SWARA – Di tengah krisis karena pandemi COVID-19 ini, banyak bisnis yang mulai menutup sementara usahanya, mulai dari bisnis yang kecil sampai bisnis besar. Kalau mengintip pada sejarah, Indonesia bukan sekali ini saja diterpa krisis ekonomi. Pada tahun 1997-1998 dan tahun 2008-2009, Indonesia mengalami krisis yang cukup parah. Kondisi Dolar Amerika Serikat yang sama-sama menguat pada saat itu pun terjadi sekarang ini.
Menurut Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Teten Masduki, seperti yang ditulis di Liputan 6, kondisi UMKM nasional sekarang berbeda dengan krisis keuangan 1998. Di saat itu, UMKM jadi penolong perekonomian nasional, sedangkan pada saat ini UMKM ikut terpuruk bersama dengan sektor lain akibat pandemi COVID-19.
Kenapa bisa berbeda? Pada tahun 1998, UMKM bisa jadi penyelamat karena ekspor UMKM bisa naik sampai 350%. Karen Dolar AS menguat, jadinya UMKM punya celah untuk masuk ke pasar internasional dengan mengekspor produk mereka. Ekspor produk seperti perabotan dengan bahan baku lokal, hasil laut, pertanian, tambang, juga rempah, termasuk ke dalamnya.
Beda dengan kondisi sekarang, krisis ekonomi sedang menyerang secara global karena COVID-19. UMKM yang berpotensi untuk mengekspor produk mereka pun mengalami kelesuan, karena minimnya permintaan.
Tetap ada harapan
Walau kabar ini terlihat putus harapan, namun sebenarnya kemungkinan UMKM kembali jaya itu tetap ada. Peluang UMKM nasional untuk mengisi pasar dalam negeri justru sekarang lebih besar dan menggantikan kebutuhan pasar akan produk impor.
Salah satu kebutuhan impor yang bisa digantikan oleh UMKM nasional adalah kebutuhan berupa sayur, buah, dan juga industri yang memenuhi kebutuhan sekunder, seperti pakaian dari brand lokal, serta makeup dan skincare.
Indonesia itu termasuk negara yang beruntung kalau menurut saya. Kenapa? Karena perputaran ekonominya tidak bergantung 100% kepada bisnis-bisnis besar saja, tapi bisnis kecil juga berperan penting. Misalnya warung rokok kecil yang ada di pinggir jalan, toko sembako milik pakde sebelah rumah, bahkan bengkel kecil di ruko kompleks perumahan saya pun berperan penting.
UMKM nasional seperti inilah yang bisa jadi penopang ekonomi dalam negeri saat krisis ekonomi karena COVID-19. Walau berjalan lambat, sebenarnya petani lokal berpeluang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena lesunya impor bahan baku dari luar negeri.
Baca peluang usaha di masa depan
Seperti di artikel sebelumnya, bisnis UMKM nasional bisa bertahan bahkan berpeluang sukses di tengah pandemi COVID-19, selama bisa membaca peluang bisnis apa saja yang memiliki potensi di masa depan.
Bisni herbal
Jujur, saya bukan orang yang percaya dengan obat-obatan herbal, tapi makin ke sini semakin masuk akan kalau kembali mengonsumsi yang natural, bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Indonesia lagi-lagi negara yang beruntung karena masyarakatnya terbiasa mengonsumsi minuman herbal, salah satunya jamu-jamuan. Mulai dari jamu yang diproduksi rumahan, sampai produk jamu kemasan yang dijual dipasaran. Dilansir dari Kontan, sejak April 2020, penjualan jamu dan vitamin herbal di Indonesia meningkat sebanyak 2 kali lipat.
Saya rasa kondisi ini akan berlanjut sampai beberapa waktu ke depan atau bahkan menjadi kebiasaan baru bagi orang-orang yang sebelumnya tidak mengonsumsi jamu.
Bisnis makanan atau camilan rumahan
Saya sudah tidak bisa menghitung lain berapa banyak teman saya yang akhir-akhir ini menggeluti bisnis makanan semenjak adanya aturan jaga jarak karena COVID-19. Mulai dari bisnis brownies, pudding, es krim, sampai makanan rumahan yang siap diantarkan setiap hari.
Kenyataannya memang di tengah pandemi ini, ketertarikan orang dengan produk rumahan semakin meningkat. Beberapa penyebabnya adalah tutupnya toko-toko kesayangan untuk sementara dan produk rumahan dinilai lebih bersih pengelolaannya. Belum lagi cita rasa yang otentik, membuat produk rumahan ini jadi lebih khas dibanding dengan yang ada di pasaran.
Kesimpulan
Walau akan berjalan lambat, karena daya beli masyarakat yang menurun, potensi UMKM nasional berjaya di negeri sendiri tetap ada. Yang penting para pelaku UMKM dapat membaca peluang pasar yang ada. Semangat!
SWARA – Hidup memang bagaikan roda yang berputar, kadang di bawah, kadang di atas. Juga kadang, tanpa disangka, gaji yang kita terima di bulan ini tidak penuh seperti biasanya, alias perusahaan memberlakukan potong gaji atau ada penyesuaian gaji.
Baru saja saya mendengar cerita dari adik saya kalau salah satu temannya harus bersiap-siap jika bulan depan penggajiannya akan ada penyesuaian. Dia yang biasanya mendapat gaji bersih Rp9 juta per bulan, harus siap-siap jika bulan depan hanya menerima setengahnya.
Lain cerita dengan salah satu teman saya yang adalah pramugari maskapai luar negeri. Ia sudah mulai dirumahkan sejak awal April dan belum kembali terbang sampai sekarang. Soal gaji, nggak perlu ditanya. Bisa dapat gaji pokok tanpa tunjangan saja sudah bersyukur.
Hal ini terjadi di mana-mana
Photo by Lily Banse on Unsplash
Saya rasa hal ini bukan hanya dialami segelintir orang, tapi hampir semua negara yang terpapar wabah COVID-19 pun kena imbasnya. Bahkan negara semakmur New Zealand pun mengalaminya, sehingga seluruh jajaran menteri dan pegawai negeri sipil dengan jabatan setara direktur akan dipotong gajinya sebanyak 20% sampai 6 bulan ke depan.
Di Indonesia sendiri banyak perusahaan yang lebih memilih untuk potong gaji karyawannya dan menunda THR, daripada harus melakukan PHK. Beberapa perusahaan tersebut adalah Air Asia, Garuda Indonesia, KFC, termasuk juga Bank Indonesia serta para Aparatur Sipil Negara (ASN).
Dilansir dari kompas.com, Air Asia memberlakukan kebijakan ini karena memang cashflow mereka terganggu karena COVID-19. Sehingga beberapa pegawai harus mengalami potong gaji, termasuk Direktur Utama Air Asia Veranita Yosephine pun mengalami pemotongan hingga 50%.
Yang jadi pertanyaan, kalau gaji kita tidak utuh (yang entah sampai kapan), bagaimana kita mengatur keuangan kita dan bertahan hidup? Jika kamu termasuk orang yang mengalami hal ini, mungkin bisa coba untuk melakukan hal-hal di bawah ini.
1. Rinci pengeluaran yang rutin
Hal pertama dan terutama yang bisa kamu lakukan adalah merinci semua pengeluaran yang biasanya setiap bulan ada. Syukur-syukur kalau kamu termasuk orang yang rajin mencatat cashflow setiap hari, karena lebih detail lebih baik.
Apa saja pengeluaran yang pasti ada tiap bulan pada umumnya?
Biaya transportasi
Makan
Belanja bulanan
Tabungan
Uang kost/kontrakan
Cicilan
Pulsa dan paket data
Nongkrong bareng teman
Aplikasi berlangganan (untuk streaming musik atau film)
Dan lain-lain
Setelah kita merinci pengeluaran yang rutin kita keluarkan tiap bulannya, kita bisa membaginya dalam beberapa kategori, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder atau tersier. Dari sini, kita bisa lebih mudah untuk memutuskan mana saja pengeluaran yang bisa kita pertahankan, kurangi, atau eliminasi sekalian.
