SWARA – Bekerja sebagai bawahan itu banyak suka-dukanya. Apalagi, kalau kamu adalah bawahan yang harus berhadapan dengan bos yang suka berperilaku semena-mena. Rasanya beneran nano-nano deh! Entah mengapa, rasanya kamu salah melulu di matanya. Saking menyebalkannya, kamu pun pengin resign saat itu juga. Nggak mau deh bernapas di satu gedung yang sama dengannya.
Meski sudah jengkel setengah mati, sangat disarankan untuk nggak buru-buru resign. Bos itu juga manusia, pasti ada saatnya dia khilaf dan bersikap kurang menyenangkan. Lagipula, kamu mesti mempertimbangkan dari A-Z agar nggak menyesal di kemudian hari.
Kalau lagi sebal, ingat satu rumus ini, “Jangan pernah mengambil keputusan permanen kalau lagi marah”. Lantas, apa dong yang harus dilakukan? Dikutip dari Wolipop.detik.com, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini sebelum memutuskan untuk resign.
1. Tunjukkan leadership yang baik
Cara terbaik dan terbijak untuk menghadapi bos kurang menyenangkan adalah menumbuhkan jiwa leadership dalam diri sendiri. Meski kondisi lingkungan nggak mendukung, kamu mesti memimpin diri sendiri agar tetap bisa profesional dan nggak terbawa perasaan saat bekerja.
Artikel Terkait: Waktu terbaik untuk resign
- Bosan dengan Pekerjaan dan Ingin Resign?Pertimbangkan 4 Hal Ini Sebelum Memutuskan
- Ini yang Tidak dan Boleh Dilakukan Saat Memutuskan Resign dari Pekerjaan
- Dapet Kerjaan yang Nggak Sesuai Passion? Jangan Terburu-Buru Untuk Resign!
Memiliki sifat leadership sama sekali berbeda dengan melangkahi otoritas bos, lho. Kamu mesti menunjukkan performa terbaik tanpa bikin bos tersudut. Apalagi, bos yang menyebalkan cenderung nggak suka bawahannya lebih maju. Jadi, kamu mesti hati-hati agar nggak makin dibenci.
2. Bangun komunikasi yang bagus
Melihat bos saja sudah malas, masak harus ngajakin ngobrol, sih? Jangan-jangan si bos malah makin menjadi-jadi lagi? Eits, kamu nggak boleh negative thinking dulu. Segala permasalahan itu bisa diselesaikan secara damai dan baik-baik. Kalau sedang bermusuhan, jangan asal menyerang lawan. Kamu bisa mengajukan gencatan senjata dengan media komunikasi.
Kamu bisa mengutarakan semua uneg-uneg di hati dengan sopan dan profesional. Saat memulai pembicaraan, pilih topik-topik sederhana dulu. Hindari berbicara seperti orang mau nodong dan menghakimi. Kalau terlalu jujur dan to the point, takutnya si bos makin salah paham, kan? Kalau obrolan sudah luwes, kamu bisa mengangkat topik sensitif. Kira-kira, apa alasan yang bikin si bos senewen padamu?
3. Berusaha mengenal lebih jauh
Saat jam makan siang, kamu jangan buru-buru cabut untuk lunch, ya. Kamu bisa mulai melakukan pendekatan pada bos dengan ngajak lunch bareng. Bisa saja kesalahpahaman yang terjadi karena kamu dan bos sama-sama kurang memahami karakter masing-masing, lho.
Obrolan bisa dimulai dengan topik ringan yang nggak ada sangkut pautnya dengan kerjaan. Biarkan obrolan mengalir, terpenting hati si bos bisa melunak. Baru setelahnya, kamu mengangkat topik pekerjaan. Dari sini, kamu bisa tahu apa padangan bos akan dirimu? Bisa juga kamu share pendapatmu tentangnya.
4. Ajukan beberapa alternatif
Nggak ada karyawan yang lebih disukai selain karyawan yang inisiatif! Balas sikap kurang menyenangkan bos dengan ide-ide luar biasamu. Khususnya, untuk bos yang sukar mengambil keputusan. Takutnya, dia mengambil keputusan yang menyangkut masa depan perusahaan secara terburu-buru.
Artikel Terkait: Tips resign secara tepat
- 5 Tips Atasi Rasa Penyesalan Setelah Memutuskan Resign
- Alasan Mengapa Resign Setelah Lebaran Merupakan Hal yang Tepat
- Empat Langkah Resign dengan Baik, Ikuti, Yuk!
Diskusikan tiap solusi alternatif yang kamu ajukan. Berikan alasan yang realistis dan nggak asal pakai feeling. Bisnis itu memang nggak bisa lepas dari feeling, tapi pikiran rasional adalah harga mati. Kasih tahu alasannya mengapa bos harus memilih solusi yang kamu tawarkan.
5. Tak perlu diambil hati
Jangan sampai gara-gara satu orang, semua pekerjaanmu jadi berantakan, ya. Kalau kamu sudah melakukan pelbagai cara, tapi nggak berhasil juga, kamu bisa mengeluarkan jurus terakhir! Kamu bisa laporan ke atasan yang lebih tinggi. Utarakan semua uneg-uneg secara berimbang. Jangan sampai memunculkan kesan menjelek-jelekkan bos.
Dan pesan terakhir dari saya, sikap bos nggak perlu diambil hati. Tinggalkan semua rasa kesal dan marah di kantor sebelum kamu pulang. Jadi, bisa pulang ke rumah dengan hati tenang tanpa menyimpan dendam. Semoga saja cara ini bisa menekan risiko kamu memutuskan resign karena amarah semata.
Yuk, ajukan pinjaman tanpa agunan, tanpa kartu kreditmu sekarang juga!
DEWI AYU NURJANAH