Sedunia.

 

Dilansir dari situs resmi YAI, autisme.or.id, kampanye dengan penyinaran lampu biru akan dilaksanakan sepanjang bulan April 2019. Selain Monas, ada beberapa landmark lain yang juga akan disinari dengan warna biru. Antara lain, patung HI, simpang susun Semanggi, dan beberapa landmark di Kota Bogor, yaitu Tugu Kujang, Lawang Salapan, dan Balaikota Bogor.

 

Dengan melakukan kampanye Light It Up Blue yang digagas oleh organisasi Autism Speak, Indonesia telah bergabung dengan gerakan global yang cahayanya akan mengirimkan pesan, harapan, dan penyertaan kepada individu dengan autisme.

 

Hari Kesadaran Autisme Sedunia ditetapkan PBB sejak 2007 silam, dan dibuat khusus untuk menumbuhkan kesadaran dan komitmen masyarakat dunia dalam mendukung para penyandang autisme dan menentang diskriminasi terhadap mereka. Dilansir dari CNN Indonesia, yang dikutip dari situs resmi PBB, Antonio Guterres, Sekjen PBB menuturkan tema khusus untuk tahun ini.

 

Tema yang disoroti khusus pada Hari Kesadaran Autisme Sedunia tahun ini adalah pentingnya pemberdayaan wanita dan anak perempuan penyandang autisme.

 

“Mereka menghadapi berbagai macam tantangan termasuk benteng untuk mengakses pendidikan dan dunia kerja secara adil dengan yang lain, penolakan hak reproduksi dan kebebasan untuk mengambil keputusan, serta kurang terlibat dalam pembuatan kebijakan terkait hal yang jadi perhatian mereka,” kata Antonio yang dikutip dari situs resmi PBB.

 

Artikel Terkait: Kisah Sukses dan Unik dari Berbagai Tokoh

  1. Cerita Sukses Atlet Difabel yang Membanggakan Indonesia
  2. Yuk, Ikut Merapal 8 Mantra Bos Amazon Agar Sukses
  3. 5 Sosok Sociopreneur Keren, Sukses menginspirasi dan Membuat Perubahan Baik!

 

Mengerti lebih dalam mengenai autisme

 

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan memengaruhi proses perkembangan anak. Akibat gangguan ini, seorang anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

 

Gejala yang bisa terlihat adalah adalah gangguan interaksi kualitatif, gangguan komunikasi yang tidak diusahakan diatasi dengan kemampuan non-verbal, dan perilaku repetitif terbatas dengan pola minat, perilaku dan aktivitas berulang.

 

Penanganan yang tersedia di Indonesia untuk penyandang Autisme

 

Terdapat berbagai terapi telah membuktikan membantu meningkatkan kualitas hidup penyandang autisme. Penanganan yang sudah tersedia di Indonesia antara lain adalah terapi perilaku, terapi wicara, terapi komunikasi, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, pendidikan khusus, penanganan medikasi dan biomedis, dan diet khusus.

 

Penanganan lain seperti integrasi auditori, oxygen hiperbarik, pemberian suplemen tertentu, sampai terapi dengan lumba-lumba juga telah tersedia di beberapa kota besar.

 

Hingga hari ini, pengembangan penanganan gangguan individual autisme masih terus dilakukan. Berkembangnya teknologi juga diharapkan akan membantu percepatan dalam menemukan penanganan yang paling ampuh dalam meningkatkan kualitas hidup dari penyandang autisme.

 

Artikel Terkait: Kiat-kiat dalam membangun kesuksesan

  1. Ini Syarat Pebisnis Pemula Sukses Bangun Bisnis dari Nol!
  2. 8 Tips Sukses Jadi Reseller dengan Modal Kecil
  3. Siapa Sangka Hobi Menjadi Reseller dapat Membawamu Menjadi Orang yang Sukses

 

Peran lingkungan sekitar

 

Selain itu, peran lingkungan sekitar juga sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup dari penyandang autisme. Keluarga sangat mengharapkan lingkungan dan masyarakat sekitar untuk bersikap lebih empatik terhadap keadaan dari para penyandang autisme.

 

Lingkungan dan masyarakat harus memahami kesulitan mereka, sehingga tidak ada lagi yang akan mengolok-olok perilaku individu autistik atau menyalahkan orang tuanya bila seorang penyandang autisme bersikap yang tidak seharusnya.

 

Tidak ada yang pernah meminta untuk dilahirkan sebagai penyandang autisme. Begitu pun semua orang tua pasti mengharapkan anaknya lahir sempurna. Maka dari itu, keluarga dengan penyandang autisme mengharapkan dan membutuhkan pengertian dan kesempatan, bukan belas kasihan atau umpatan.


dhandyDhandy Dwi Yustica