2. Potong pengeluaran yang tidak perlu
Masuk tahap kedua, yaitu memotong pengeluaran yang tidak terlalu krusial atau bukan termasuk kebutuhan primer. Hal ini bisa kita lihat dari rincian pengeluaran rutin sebelumnya. Selain biaya yang memang jadi kebutuhan pokok, seperti makan, belanja bulanan, uang kost/kontrakan, juga pulsa dan paket data (zaman sekarang hidup tanpa internet itu memang hampir tak mungkin, sobat~).
Pengeluaran lainnya bisa kita kurangi porsinya atau hilangkan untuk sementara. Misalnya biaya nongkrong sudah pasti kita eliminasi, karena kebetulan orang-orang juga lagi jarang keluar rumah karena physical distancing. Lalu biaya-biaya yang kecil tapi ternyata kalau dijumlah cukup banyak, misalnya langganan streaming musik, film, dan belanja online yang sifatnya hiburan, bisa kita hilangkan juga.
Tapi pemotongan di sini bukan berarti kita tidak boleh senang-senang sama sekali, ya. Boleh, tapi bisa dikurangi biayanya. Biasanya kita streaming musik berlangganan? Tunda dulu sementara, beralih ke platform yang gratisan, seperti YouTube. Inti dari pemotongan ini adalah sebisa mungkin mengurangi pengeluaran agar bisa bertahan sampai gajian berikutnya.
Kalau dengan gaji utuh kita biasa belanja keperluan sehari-hari di mall, mungkin sekarang kita bisa mulai menyesuaikan kebiasaan ini dengan uang yang ada di tangan. Jika kamu tinggal di kompleks perumahan, mungkin bisa mulai berlangganan dengan tukang sayur kesayangan ibu-ibu kompleks. Selain harganya yang cenderung lebih murah, kualitasnya juga nggak kalah, kok, sama yang ada di PasarSegar atau Hore. Sama-sama fresh.
Saya pribadi mulai memotong ongkos ngopi dan jajan boba saya yang biasanya sebulan bisa menghabiskan kurang lebih Rp500 ribu sebulannya. Saya menurunkan ego dan beralih ke produk-produk DIY, seperti bikin kopi susu sendiri dari kopi instan kekinian (yang ternyata modalnya nggak sampe Rp5.000/gelas) dan bikin pearl boba sendiri yang saya contek tutorialnya dari YouTube.
Contoh nyatanya terjadi juga dengan ibu saya yang menyesuaikan produk keperluan rumah tangga dengan mencari yang sedang promo. Misalnya belanja sabun cuci piring. Harga merek sabun cuci piring favoritnya itu Rp14.000, tapi karena merek sebelah lagi promo buy 1 get 1 dengan harga yang sama, beliau pilih beli merk yang satunya. Ketika ditanya kenapa, jawabnya, “Ah…semuanya sama aja, sama-sama ngilangin lemak dan bersih.”
Mungkin mental seperti ibu saya bisa mulai diterapkan ketika kamu mengalami potong gaji secara mendadak. Say goodbye (for a while) to those fancy salads and make your own, for a safer future.
4. Jika ada cicilan, bisa minta keringanan pembayaran
Zaman sekarang, hampir tidak mungkin hidup lepas dari cicilan, mulai dari cicilan KPR, kredit motor, cicilan handphone, cicilan kulkas, bahkan ada juga yang punya cicilan skincare. Lalu kalau kita alami potong gaji, bagaimana cara kita membayar cicilan ini, padahal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit?
Menurut Warta Ekonomi, Presiden Joko Widodo memang mengimbau setiap pihak pemberi cicilan untuk memberlakukan relaksasi kredit bagi para pelaku UMKM dan pekerja informal yang terkena dampak COVID-19. Relaksasi tersebut mulai dari penundaan pembayaran cicilan kredit sampai dengan satu tahun hingga penurunan bunga.
Misalnya kita ambil kasus dari teman adik saya yang sebulan gajinya Rp9 juta dan bulan depan akan ada penyesuaian gaji. Katakanlah dia akhirnya harus bertahan dengan gaji Rp4,5 juta selama sebulan dan tiap bulan ada tagihan kartu kredit sekitar Rp2,5.
Biasanya ia selalu bayar penuh, tidak pernah bayar minimum payment. Tapi kondisi berkata lain karena kalau ia bayar tagihannya utuh, uang tersisa hanya Rp2 juta. Kalau ia nge-kost yang sebulannya Rp2 juta, dia makan apa?
Hal yang paling masuk akan untuk dilakukan adalah meminta keringanan dari bank terkait untuk membayar tagihan. Adapun kebijakan tersebut dirilis oleh Bank Indonesia pada tanggal 1 Mei 2020, seperti yang dilansir dari Bisnis Indonesia, ada beberapa kelonggaran yang bisa kita dapatkan, yakni
penurunan batas maksimum suku bunga yang sebelumnya 2,5 persen per bulan menjadi 2 persen per bulan
penurunan sementara nilai pembayaran minimum yang sebelumnya 10 persen menjadi 5 persen
penurunan sementara besaran denda keterlambatan bayar dari 3 persen atau maksimal Rp150.000 menjadi 1 persen atau maksimal Rp100.000
Bank Indonesia juga mendukung kebijakan penerbit kartu kredit untuk memperpanjang jangka waktu pembayaran bagi nasabah yang terdampak COVID-19.
Yang paling nyaman memang membayar minimum payment, karena pasti nominalnya kecil. Tapi kita juga harus siap risikonya, yaitu bunga. Lebih baik memang langsung ditanyakan ke pihak bank terkait, kelonggaran seperti apa yang bisa kamu dapatkan.
Hal ini hanya salah satu contoh kasus untuk meminta relaksasi atau keringanan bayar, ya. Untuk kasus yang lain mungkin prosesnya akan berbeda. Yang pasti, proses meminta kelonggaran ini tidak dapat diproses dengan cepat, karena nasabah bukan hanya kamu saja. Jadi memang di sini dilatih kesabaran, karena pada dasarnya pihak bank juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang layak bagi semua nasabah.
5. Sebisa mungkin jangan kurangi tabungan
Ketika pendapatan kita berkurang, pikiran kita pasti langsung berusaha untuk menutupi biaya yang primer dulu, seperti yang sudah disebutkan di atas. Lalu munculah godaan untuk mengurangi atau menunda untuk menabung. Kalau itu yang ada di pikiran kamu…TOBAT, SOBAT! TOBAT! *mendadak jadi mamah dedeh*
Walau pemasukan kamu berkurang, setidaknya tabungan harus tetap jalan. Tapi, kak, nggak mungkin dong, kalau gaji tinggal setengah, jumlah yang ditabung tetap sama? Aku makan apaaa? Jangan sedih, bukan jumlahnya yang harus kamu pikirkan, tapi persentasenya. Mari kita hitung-hitungan!
Gaji utuh sebelum pemotongan: Rp5.000.000
Tabungan per bulan (20% x gaji): Rp1.000.000
Lalu misalkan kamu mengalami pemotongan gaji sampai 50%, jadi:
Gaji setelah ada penyesuaian: Rp2.500.000
Tabungan per bulan (20% x gaji): Rp500.000
Jumlah yang kamu tabung memang akan berkurang dari biasanya, tapi setidaknya tetap ada uang yang kamu simpan, yang siapa tahu bisa kamu gunakan untuk masa-masa yang lebih sulit.
Nah, itu dia langkah-langkah yang sekiranya bisa dilakukan jika kamu mengalami pemotongan gaji di saat COVID-19 seperti ini. Yang harus kita siapkan secara mental adalah kita tidak bisa lagi melakukan gaya hidup yang sama seperti ketika mendapatkan gaji tanpa potongan.
