SWARA– Dewasa ini, kebiasaan menghapal dan mengingat hal-hal kecil sepertinya nggak lagi menjadi kebiasaan. Saya ingat benar, dulu saat masih SD saya wajib menghapal nomor-nomor telepon rumah dan ponsel orang tua, alamat rumah saudara, atau trayek angkot dan bus dalam kota.
Namun, sekarang? Gara-gara smartphone, orang-orang sepertinya cenderung malas menghapal hal-hal seperti itu. Alasannya, kan tinggal cari di ponsel. Buat apa menuh-menuhin isi kepala. Iya nggak?
Artikel terkait: Menjaga ‘asupan’ anak
- 5 Rekomendasi Program Acara TV untuk Anak di Atas
- Kalimat yang Harus Dihindari para Orang Tua dalam Mendidik
- Jurus Ampuh Lindungi Anak dari Kejahatan Siber
Apa itu digital amnesia
Pergeseran habit ini ternyata ada istilahnya, lho. Para ahli menyebutnya digital amnesia, suatu perubahan besar pada perilaku dan daya ingat kaum melek teknologi, terutama generasi millennial dan generasi Z.
Fenomena ini terjadi saat seseorang terlalu bergantung pada kecanggihan, keefesienan, dan keefektifan teknologi sebagai alat penyimpan informasi dan tempat bertanya segala sesuatu. Mulai dari tanggal ulang tahun, nomor telepon, reminder pekerjaan, hingga data-data pribadi.
Karena sudah tersedia di sini, seseorang pun merasa nggak perlu lagi menyimpan ‘salinannya’ di kepala.
Â
Apa pengaruh digital amnesia terhadap daya ingat?
Ternyata, pengaruhnya buruk, lho. Baik untuk dewasa maupun anak-anak.
Karena digital amnesia membuat kita terlalu bergantung pada internet, anak jadi malas berusaha mengingat-ingat. Mereka lebih memilih bertanya langsung ke Mbah Google. Alhasil, mereka memang bisa tahu lebih cepat, lebih banyak. Namun, juga jadi mudah melupakan.
Implikasi dari fenomena ini kemudian berlanjut lebih jauh.
Saat otak kurang terlatih mengolah informasi mentah menjadi sebuah ingatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang maka otak pun berhenti ‘berusaha’ membangun ribuan koneksi sel-sel saraf baru.  Akibatnya, fungsi otak memproses memori jangka panjang pun tersendat. Padahal, memori jangka panjang itu berperan penting membentuk identitas anak. Misalnya, tentang bagaiamana dia mengingat kelezatan masakan sang ibu, saat jatuh dari sepeda, atau bermain kejar-kejaran dengan teman-temannya.
Yang berarti, digital amnesia bisa saja meghilangkan kemampuan si kecil mengingat kenangan masa kecilnya yang bahagia bersama orangtua dan keluarganya.
Duh, jangan sampai dong, ya?
Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua?
Supaya hal ini nggak terjadi, tentunya kamu harus berupaya menghindarkan digital amnesia pada si kecil. Kamu harus rajin melatih dan mengasah otaknya agar tetap mampu mempertahankan daya ingat di tengah-tengah kecanggihan teknologi. Caranya?
Mengajarkannya menghafal informasi sederhana. Latih anak untuk menghafalkan informasi yang digunakan sehari-hari seperti yang dulu kamu lakukan. Musalnya, informasi mendasar seperti nomor telepon, alamat rumah, nama orangtua dan saudara. Lakukan berulang-ulang agar akarnya kuat menancap di ingatan anak.
Batasi ketergantungan dengan gadget
Saat jalan-jalan dengan anak, misalnya. Alih-alih mencari rute dengan GPS ponsel, cobalah sesekali ajak anak untuk turun dari mobil dan bertanya pada penduduk sekitar. Lagipula, ini bisa jadi pengalaman dan pelajaran baru untuk anak tentang bagaimana berinteraksi dengan masyarakat, secara baik dan sopan.
Manfaatkan gadget dengan bijak
Mengisi games di gadget untuk anak, jangan hanya agar anak anteng. Sebaiknya kamu juga berikan mereka beberapa games yang bisa menstimulasi daya ingat. Beberapa games seperti NeuroNation-Brain Training dan Eidetic bisa kamu coba.
Tetapkan waktu break dari gadget
Sungguh nggak baik membiarkan anak lekat dengan smartphone hingga berjam-jam. Sebaiknya kamu batasi jam anak mengakses gadget, mulai dari smartphone, komputer, atau konsol video game. Beri mereka mainan konvensional atau ganti dengan istirahat tidur siang.
Jaga asupan gizi
Selain mengatur porsi pemakaian gadget, yang nggak kalah penting untuk mencegah digital amnesia adalah dengan menjaga asupan gizi anak. Caranya? Tentu saja dengan memastikan bahwa mereka makan makanan bergizi, tidur yang cukup, berolahraga dan bermain, dan rajin berkonsultasi dengan dokter anak untuk memonitor setiap tahap perkembangannya.
Seiring perkembangan zaman, ternyata tantangan menjadi orangtua pun semakin bervariasi ya? Pasalnya, di zaman dulu, kekhawatiran akan digital amnesia pasti belum ada, kan? Makanya, kamu harus bijak menyesuaikan diri, dan selalu update dengan informasi terkait parenting masa kini.
Artikel terkait: Pola asuh yang tepat
- Pola Asuh yang Bisa Kamu Terapkan untuk si Anak Sulung
- Pola Asuh yang Tepat untuk Si Anak Tengah
- Pola Asuh yang Tepat Agar Anak Bungsu Tidak Menjadi Manja
Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.
Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!
WINNY WITRA MAHARANI