SWARA – Semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi maka semakin banyak pula produk investasi yang ditawarkan. Belakangan ini investasi P2P lending sedang banyak ditawarkan kepada masyarakat dengan berbagai keuntungan yang menggiurkan. Teman saya yang berinvestasi di P2P pun mengatakan hal serupa. Dia menginvestasikan uangnya di sebuah perusahaan P2P lending dan sudah merasakan hasil dari bunga yang didapatkan dengan tenor 3 bulan saja.

Sebelum P2P lending booming, investor pemula lebih banyak tertarik ke investasi reksadana karena kemudahannya dalam bertransaksi. Saya sendiri juga menggunakan reksadana karena mudah dalam menyetorkan uang dan mudah saat menarik dana yang diinvestasikan.

Nah, jika kamu bingung ingin berinvestasi di P2P lending atau reksadana, maka kamu bisa menyimak artikel ini karena saya akan menjabarkan perbedaan dan keuntungannya masing-masing.

 

1. Imbal hasil yang akan didapatkan

Jika kamu berinvestasi di reksadana, kamu bisa mendapatkan imbal hasil sekitar 7% setiap tahunnya, karena reksadana bekerja melalui portofolio yang harus dijalankan di pasar uang sehingga besaran imbal hasil pun sangat ditentukan kondisi pasar uang. 

Sedangkan P2P lending bisa menghasilkan keuntungan sebesar 20% per tahun dari uang yang kamu investasikan. P2P lending mempertemukan kamu sebagai pemodal kepada orang-orang yang membutuhkan pinjaman sehingga uang kamu akan dipinjamkan ke peminjam dengan tenor dan bunga tertentu, lalu kamu mendapatkan keuntungan dari bunga yang dibayarkan oleh peminjam.

 

Artikel terkait: Mengenal investasi reksadana
1. Kenali Reksadana Indeks, Ini Strategi Mengelolanya
2. Reksadana vs Deposito: Lebih Cuan Yang Mana?
3. Baru, Ini Dia Marketplace Reksadana yang Bisa Kamu Coba!

 

2. Risiko yang dihadapi besar mana?

Reksadana merupakan instrumen investasi yang terbilang minim risiko. Keuntungan reksadana memang tak terlalu besar, tapi jika dilihat dari tahun ke tahun nilainya naik terus, sehingga untuk urusan risiko yang minim tentu reksadana menjadi pilihan.

Sedangkan P2P lending memiliki risiko menengah hingga tinggi. Risiko yang dihadapi adalah peminjam tidak mengembalikan uangnya melalui situs P2P lending yang kita gunakan sehingga uang yang kita investasikan tak kembali. Beberapa perusahaan P2P lending ada yang menjamin keamanan uang pendana melalui asuransi, tapi tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti pemotongan keuntungan yang didapatkan atau nggak bisa kembali 100% uang modalnya.

 

3. Banyaknya produk yang ada

Reksadana karena sudah lama beredar di Indonesia tentu akan lebih banyak pilihan untuk memilih manajer investasi yang bisa mengelola uangmu dalam berinvestasi. Dalam memilih pun harus hati-hati sesuai dengan track record manajer investasi yang akan kamu gunakan.

P2P lending meskipun tergolong investasi baru, sudah banyak perusahaan yang menawarkan platform ini untuk berinvestasi. Hal yang perlu kamu perhatikan adalah kebijakan setiap platform P2P lending harus disesuaikan dengan strategi investasi yang kamu jalankan. Selain itu terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga bisa menjadi salah satu standar kamu dalam memilih reksadana maupun platform P2P lending.

 

4. Batas waktu penarikan

Jika dalam reksadana kamu bisa menarik uangmu beserta imbal hasilnya kapan pun, berbeda dengan P2P lending. Di platform P2P lending ada batas waktu yang harus kamu tunggu dulu jika ingin melakukan penarikan uang yang kamu investasikan, sehingga dari segi likuiditas P2P lending sedikit kurang fleksibel.

 

Artikel terkait: Tips investasi P2P Lending
1. Keuntungan dan Kerugian Investasi P2P Lending yang Perlu Kamu Ketahui
2. Tips Agar Investasi P2P Lending-mu Aman
3. Cari Tahu Tentang Investasi Peer to peer (P2P) Lending?Begini Penjelasannya

 

5. Pengenaan pajak

Jika dalam reksadana, keuntungan yang kamu dapatkan nggak akan dikenakan pajak. Tetapi jika kamu berinvestasi di P2P lending, jika menginvestasikan hingga Rp50 juta kamu akan dikenakan pajak sebesar 15% per tahun.

Itulah perbedaan yang perlu kamu tahu dari reksadana dan P2P lending. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing sehingga kamu bisa menyesuaikan dengan kemampuan mengelola risiko dan pengalaman dalam berinvestasi.