Saya tidak bilang ini akan mudah, karena akan ada banyak pengorbanan selama masa penyesuaian ini. Tapi percaya, deh, ini tidak akan berlangsung selamanya. Mungkin bukan dalam waktu yang cepat, tapi pasti akan berangsur-angsur baik dan kembali normal.
Untuk kamu yang juga ingin tahu perkembangan finansial dan tips mengatur keuangan selama pandemi COVID-19 ini, kamu juga bisa cek langsung di kolom FOKUS SWARA, ya. Selamat membaca!
SWARA – Sama seperti halnya para pekerja, para pelajar juga sudah memberlakukan belajar dari rumah, atau yang sekarang disebut Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Terutama di DKI Jakarta, PJJ ini sudah diterapkan sejak 16 April 2020. Artinya, proses belajar mengajar yang biasanya dilakukan di dalam kelas, harus pindah ke pembelajaran secara online yang bergantung juga pada paket data.
Saya jadi ingat dengan cerita salah satu Asisten Rumah Tangga (ART) teman saya yang bercerita kalau anaknya sudah mulai belajar dari rumah. Yang beliau ceritakan lebih kepada beban finansial tambahan lain karena harus menambah pengeluaran untuk paket data agar anaknya bisa belajar.
Nggak perlu ngomongin soal paket data pelajar, yang bekerja aja jadi megap-megap karena bujet untuk paket data mendadak bengkak. Yang biasanya cuma menghabiskan paling banyak Rp200.000 per bulan, sekarang bujet yang sama bisa habis dalam waktu seminggu saja.
Kenapa nggak pasang wifi? Untuk kondisi ART teman saya yang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja sulit, rasanya memasang wifi di rumah dan bayar bulanan yang tidak murah, bukan pilihan utama. Lalu untuk yang mampu pun, belum tentu area rumahnya sudah dimasuki jaringan internet. Yang lebih parah lagi, masih banyak perumahan yang areanya dimonopoli oleh satu provider saja. Sudah tidak ada pilihan, koneksi belum tentu bagus, mahal pula.
Lalu bagaimana sebenarnya kesiapan pemerintah terkait dengan masalah paket data untuk pelajar yang masih memiliki keterbatasan akses terhadap internet, baik dari segi bujet maupun lokasi?
Ada juknis BOS terbaru terkait paket data
Saya jadi cari-cari tahu apakah masalah paket data ini menjadi perhatian dari pemerintah pusat dan daerah? Masalahnya, proses pembelajaran kan tetap harus berjalan walau ada kendala finansial. Belum lagi masih harus membayar uang sekolah.
Kalau diurutkan sesuai tanggal pembahasannya, dilansir dari cnnindonesia.com pada tanggal 9 April 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan bahwa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat digunakan guru dan murid untuk membeli paket data selama kegiatan belajar dilakukan di rumah di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Lalu pada tanggal 15 April 2020, menurut Juknis Dana BOS terbaru yang dikeluarkan oleh Kemendikbud terkait dengan keadaan darurat COVID-19, Kemendikbud memperbolehkan satuan pendidikan menggunakan dana BOS dan BOP:
Untuk pembelian pulsa/paket data bagi pendidik dan peserta didik.
Digunakan untuk pembiayaan layanan pendidikan online berbayar bagi pendidik dan/atau peserta didik dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran dari rumah.
Digunakan untuk pembelian cairan atau sabun pembersih tangan, cairan pembasmi kuman (disinfektan), masker, maupun penunjang kebersihan lainnya.
Lalu mengapa masih ada keluhan yang diterima oleh KPAI mengenai hal ini?
Survei KPAI: siswa keluhkan paket data
Jadi sebenarnya kalau mengacu pada dua pernyataan di atas, sebenarnya baik siswa maupun guru, bisa menggunakan dana BOS ini untuk beli paket data. Namun, kenapa masih banyak yang belum merasakan manfaatnya? Apakah ini kembali ke kebijakan sekolah masing-masing?
Dilansir dari kompas.id, pada tanggal 13-20 April 2020, KPAI sempat menyebarkan survei PJJ kepada 1.700 siswa dari berbagai jenjang. Ternyata sekitar 42,2% siswa mengatakan mengalami kesusahan terkait paket data.
Maka tidak heran, dari hasil survei yang sama, sekitar 52,8% responden kepada pemerintah agar menggratiskan internet karena PJJ cenderung lebih banyak memakai metode daring yang menghabiskan kuota.
Hal ini pun menjadi salah satu usulan KPAI dalam Rakornas KPAI, yaitu agar pemerintah daerah kembali menegaskan dana bantuan untuk paket data dalam proses PJJ ini, baik untuk guru maupun siswa.
Saya cuma berharap hal ini tidak berhenti menjadi sekadar pertimbangan saja, tapi bisa melahirkan keputusan yang berdampak baik bagi para siswa. Jangan sampai karena masalah paket data, proses belajar menjadi beban baru bagi pelajar, pengajar, juga orang tua (yang tentunya harus men-support bujet paket data). Selamat Hari Pendidikan!
SWARA – Tampaknya Hari Buruh Sedunia tahun 2020 akan berjalan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya pada tanggal 1 Mei para buruh di seluruh dunia akan turun ke jalan dan memaparkan apa tuntutan mereka terhadap para penyusun regulasi pekerja.
Namun dikarenakan adanya wabah COVID-19, alih-alih berdemo, para buruh akan turun ke jalan untuk melakukan kegiatan sosial berupa membagikan ribuan APD bagi tenaga kesehatan di Jakarta, Bekasi Tangerang, dan kota-kota lainnya. Hal ini untuk membuktikan juga kalau buruh bukan hanya bisa berdemo, tapi juga melakukan hal yang berdampak.
Selain itu, Andi Gani selaku Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengatakan akan ada kegiatan penggalangan dana sosial bagi buruh yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Namun selain itu, ada beberapa hal lain terkait dengan dunia kerja dan usaha, yang sedang terjadi dan rasanya sayang untuk kita lewatkan. Apa saja, ya?
Pro-Kontra Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
Saya termasuk orang yang tidak mengikuti perkembangan proses pengesahan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja di Indonesia, tapi sedikit-sedikit tahu apa yang sedang ramai dibicarakan.
Pada awalnya Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja ini diciptakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jadi diharapkan dengan disahkannya RUU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, maka regulasi yang ngejelimet yang bisa membuat proses bisnis jadi lambat, akan jadi lebih cepat.
Masalahnya, ada beberapa poin yang terasa janggal di klaster ketenagakerjaan. Dilansir dari detik.com, menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea, ada 3 poin yang jadi kejanggalan dalam RUU ini dan harus kerap dikritisi, terutama menjelang Hari Buruh.
1. Pekerja akan dibayar per jam jika bekerja kurang dari 40 jam.
Hal ini bisa jadi celah bagi pengusaha yang akan dengan sengaja mengurangi jam kerja demi membayar per jam, bukan dengan sistem gaji pokok.
2. Tidak adanya hukum yang mengatur sanksi jika perusahaan tidak memberikan hak ketenagakerjaan bagi pekerjanya.
Dikhawatirkan akan semakin banyak perusahaan bandel yang jadi menihilkan hak para pegawainya, salah satunya adalah THR.
3. Tidak ada pengaturan soal pesangon bagi pekerja.
Ini pun dinilai bisa membenarkan para pengusaha untuk tidak memberikan pesangon penggantian masa kerja yang sudah diatur sebelumnya di UU nomor 13 tahun 2003, yang menjadi hak para pekerja.
Hukum ini bukan saja berdampak bagi para buruh, tapi juga pekerja kalangan menengah, seperti saya. Pusing kepalaku.
Sejauh ini proses pengesahan atau penolakannya cukup angot, belum ada tindakan tegas. Tapi dilansir dari cnnindonesia.com, pada tanggal 27 April 2020 lalu, DPR mengusulkan untuk menghapus pengaturan klaster ketenagakerjaan dan fokus saja dalam mengatur soal mempermudah investasi.
