SWARA – Satu minggu lalu, pesanan online shop yang saya terima seakan nggak ada habisnya. Gara-garanya, dua minggu lalu pekerjaan sedang hectic, sehingga pelampiasan emosi pun jadi ke belanja alias overspending.
Gara-gara ini, saya jadi khawatir. Jangan-jangan saya udah jajan terlalu banyak daripada seharusnya. Walaupun angka di rekening masih aman sampai akhir bulan, kan tetap saja, ya?
Sebelum betulan menyesal di akhir bulan, sepertinya saya harus wanti-wanti dari sekarang, deh. Itu sebabnya, sebelum jadi shock sendiri setelah melihat histori transfer di rekening, yuk cek 7 tanda kalau kita sudah terlalu banyak belanja!
Artikel Terkait: Menjaga Kesehatan Finansial
- 10 Kebiasaan Sepele yang Ternyata Jadi Sumber Keborosan, Wajib Tahu!
- Tidak Selamanya Boros, 6 Cara Ini Justru Bikin Kamu Lebih Hemat karena Pakai Kartu Kredit
- 7 Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Perempuan
1. Tidak bisa menyebutkan uangmu habis untuk apa dan di mana
Red flag nomor satu nih. Saat kamu bingung sendiri menyadari gaji sudah menyusut setengah, padahal baru tanggal 15, wah, bahaya!
Ironisnya yang sering terjadi adalah semakin tinggi pendapatan, orang-orang cenderung lebih sering overspending karena merasa bisa membeli lebih banyak; tanpa bisa mengontrol.
Contohnya nih, saya sendiri. Dulu, di tahun pertama bekerja saya bisa bertahan hidup dengan gaji di angka Rp3,5 juta/bulan. Sekarang, saat sudah dua kali lipat, saya justru agak kelimpungan, lho. Apakah kamu juga begitu?
2. Terlalu sering menggunakan CC dibandingkan kartu debit
Pengeluaran-pengeluaran kecil seperti membeli ice coffee dan jajan di mal, seharusnya dibayar menggunakan uang cash atau kartu debit saja bukan CC. Karena, dengan menggunakan CC bisa dibilang kamu ‘berutang’ dengan diri sendiri, yang harus kamu bayar bulan depan. Memang sih, terasa kecil. Hanya Rp50 ribu sekali gesek. Namun, kalau sampai digunakan 10x dalam satu bulan? Bisa bengkak dong tagihan! Terlalu sering menggunakan CC untuk pengeluaran seperti ini, bisa jadi penanda kalau kamu keseringan belanja.
3. Keseringan double-buying alias membeli barang yang sama lebih dari satu kali
Kamu terlalu sering belanja kalau barang yang kamu beli sebenarnya sudah kamu miliki dan kamu nggak ingat! Kalau kamu nggak ingat bahwa pernah membeli barang tersebut, jangan-jangan yang kamu beli memang sebenarnya nggak berguna. Ya, nggak? Lagi-lagi berarti kamu udah overspending.
4. Melupakan yang namanya bujet
Berbelanja tanpa mengacu pada bujet itu berbahaya karena kemungkinan untuk khilaf terbuka lebar. Hal ini sebenarnya berlaku untuk semua pengeluaran, kok. Mulai dari jajan sehari-hari sampai alokasi untuk cicilan motor. Mengatur bujet seharusnya bukan lagi masalah besar. Toh, sekarang ada banyak mobile apps yang bisa membantumu. Sebut saja, UangKu My Money Management, GoodBudget: Budget & Finance, atau aplikasi Wallet yang bahkan sudah terintegrasi dengan beberapa bank dalam negeri.
5. Teman-teman yang lebih sering mengandalkamu kalau mau shopping
Senang dan bangga, sih, jika teman-teman kerap kali mengajakmu setiap mau shopping. Namun, sesungguhnya title sebagai “teman shopping” merupakan hal yang cukup berbahaya. Karena, ini berarti kamu dianggap sebagai orang yang doyan belanja dan nggak “pelit”. Waduh! Bad reputation!
6. Tidak ada ‘dana pensiun’ di daftar prioritas finansialmu
Siapa yang wajib menjaga dan memastikan hidupmu nyaman saat kamu sudah tua dan tak mampu lagi bekerja? Jawabannya bukan anakmu, lho. Namun, dirimu sendiri saat ini; yang masih ada di usia produktif! Kalau saat ini kamu nggak bisa menyisihkan uang untuk dana pensiun, lagi-lagi ini adalah indikasi overspending.
Artikel Terkait: Strategi Menabung
- 7 Cara Terbaik Mengelola Keuangan di Usia 20-an
- Berapa Besar Idealnya Menabung Per Bulan? Cek, Ini Perhitungannya!
- 10 Cara ini Agar Bisa Menabung Separuh Gaji dan Survive Sampai Akhir Bulan
7. Kamu nggak punya tabungan!
Idealnya sih, nilai tabungan keras yang harus ada itu adalah sebesar tiga hingga dua belas kali gaji, tergantung sudah berapa lama kamu bekerja. Sekarang, apakah kamu punya tabungan? Kalau ternyata nggak punya, berarti alokasi dana tabunganmu itu bisa jadi ‘dimakan’ oleh nafsu belanja yang kebablasan.