SWARA – Menjual rumah itu bisa dikatakan gampang-gampang susah, lho! Kalau sudah berpengalaman, mudah saja untuk menentukan harga. Seperti dengan melihat lokasi, luas, hingga prospek masa depan. Namun, buat kamu yang baru pertama kali jual rumah, pasti kesusahan banget. Kalau saya kasih harga tinggi, takutnya kemahalan. Namun, kalau memasang harga murah, takutnya terlalu murah. Duh, jadi bingung sendiri, kan?
Beberapa tahun lalu, keluarga saya memiliki pengalaman menjual rumah kayu kuno. Saya masih ingat keluarga menerima uang sebesar Rp 7 juta per meter persegi. Setelah ditelusuri, si makelar menjual rumah kayu tersebut di atas Rp 10 juta per meter persegi, lho. Wah, tahu gitu kami memasang harga lebih tinggi saat bertemu saat nego dengan makelar,bukan?Belajar dari pengalaman ini maka saya pun memutuskan untuk lebih teliti lagi dalam memasang harga saat menjual properti.
Artikel Terkait: Investasi Properti Semakin Menarik untuk Dicoba!
- Ingin Investasi Properti Tetapi Modal Sedikit? Begini Cara Mengakalinya!
- Rekomendasi Properti yang Sedang Rising di Makassar Tahun 2018
- 5 Panduan Pilih Lokasi Investasi Properti Tanpa Bingung dan Bikin Untung
Ketika kamu akan menjual rumah, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan, lho. Seperti luas rumah, kondisi, hingga letaknya strategis atau terpencil. Hal-hal ini bisa menjadi penentu apakah harga rumah yang kamu pasang sudah ideal sesuai dengan kondisi pasar. Perhatikan 3 hal di bawah ini saat akan menentukan harga rumah.
1. Indikator terbaik untuk menentukan harga tanah
Ketika akan menjual rumah, pasti juga menjual tanahnya, bukan? Makanya, saat akan menjual rumah, kamu juga mesti menghitung harga tanahnya. Menarik dicatat, ternyata banyak sekali indikator yang bisa dipakai untuk menentukan harga tanah, lho.
Seperti status perizinan, kepemilikan, sifat, posisi, hingga bentuk tanah. Kalau memiliki bentuk yang ideal, maka bisa menjualnya dengan harga yang tinggi. Namun, kalau sifat tanah kurang bagus, pasti mengurangi nilai jual tanah tersebut.
Selain itu, kamu juga bisa menentukan harga tanah dilihat dari fasilitas umum di sekitarnya. Apakah dekat dengan fasilitas umum seperti sekolah, bank, rumah sakit, ATM, dan pasar? Selain itu, apakah fasilitas jalan di sekitar rumah sudah cukup baik? Semakin lengkap dan mudah diakses, maka harganya akan mahal.
2. Menentukan harga bangunan
Setelah sukses menghitung harga rumah, bisa kamu lanjutkan dengan menghitung harga bangunannya. Lalu, apa saja indikator yang dipakai untuk menghitung harga bangunan?Kalau saya pribadi, style bangunan tetap jadi indikator utama dalam menentukan harga rumah.
Semakin kekinian, harganya pasti semakin mahal, dong. Akhir-akhir ini, banyak sekali pasangan muda yang mencari rumah dengan desain yang sesuai dengan trend. Semakin dicari, maka harganya pasti ikutan mahal.
Selain style rumah, kamu juga perlu melihat kondisi bangunan masih baik atau banyak yang rusak, izinnya bagaimana, kualitas material, hingga usia dari bangunan itu sendiri. Terakhir, kamu juga mesti melihat infrastruktur pelengkap yang memberikan nilai plus. Yakni, adanya internet, listrik, PDAM, hingga telepon di rumah tersebut.
3. Cara menghitung harga secara bench mark
Untuk menentukan harga, sebenarnya nggak ada patokan khusus untuk harga pasarnya. Namun, agar harga yang kamu patok masih di ambang wajar, kamu bisa berkiblat pada Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP). Biasanya, penjual akan menentukan harga tanah dua hingga tiga kali lipat dari harga minimal NJOP. Agar lebih jelasnya, yuk simak simulasi penjualan rumah dengan NJOP sebesar Rp 500 ribu/m2.
-Harga jual tanah: Luas tanah X NJOP
Maka harganya adalah 300m2 X Rp500 ribu=Rp 150 juta. Harga per meternya bisa kamu naikkan hingga 2-3 kali NJOP atau bisa main aman sesuai NJOP.
-Harga jual bangunan: Luas bangunan X NJOP bangunan bekas
Sebenarnya, NJOP bangunan sebesar Rp 500 ribu/m2. Namun, kalau kondisi bangunan kurang bagus dan nggak memiliki infrastruktur yang lengkap, harganya bisa kamu turunkan di bawah NJOP. Sama juga kalau bagunan sudah kamu renovasi, bisa kamu naikkan harganya dari harga minimal NJOP. Saya akan pakai contoh sesuai dengan harga NJOP saja, ya.
Artikel Terkait: Strategi Sukses dalam Bisnis Properti
- Raup Untung di Bisnis Properti Lewat Strategi Flip, Ini Caranya!
- Tertarik Investasi Properti, Ini Serba Serbi Tentang Superblok
- Mixed-use atau Superblok? Yuk, Ketahui Dua Hal Ini Saat Ingin Investasi Properti!
Harga bangunan dengan luas 150 m2 adalah Rp 500 ribu/m2 X 150 m2=Rp 75 juta. Jadi kalau ditotal, besarnya harga jual rumah (bangunan dan tanah) adalah Rp 150 juta+Rp 75 juta= Rp 225 juta.
Namun, sekali lagi dibutuhkan skill dalam membaca indikator yang sudah saya sebutkan di atas sebelum menentukan harga rumah. Karena pada dasarnya, nggak ada batasan khusus dalam menentukan harga  rumah, kok.
Kembali lagi pada kondisi rumah yang akan kamu jual. Beberapa rumah dijual dengan harga murah meriah di bawah NJOP karena lokasinya di desa dan butuh uang cepat. Ada juga yang dijual cukup mahal karena lokasinya strategis di dekat area perkantoran dan kampus. Kalau rumahmu, masuk kondisi yang mana?