Di Hari Buruh tahun ini pun, Andi Gea kembali mengingatkan pemerintah untuk merevisi isi Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, terutama di klaster ketenagakerjaan.
Dampak yang diberikan oleh COVID-19 bukan hanya dirasakan oleh para pekerja di bidang kesehatan, tapi juga menampar keras para pelaku bisnis. Tidak pandang bulu, hal ini mempengaruhi semua sektor bisnis, baik yang kecil, menengah, maupun yang sudah besar sekali pun.
Begitu juga dengan warung soto di kompleks perumahan saya yang terpaksa merumahkan karyawannya karena profit merosot, yang disebabkan oleh sepinya pengunjung, dan tak mampu lagi membayar upah pekerja.
Tapi tidak semua menyerah begitu saja. Banyak juga usaha yang akhirnya putar otak demikian keras untuk bertahan, salah satunya Toko Kopi Tuku.Untuk mengatasi pengunjung yang berkurang, mereka berinovasi dengan menjual Kopi Susu Tetangganya yang hits itu dengan kemasan botol 1L. Jadi pelanggannya pun tetap bisa menikmati kopi favorit mereka tanpa harus keluar rumah.
Yang dilakukan oleh Toko Kopi Tuku ini hanya salah satu contoh strategi bisnis yang bisa dilakukan oleh pelaku bisnis lain. Intinya, di keadaan seperti ini, memang diperlukan strategi yang kreatif agar usaha tetap berjalan, walau lebih lambat dari biasanya.
Sejak bulan Maret 2020, saya sudah mulai bekerja dari rumah dan sampai sekarang kantor saya selalu menyarankan selama kebutuhan bekerjanya bisa dipenuhi dari rumah, sebaiknya tidak bekerja dari kantor dulu.
Setidaknya mayoritas perusahaan yang ada di jakarta sudah memberlakukan sistem kerja seperti ini. Lalu mulai banyak studi yang memaparkan kalau sistem kerja dari rumah ini bisa menjadi hal yang normal untuk dilakukan, bahkan setelah COVID-19 ini berlalu.
Menurut fastcompany.com, disinyalir kalau sistem seperti ini akan menjadi hal biasa karena ternyata orang bekerja dari rumah dinilai lebih produktif. Mereka bisa mengatur kegiatannya sendiri dan mencapai target dengan lebih tepat.
Saya termasuk orang yang sangat beruntung karena masuk ke golongan tersebut. Sebagai orang yang tinggal di pinggiran Jakarta, waktu pulang pergi 2,5 jam dari rumah-kantor-rumah setiap hari bisa saya manfaatkan untuk melakukan hal lain, seperti olahraga atau memasak menu baru. Setelah itu, mood membaik dan semangat kerja lagi.
Jadi jangan heran jika setelah ini semua berlalu, banyak perusahaan yang akan mengurangi hari kerja di kantor dan digantikan dengan bekerja dari rumah. Karena ternyata sistem bekerja seperti ini dinilai efektif.
Lalu bagaimana denganmu? Semoga semua dalam keadaan yang baik-baik saja. Teruntuk yang sedang berjuang untuk kembali membangun bisnis dan karier di tengah COVID-19, SEMANGAT! This too shall pass. Ini semua pasti akan berlalu dan kembali normal. Semoga setelah Hari Buruh ini, semua akan semakin jelas dan membaik.
SWARA – Nggak dapat dipungkiri, masa pandemi COVID-19 ini mengubah pergerakan bisnis, bukan hanya di Indonesia, tapi secara global. Di media sosial, nggak jarang saya melihat berita bagaimana bisnis UMKM bertahan mati-matian untuk tetap menjalani usahanya, bahkan sejak diberlakukan aturan physical distancing dan work from home (WFH).
Beberapa kenalan saya yang juga memiliki bisnis skala kecil menengah pun mengalami hal yang sama. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya menutup usahanya untuk sementara untuk mengurangi cost, karena jumlah pesanan per harinya menurun drastis.
Bahkan di kompleks perumahan saya saja, ada warung soto yang bisa dibilang setiap hari jualannya laku, tapi terancam tutup karena nggak sanggup lagi membayar upah kerja dari pegawainya. Omset menurun drastis.
Sampai kapan krisis ini berlangsung?
Photo by Obi Onyeador on Unsplash
Indonesia bukan pertama kalinya mengalami krisis ekonomi. Kita pernah mengalami krisis juga pada tahun 1998 dan 2008/2009. Tapi menurut Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath, dilansir dari Bisnis Indonesia, krisis kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena tidak dapat diprediksi akan sampai kapan dan sejauh apa dampaknya.
Bahkan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang, diprediksi akan mengalami penurunan masing-masing sekitar -5,9% dan -5,2%. Di China pun, walau tidak sampai merosot, pertumbuhan ekonominya akan melambat, jadi sekitar 1,2%.
Lalu bagaimana dengan ‘ramalan’ ekonomi di Indonesia?
Masih dari sumber yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan perkiraan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 ini akan mencapai 2,3% dan skenario terburuknya, pertumbuhan akan mengalami penurunan 0,4%.
Diperkirakan juga angka kemiskinan di Indonesia akan meningkat sekitar 1,1 juta orang di skenario buruk sampai 3,78 juta orang di skenario yang sangat buruk. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan di tahun ini atau bisnis yang gulung tikar, termasuk bisnis UMKM.
COVID-19 mengubah strategi bisnis di masa depan, bisnis UMKM bisa coba sesuaikan
Photo by Alex Robert on Unsplash
Bukan hanya akan mengubah perekonomian dunia, masa pandemi COVID-19 ini juga dikabarkan akan mengubah strategi para pelaku bisnis di masa depan. Tampaknya para pelaku bisnis ini akan belajar dari apa yang mereka alami selama krisis ini.
Dilansir dari Harvard Business School, ada beberapa hal yang akan berubah di bisnis masa depan, yang bisa diantisipasi oleh para pelaku bisnis, termasuk UMKM.
1. Komunikasi yang jujur antara pemilik usaha dengan karyawan
Saya bekerja dari tahun 2013 dan ini tahun ke-7 saya terjun di dunia kerja. Saya cukup beruntung karena setiap perusahaan tempat saya bekerja memiliki komunikasi yang cukup terbuka antara atasan dan bawahan, maupun perusahaan dengan karyawannya. Tapi tidak semua orang seberuntung saya.
Sebelum krisis ini menyerang, banyak perusahaan yang menjaga jarak dengan karyawannya, terutama kalau soal perkembangan bisnis atau profit perusahaan. Bisa tahu-tahu dapat bonus (kalau tahun sebelumnya profit), bisa juga mendadak PHK karena perusahaan harus melakukan efisiensi.
Yang bisa diterapkan pebisnis UMKM:
Dengan terjadinya krisis COVID-19 ini, bisa lebih terbuka soal keadaan bisnis dengan karyawanmu. Misalnya bulan lalu penjualan belum mencapai target. Alih-alih menyembunyikan ini dari karyawan, kamu bisa kasih mereka pengertian kalau ada effort lebih yang harus dilakukan di bulan ini untuk menutup kerugian bulan lalu.
Hal ini selain memberi gambaran jujur pada karyawan, bisa juga memacu kerja keras bersama dan juga memicu ide-ide kreatif tiap orang agar target berikutnya tercapai. Siapa tahu ada terobosan baru yang selama ini dipikirkan oleh karyawanmu yang paling pendiam!
2. Bekerja remote atau dari rumah akan menjadi sesuatu yang normal
Ini terkait dengan habit atau sistem kerja dari customer. Seperti yang sedang terjadi di saat ini, banyak perusahaan memberlakukan sistem kerja dari rumah. Sistem kerja dari rumah seperti sekarang ini dinilai cukup efektif untuk meningkatkan produktivitas pekerja.
Maka, bukan sesuatu yang mustahil kalau setelah krisis ini berakhir, akan semakin banyak perusahaan yang memberlakukan sistem kerja dari rumah dan semakin sedikit yang bekerja dari kantor.
Yang bisa diterapkan pebisnis UMKM:
Pertama-tama, yang pasti kamu harus bisa menyesuaikan dengan kebutuhan customer. Jika sistem kerja dari rumah ini sudah menjadi umum, maka tidak ada salahnya kamu mulai memaksimalkan pelayanan delivery atau menggunakan platformmarketplace.
Sepertinya peristiwa COVID-19 ini akan memberikan trauma dan kenangan yang cukup mendalam bagi semua orang, termasuk calon customer kamu. Setelah masa pandemi COVID-19 ini lewat, diperkirakan kebiasaan orang menjaga kebersihan dan kesehatan tidak akan berkurang, malah semakin waspada.
Orang jadi lebih peduli dengan kebersihan dirinya dan juga kebersihan apa pun barang yang ia pakai atau konsumsi. Mereka juga semakin perlu tahu dari mana asal barang yang mereka pakai, apakah dari tempat yang terjamin kebersihannya atau tidak.
Yang bisa diterapkan pebisnis UMKM:
Yakinkan calon customer kalau kebersihan dan kesehatan produk yang kamu jual itu terjamin. Misal, kamu bisa update di media sosial soal behind the scene dari proses bikin skincare atau keadaan dapur tempat kamu memproses makanan. Dengan sering update soal keadaan kantor atau tempat usahamu, itu bisa memberikan titik cerah buat mereka.
Krisis ini pasti memberikan dampak yang cukup besar bagi para pebisnis di Indonesia. Bisnis yang besar seperti perusahaan airlines saja terkena dampaknya, apalagi bisnis kecil menengah seperti UMKM.
Berhenti sejenak mungkin pilihan yang tepat untuk saat ini. Tapi bukan berarti menyerah dan pasrah dengan keadaan. Ada saatnya ketika semua ini sudah berakhir, kita bisa memulai lagi dari awal. Dengan mengetahui gerak-gerik bisnis setelah COVID-19 ini, setidaknya kita sudah bisa merancang strategi dari sekarang. Semangat!
SWARA – Minggu lalu saya dikasih tahu oleh salah satu teman kantor soal situs streaming gratis terbaru. “Kak, coba nonton di nites.tv, deh. Dia katanya situs streaming gratis yang dibikin sama pemerintah Amerika dan legal.”
Waw, menarik.
Pas saya cek situs tersebut, jujur senang banget karena koleksi film dan series-nya banyak banget, lengkap. Bahkan ada film yang sudah lama saya cari, yaitu Bring It On, film tentang anak SMA dan kehidupan cheerleader mereka di mana Kirsten Dunst masih sungguh belia. Bikin saya jadi nostalgia masa SMA.
Tapi ketika kemarin saya coba untuk mengakses situs nites.tv kembali, situs tersebut tidak dapat diakses. Hmm..kenapa, ya?
Kabarnya lagi kena banned
Setelah saya cari tahu, ternyata menurut beberapa sumber, memang Nites.tv ini sedang dihentikan dulu aktivitasnya. Dikutip dari akun Twitter Nites.tv sendiri, mereka mengatakan kalau memang sedang ada masalah terkait dengan copyright dari film-film yang mereka sediakan di situs mereka.
Hmm…berarti sebenarnya situs ini nggak legal, dong? Sebagai anak yang anti pembajakan (sorry, lagi bangun citra cewek idealis), aku termakan janji manis.
Karena sebenarnya memang situs ini semacam too good to be true, sih. Kontennya bisa diakses secara gratis, kualitasnya HD, dan bebas iklan. Biasanya situs streaming film yang gratis pasti ada iklannya yang cukup mengganggu. Tapi yang namanya gratisan, pasti ada konsekuensinya.
Nah, masih diambil dari akun Twitter yang sama, sepertinya situs Nites.tv ini tidak akan sepenuhnya jadi non-aktif, tapi ditutup untuk sementara sampai masalah legalitasnya menemukan titik cerah dan bisa menyajikan film dan series secara legal.
Ternyata terlibat masalah copyright atau hak cipta bukan hanya dialami oleh Nites.tv saja, tapi banyak juga dialami oleh para content creator di Youtube. Biasanya para Youtuber ini terkena masalah copyright karena memakai lagu orang lain tanpa izin atau tidak berbayar untuk musik di kontennya.
Kenapa kita nggak bisa pakai lagu orang sembarangan di konten kita atau meng-upload ulang film orang lain di situs gratis dengan sembarangan? Karena karya-karya itu dilindungi oleh hukum hak cipta (copyright) yang memang tugasnya melindungi karya tersebut dari pemakaian tanpa izin atau duplikasi. Hanya si pencipta karya dan orang yang memiliki otoritas atas karya tersebut yang berhak untuk memproduksi ulang karya-karya tersebut.
Apa jadinya kalau kita tetap nekat memakai karya orang lain tanpa izin? Kalau di YouTube, biasanya tiba-tiba musik yang kita pakai di video mendadak hilang. Nah, kalau kejadiannya seperti Nites.tv, ya situsnya jadi non-aktif sampai masalah copyright diluruskan.
Nonton di situs resmi saja
Mau nonton film dengan tenang, tanpa diteror masalah copyright? Lebih baik kita tetap memilih situs streaming yang memang legal dan resmi izinnya. Memang jadinya berbayar, tapi dijamin kualitasnya nggak mengecewakan.
Untuk situs streaming berbayar yang resmi di Indonesia ada Netflix, HOOQ, Viu, Catchplay, Iflix, Genflix, dan HBO GO. Untuk biaya berlangganannya, dimulai dari Rp30.000-Rp169.000 per bulan. Tinggal kamu sesuaikan dengan kebutuhanmu.
Kalau buatmu biaya langganan ini terlalu mahal, kamu bisa coba buka akun barengan dengan teman-teman. Tinggal langganan family pack dan bayarnya dibagi rata, deh. Lebih hemat, nonton film pun jadi lega.
SWARA – Di masa pandemik seperti ini, orang berlomba-lomba untuk mengatur keuangan sedemikian rupa agar aman di masa depan. Karena kalau boleh jujur, kita nggak tahu sampai kapan virus corona COVID-19 ini akan berlangsung dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, baik secara global atau di Indonesia sendiri. Lalu saya jadi bertanya-tanya, bagaimana dengan perilaku para pemain saham sekarang ini? Saya termasuk orang yang awam kalau ngomongin soal investasi, terutama investasi saham.
Tapi hal ini jadi menarik, karena kalau melihat berita, banyak orang justru jadi berbondong-bondong membeli saham yang sedang murah-murahnya.
Pertanyaanya adalah: hal ini bijakkah untuk dilakukan di keadaan seperti ini? Atau ini hanya kesenangan semata saja?
Saya jadi berpikir, ini sama kayak saya yang belanja di baju saat diskon akhir tahun nggak, ya? Sebenarnya saya nggak terlalu butuh jaket panjang musim dingin, tapi karena mumpung lagi murah, jadi saya beli saja. Tahunya kualitas jaket yang saya beli pun nggak bagus-bagus banget.
Kondisi pergerakan saham di dunia
Untuk menjawab pertanyaan saya ini, saya jadi cari tahu dulu apa yang sedang terjadi di luar sana. Menurut forbes.com, memang orang sedang gencar-gencarnya mempertaruhkan nasib investasi saham mereka sekarang ini.
Harus diborong kah? Atau jual semua saham yang kita punya dan lebih baik berinvestasi di masker dan sarung tangan karet? Ya, nggak gitu juga, sobat.
Sebenarnya yang paling menarik buat orang-orang berinvestasi saham itu adalah janjinya di masa depan. Kalau kita tekun melihat tren dan menyisihkan sebagian uang setiap bulannya, bisa jadi 10, 20, atau 30 tahun kemudian, kita sudah bisa menikmati hasilnya. Tanpa harus bekerja, kita bisa menikmati passive income dari hasil investasi.
Namun, melihat jebloknya saham di sektor perminyakan pada bulan Maret 2020 lalu saja sudah mempengaruhi nasib finansial secara global, yang membuat para pemain saham kawakan ketar-ketir.
Di Indonesia sendiri, dilansir dari Kontan, nasib IHSG sampai penutupan pasar saham Rabu (22/4/2020) lalu masih naik turun. Hal ini masih terpengaruh kuat oleh isu minyak mentah dan COVID-19. Ke depannya pun diperkirakan belum tentu ada pergerakan yang signifikan dalam waktu yang cepat.
Lalu bagaimana dengan nasib para investor yang masih pemula atau belum sekawakan itu?
Kenali profil kamu sebagai investor
Photo by AJ Yorio on Unsplash
Sebelum masuk bagaimana langkah selanjutnya yang harus kamu ambil, lebih baik kamu kenali dulu profil risikomu sebagai investor. Kamu itu orang yang seperti apa, sih? Yang suka main aman atau yang berani ambil risiko?
Yang saya tahu, dalam berinvestasi itu ada 3 profil risiko: Konservatif, Moderat, dan Agresif. Bagaimana cara kamu tahu kamu termasuk profil risiko yang mana? Bisa dilihat di penjelasan berikut ini:
Konservatif
Investor dengan profil Konservatif biasanya tidak terlalu suka dengan jenis investasi yang risiko meruginya tinggi. Lebih suka main aman dan keuntungannya pasti, walau tidak tinggi. Yang penting instrumen yang ia pilih dijamin kestabilannya.
Biasanya instrumen investasi yang dipilihnya ini berupa Deposito.
Moderat
Sedikit lebih berani dari si Konservatif, Investor dengan profil moderat tidak masalah jika mengalami sedikit kerugian dalam berinvestasi. Walau begitu Ia tetap berhati-hati memilih instrumen investasinya agar tidak mengalami kerugian terlalu besar.
Instrumen yang paling cocok untuk profil moderat adalah reksadana pendapatan tetapatau obligasi.
Agresif
Investor yang Agresif biasanya investor yang memegang teguh prinsip high risk high return. makanya mereka tid untukak takut untuk mengambil risiko yang besar dalam berinvestasi. Biasanya mereka memang sudah terbiasa dan mahir dalam berinvestasi.
Makanya mereka nggak takut untuk masuk ke investasi saham, reksadana saham, atau reksadana campuran.
Nah, kamu sendiri termasuk yang mana?
Kenali risiko yang kamu hadapi
Photo by Hubble on Unsplash
Di tengah kondisi yang lagi naik turun dan tidak stabil seperti ini, pastinya risiko yang akan kamu hadapi lebih besar. Setiap saat kondisi bisa berubah, tergantung isu yang sedang beredar juga.
Misal ada isu finansial soal negara atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, hal ini bisa berdampak sensitif terhadap perubahan harga saham suatu entitas. Bikin deg-degan intinya.
Melihat kondisi seperti ini, sepertinya untuk para pemain dengan profil risiko Konservatif, sebaiknya ditahan dulu untuk ikut bermain. Iya, tahu, harganya lagi murah dan kamu penasaran. Tapi sudah siap dengan risiko rugi yang mungkin terjadi?
Sebaliknya, untuk si Moderat dan Agresif, kamu masih bisa coba bermain selama kamu tahu penempatan yang tepat, di waktu yang tepat juga.
Tapi sekadar mengingatkan, apapun risiko yang akan kamu ambil, yang paling penting sebelum berinvestasi di saat seperti ini adalah memastikan kamu punya uang yang cukup di dalam pos dana darurat.
Dengan begitu, ketika kamu mengalami kerugian dalam berinvestasi saham sekali pun, keuanganmu tidak akan terganggu. Sekali lagi, investasi saham di masa seperti ini memang berisiko, tapi bukan berarti mustahil.
Jadi, ketika kamu berkomitmen untuk masuk ke dalamnya, pastikan keuanganmu aman dan hasil apa pun yang kamu dapatkan kelak, tidak akan mengganggu masa depan kamu atau keluarga yang bergantung dengan kamu.
Tapi kalau tetap mau berinvestasi, lebih baik…
Masih juga bersikukuh ingin coba investasi di saat seperti ini? Boleh saja, tapi sebisa mungkin cocokan dengan profil risiko masing-masing untuk memilih instrumen investasi yang tepat.
Beberapa yang bisa dipilih itu adalah Deposito, Obligasi, dan Reksadana.
Deposito
Untuk deposito, ini bisa dibilang aman karena bunganya fixed, sehingga keuntungannya juga pasti akan menyesuaikan dengan bunga yang dijanjikan oleh Bank.
Hanya, deposito di Bank itu memang sifatnya bukan untuk mengeruk untung, tapi lebih menstabilkan karena keuntungannya tidak akan besar.
Obligasi
Sedangkan untuk obligasi, sebenarnya lebih menjanjikan dari Deposito, dengan catatan memilih Obigasi yang tepat. Ada dua jenis Obligasi, yaitu Obligasi Pemerintah dan Obligasi Korporasi.
Untuk risikonya sendiri, di saat ini memang lebih aman kalau mengambil Obligasi Pemerintah, yang biasa dikenal sebagai Surat Utang Negara atau Surat Berharga Negara (SBN).
SBN sendiri ada beberapa macam, antara lain Savings Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), dan Obligasi Negara Ritel (ORI).
Dilansir dari Bareksa, ketika IHSG melemah, Reksa Dana Pasar Uang ternyata bisa kita jadikan pilihan untuk berinvestasi jangka pendek. Dalam kurun waktu satu tahun, ada dua reksadana pasar uang yang bisa diperkirakan dapat mencapai return sebesar 7,48% dan 7,31%, yaitu Capital Money Market Fund dan Sucorinvest Money Market Fund.
Kedua reksa dana ini memang memiliki tujuan untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan yang optimal serta konsisten, dalam jangka waktu pendek dan menengah, serta memiliki likuiditas yang tinggi.
Kesimpulan
Setelah penjelasan panjang dan lebar, keputusan apakah masih bijak untuk investasi saham di tengah Virus Corona adalah kembali ke pribadi masing-masing. Risiko pasti ada, tinggal kita siap atau tidak menerima segala risikonya.
Kenali terlebih dulu profil risiko, lalu cocokkan dengan instrumen yang akan dipilih. Setelah itu, bermainlah.
Tapi satu hal yang harus diingat, walau keadaan belum stabil sampai artikel ini ditulis, percayalah bahwa harapan untuk kembali di kondisi normal itu ada. Indonesia pernah melalui krisis beberapa kali dan kita berhasil melaluinya. Jadi untuk yang kali ini, pasti akan lewat juga. Semangat!
SWARA – Kapan pertama kali kalian nonton drama korea alias drakor? Saya ingat drama korea pertama saya tonton itu judulnya Full House dan saya nonton pas masih SMP. Hm, ketahuan umurnya sudah berapa sekarang.
Sampai sekarang, saya masih suka nonton drakor dan memasuki kepala 3, selera drama saya mulai berubah. Dulu saya suka banget drama yang mellow dan cheesy. Drama dengan tema cinta ABG juga perlahan mulai saya tinggalkan. Akhirnya saya mulai pilih-pilih drakor apa yang cocok dengan selera saya, yang romantis tapi nggak menye-menye. *sorry, lagi membangun image cewek strong*
Buat yang satu selera dengan saya, kali ini saya mau merekomendasikan beberapa drakor yang kayaknya pas diganyam oleh 30 something crew kayak kita-kita ini. Walau dramanya bukan yang terbaru dan nggak terlalu populer, dijamin nggak mengecewakan.
Reply 1988
FANS-NYA PARK BO-GUM MANA SUARANYA??? SAYAAAA!! Maaf, rusuh.
Drama yang satu ini menurut saya unik. Kelihatannya drama ini simple banget, tema yang dibawa ringan, tapi terasa kompleks. Topik yang dibahas nggak cuma satu, mulai dari keluarga, persahabatan, dan percintaan. Dikemas dengan komedi yang natural banget dan konflik yang biasa terjadi di kehidupan nyata, bikin saya merasa relate dengan drama yang satu ini.
Menceritakan persahabatan 5 orang yang bertetangga sejak mereka masih kecil, sampai akhirnya ada yang punya kisah cinta segitiga di antara mereka. Nggak lupa juga selipan permasalahan keluarga masing-masing, mulai dari masalah keuangan, peran para ibu di rumah tangga, masalah anak tengah yang sering dianggap remeh, sampe cinlok duda dan janda di kompleks perumahan itu. Gemes!
Yang bikin mellow itu ketika sudah masuk ke isu keluarga, yang bikin saya ingat dengan keluarga sendiri. Hmm…jadi pengin nonton lagi.
Because This Is My First Life
Jujur, awalnya saya underestimate dengan drama yang satu ini. Pertama, alurnya sungguh lambat dan dialognya banyak banget. Kedua, female dan male lead-nya itu kayak nggak berekspresi, beda dengan drama korea pada umumnya yang menggebu-gebu.
Tapi saya mengaku kalau saya salah, karena drama ini bagus, bagus, bagus banget. Mengusung tema konflik kehidupan orang-orang single di umur 30an, drama ini seakan lagi ngajak saya ngobrol. Mulai dari mengangkat isu menikah yang dibagi menjadi 3: ada yang pengin banget nikah tapi nggak kunjung dinikahi, ada yang nggak mau nikah karena alasan personal, dan ada yang memilih menikah tanpa cinta.
Gimana? Isunya relate nggak dengan perbincangan kamu dan teman-teman kamu pas lagi ngumpul-ngumpul?
SPOILER!
Yang paling menancap di hati saya, sih, saat akhirnya ada salah satu pasangan yang memutuskan untuk pisah, karena akhirnya mereka sadar kalau mereka telah saling jatuh cinta tapi memulai hubungan dengan cara yang salah. Uuuuhhh…baper. Yang pasti, semua dialog di drama ini pengin saya quote satu per satu sangking bagusnya.
Another Miss-Oh
Another Miss-Oh juga mungkin bukan drakor yang populer. Saya juga tanpa sengaja nonton di channel tv korea dan jadi ngikutin. Plotnya juga unik karena melibatkan trauma masa SMA.
Sang tokoh utama, Oh Hae-Young, memiliki masa SMA yang menyebalkan. Hal ini karena dia satu sekolah dengan cewek yang memiliki nama yang sama, tapi nasibnya 100% berbeda. Oh Hae-Young kedua ini lebih populer dan disukai oleh cowok-cowok di sekolah, sedangkan Oh Hae-Young pertama kebalikannya.
Makanya Oh Hae Young (yang pertama) lega pas sudah kerja, dia nggak perlu berada satu lingkungan lagi dengan “kembarannya” itu. Tapi nasib sungguh nasih, cowok yang dia taksir ternyata mantannya Oh Hae Young (yang kedua) dan akan menjadi rekan kerjanya. Pusing? Sama.
Yang bikin baper adalah bagaimana perjuangan Oh Hae-Young melawan trauma masa SMA-nya dan berusaha berdamai. Belum lagi ada salah paham dengan gebetan yang memang bisa terjadi setiap saat di dunia nyata. Buat saya yang juga punya pengalaman nggak enak saat di bangku sekolah, apalagi yang behubungan dengan bullying soal penampilan, hal ini jadi relatable dan merasuk ke jiwa.
Buat saya, 3 rekomendasi drakor yang di atas pas banget dinikmati sama cewek-cewek umur 30an kayak saya. Kenapa? Sekali lagi, karena walau romantis, tapi nggak menye-menye yang cintaaaaa…melulu bahasannya. Hari gini kalau ngomongin cinta melulu kan bosen, ya. Ada yang lebih penting buat dipikirin, misalnya tagihan kartu kredit saya yang kayaknya bulan ini membengkak karena belanja online terus. Nangis.
SWARA – Di masa-masa pandemik seperti ini, kita dituntut untuk lebih banyak beraktivitas di dalam rumah dan menjaga jarak dengan orang lain, alias social distancing. Ada yang bisa menerima dengan baik, ada yang rungsing. Nah, kalau dilihat dari setiap zodiak, bagaimana?
Tiap zodiak punya karakter dan sifat unik masing-masing. Makanya nggak heran kalau semua punya cara yang berbeda menghadapi masa pandemik, social distancing, dan work from home, alias kerja dari rumah. Kayak gimana, ya?
Aries
Sebagai zodiak berelemen api, bisa dibilang kamu punya energi cukup menggebu-gebu. Kalau kata teman saya, Aries itu doyan ngatur. Makanya nggak heran kalau selama masa #dirumahaja ini, kamu jadi makin cerewet. Mungkin karena bosan nggak bisa ke mana-mana.
Tips #dirumahaja:
Salurkan energimu ke kegiatan yang lumayan menguras tenaga, seperti berolahraga. Nggak perlu olahraga yang ekstrem, cukup keliling kompleks saja minimal 30 menit sehari. Tapi habis itu langsung pulang, jangan nongkrong di tukang bubur.
TAURUS
Nggak ada pandemik saja Taurus sudah malas keluar rumah, jadi kalau diminta untuk #dirumahaja, Taurus jagoannya. Kalau bisa, Taurus cuma beranjak dari tempat tidur JIKA memang harus. Tapi kadang hal ini bikin Taurus merasa nggak produktif, setelah seharian cuma scrolling media sosial.
Tips #dirumahaja:
Sering lihat tutorial masak di Instagram, kan? Coba bikin, deh. Hitung-hitung nambah koleksi resep masakan di buku resep kamu. Siapa tahu kamu bisa bikin konten YouTube dan jadi famousss!
Dikenal sebagai zodiak yang punya ambisi besar, rasanya nggak mungkin seorang Gemini bisa berdiam diri walau tetap #dirumahaja. Biasanya para Gemini ini merasa harus melakukan sesuatu yang menambah arti di hidup mereka.
Tips #dirumahaja:
Bikin project baru, yuk! Kamu lagi tertarik dengan apa belakangan ini? Pernah kepikiran coba punya mini home garden di balkon rumah, kah? Mungkin ini saatnya kamu mewujudkan ide-ide tersebut.
Cancer
Si anak melankolis tapi sering belaga tegar ini pasti lebih menderita ketika diminta untuk #dirumahaja. Kenapa? Karena dia jadi nggak bisa ketemu dengan orang-orang yang memang berarti buat dia. Uhhh, kasihan.
Tips #dirumahaja:
Lebih sering berkomunikasi dengan teman dekat walau hanya lewat video call. Dengan begini, esensi dari bersosialisasi nggak terasa hilang sepenuhnya. Walau sebenarnya kamu pasti akan lebih menikmati ketemu langsung. Sabar, ya, wahai Cancer. This too shall pass!
Biasa update di media sosial, si pemimpin zodiak elemen api ini pasti gatel banget sudah pengin eksis di media sosial dan membagikan keseruan hari yang dia lalui. Tapi sayang, selama #dirumahaja kegiatannya jadi terbatas dan bingung mau update apa. Masa mau update “good morning, world” melulu…
Tips #dirumahaja:
Gimana kalau bikin challenge baru di medsos? Misalnya, bikin 30 Days Cooking Challenge, di mana kamu menantang diri kamu sendiri untuk masak setiap hari selama sebulan dan hasilnya bisa kamu share ke teman-teman kamu. Jangan lupa ajak mereka juga buat ikutan, gengsss!
VIRGO
Si perfeksionis ini biasanya lumayan mumet nih menghadapi ketentuan #dirumahaja. Selain sibuk bersih-bersih rumah dan menyiapkan segala perlengkapan tolak bakteri dan virus, anak-anak Virgo biasanya tetap berusaha semua berjalan sesuai plan-nya. Tapi, kadang realita berkata lain, sehingga dia pusing sendiri.
Tips #dirumahaja:
Sudah pernah coba aplikasi untuk mengatur kapan kamu harus kerja dan kapan harus istirahat? Cobain, deh. Dengan begitu kamu bisa merasa lebih rileks dan nggak tegang-tegang amat. Melakukan banyak hal untuk tetap merasa produktif itu penting, tapi tubuh tetap butuh istirahat dan pikiran tetap zen.
Libra itu penganut keseimbangan sejati, hamba work-life balance. Jadi selama pandemik gini, zodiak berelemen udara ini berusaha sebisa mungkin tetap fokus dengan kehidupan pribadi dan kerjaan. Tapi kalau sudah WFH, kadang batas waktu itu suka melenceng, kan?
Tips #dirumahaja:
Pakai timer! Biasa kamu kerja berapa jam kalau di kantor? 8 jam, kan? Supaya waktu kerja jadi jelas, usahakan memaksimalkan si 8 jam tersebut. Ketika waktu kerja habis, kamu bisa meluangkan waktu untuk hobi yang sempat terbengkalai.
SCORPIO
Pada dasarnya, Scorpio itu termasuk orang rumahan juga, hampir seperti Taurus. Mereka lebih suka menghabiskan waktu di rumah, sendirian atau dengan orang terdekat. Tapi kalau sudah nggak bisa ke mana-mana kayak gini, biasanya Scorpio jadi lebih “kreatif” dan cenderung boros, antara karena jajan atau online shopping.
Tips #dirumahaja:
Masih adakah buku yang sudah kamu beli tapi belum kamu baca? Nah, ini saatnya mengganyam habis buku-buku yang masih tersusun rapi dan tak tersentuh itu. Biar nggak jadi mubazir juga, kan?
Sang pemimpin elemen api ini pastinya sudah kangen banget ingin melakukan banyak hal selama masa-sama social distancing ini. Pengin touring, balik beraktivitas seru bareng teman-teman, atau kembali nge-gym seperti biasa. Sayangnya, semua itu harus ditunda dulu untuk sementara.
Tips #dirumahaja:
Jangan mati gaya walau nggak bisa ke mana-mana. Kamu bisa coba daftar online class untuk olahraga atau ikut online course yang bisa nambah ilmu pengetahuan baru. Jadi tetap produktif yang berfaedah, beb!
CAPRICORN
Sebelas-dua belas dengan saudaranya sesama elemen tanah, Capricorn hampir serupa dengan Virgo yang agak kebingungan, kenapa selama WFH merasa tidak produktif. Rasanya harus melakukan sesuatu yang bermakna, tapi apa? TOLONG!
Tips #dirumahaja:
Set a new goal. Warga Capricorn ini butuh ditantang untuk mencapai kesuksesan. Nggak perlu goals yang terlalu muluk, cukup bikin tantangan yang bisa dilakukan secara konsisten setiap hari. Misalnya, selama #dirumahaja, mulai aktif bikin tulisan di blog yang sudah lama terbengkalai. Gimana?
Cara berpikir yang kritis dan kompleks memicu Aquarius untuk selalu update dengan berita terkini. Makanya nggak heran kalau selama masa pandemik, dia makin sering update berita soal COVID-19 dan perkembangannya secara global. Tapi diam-diam, dia merasa was-was juga dengan semua fakta yang ada dan cenderung bisa terpapar hoax.
Tips #dirumahaja:
Kurangi intesitas berkubang di internet untuk sementara, yuk, biar nggak makin parno. Banyak hal menarik di luar sana untuk dicoba, lho. Sudah coba bikin churros sendiri belum? Let’s get creative!
PISCES
Si zodiak yang biasa mengikuti kemana arah hidup berjalan ini, kadang merasa bingung dengan keadaan yang lagi dilaluinya, terutama seperti saat ini. Dibilang panik, nggak. Tapi kalau cuek dan jalanin aja pun, nggak. Ujung-ujungnya, Pisces bisa merasa tertekan dan stress.
Tips #dirumahaja:
Tarik napa, buang. Ulangi sampai tenang. Coba mulai menumpahkan apa yang ada di pikiranmu dalam tulisan lagi, yuk. Ayo mulai bercerita di social media, blog, atau podcast. Pikiran yang suntuk memang harus dikeluarkan, kok.
AKHIRNYA SAMPAI DI PENGHUJUNG TULISAN.
Ha-ha-ha. Itu dia cara tiap-tiap zodiak melalui masa-masa pandemik seperti saat ini. Semoga tipsnya membantu, ya. Kamu nggak perlu percaya 100%, tapi kalau ada hal seru yang bisa dicoba, kenapa tidak?
SWARA – Sebagai anak Twitter, beberapa hari yang lalu saya lihat sebuat thread yang menampilkan berbagai hasil masak yang gagal. Ada telur rebus gosong, kukusan yang meleleh, pearl boba sebesar bakso, sampai hasil masak churros hangus tak berbentuk. Biar nggak gagal seperti itu, saya mau bagi-bagi resep churros yang bisa dicoba sendiri.
Mumpung lagi punya banyak waktu di rumah, kita bisa sama-sama mencoba resep masakan baru tiap hari. Mulai masakan yang serius, sampai camilan yang beragam. Churros sendiri adalah makanan ringan yang terbuat dari adonan pastri goreng asal Spanyol dan Portugal. Bentuknya sendiri panjang dan biasanya dihidangkan bersama saus cokelat atau dibalur campuran gula dan bubuk kayu manis.
Duh, dari pada semakin ngiler, langsung cobain resep churros simple, murah meriah, dan yang pasti anti-gagal ini, yuk!
Masukan air, mentega, gula pasir, dan garam ke dalam panci anti lengket. Setelah mendidih dan semua bahan larut, masukan tepung terigu. Kecilkan api menjadi sedang dan terus aduk adonan hingga khalis. Khalis = tidak menempel lagi di panci.
Setelah khalis, matikan api, dan pindahkan adonan ke wadah lain. Aduk-aduk sampai adonan tidak terlalu panas. Kenapa? Karena habis ini kita akan memasukan telur dan pastinya kamu nggak mau telurnya jadi matang karena adonan masih panas, kan?
Adonan sudah dingin, masukan telur satu per satu. Masukan telur pertama, lalu aduk sampai rata. Setelah itu masukan telur kedua dan aduk lagi hingga tercampur.
Harusnya tekstur yang dihasilnya tidak terlalu lembek, tapi tidak keras juga. Kalau adonanmu seperti ini, tandanya kamu sudah berhasil menempuh 1/2 perjalanan dengan selamat.
Masukan adonan ke dalam plastik segitiga (pipping bag). Kamu bisa pakai corong bermotif bintang agar saat menggoreng nanti, bentuk churros jadi lebih cantik. Tapi kalau tidak ada, kamu tinggal menggunting ujung plastik seukuran yang kamu mau.
Panaskan minyak sayur untuk menggoreng adonan. Setelah panas, tinggal memasukan adonan churros dengan menekan plastik segitiga (piping bag) hingga adonan keluar sepanjang 7-10 cm, lalu potong dengan gunting.
Goreng sampai matang dan kuning kecokelatan, kira-kira memakan waktu 4 menit untuk matang sempurna. Setelah itu angkat dan taruh churros yang matang di atas piring beralaskan tisu tebal (paper towel) agar minyak terserap, diamkan sampai agak hangat.
Setelah itu campurkan churros dengan campuran gula halus dan bubuk kayu manis. Sudah tercampur rata? Churros siap dihidangkan!
Mudah bukan membuatnya? *terdengar suara musik bu Sisca* Tapi kalau kamu masih bingung dengan langkah-langkahnya, saya punya rekomendasi channel YouTube yang biasanya jadi andalan kalau mau coba resep-resep baru.