SWARA – Moda transportasi terbaru di Indonesia akhirnya diresmikan pada Minggu (24/3/2019), di Bundaran HI, Jakarta, oleh Presiden RI Ir. Joko WIdodo. Acara ini bersamaan dengan momen Car Free Day (CFD) yang biasa digelar tiap hari Minggu di setiap minggunya. MRT Jakarta disebut-sebut sebagai peradaban baru di Indonesia.

 

Dilansir dari CNBC Indonesia, Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa MRT Jakarta dianggap sebagai sebuah peradaban baru di Indonesia.

 

“Hari ini sebuah peradaban baru akan dimulai dengan dioperasikannya MRT fase pertama,” ujarnya di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI). Turut mendampinginya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan.

 

Menurutnya, MRT Jakarta adalah budaya baru karena merupakan yang pertama di Indonesia. Selain itu, peresmian MRT Jakarta di hari Minggu kemarin, merupakan sebuah pencapaian besar setelah menunggu sejak digagas pada tahun 1985, dan akhirnya diresmikan pada 2019.

 

Artikel Terkait: 3 Tempat Unik di Jakarta

  1. 5 Resto Se’i Sapi di Jakarta yang Wajib Kamu Coba
  2. 7 Coffee Shop Instagramable di Jakarta yang Cocok bagi Penggemar Selfie
  3. 7 Cafe Ramah Anak Jakarta yang Cocok Buat Bersantai Akhir Pekan

 

Setelah peresmian, MRT Jakarta akan mulai beroperasi pada hari ini, Senin (25/3/2019). Pada hari pertama pengoperasiannya, MRT Jakarta masih dapat digunakan secara gratis atau cuma-cuma. Selanjutnya, barulah mulai 1 April nanti MRT Jakarta beroperasi secara komersial.

 

Tarif MRT Jakarta

Hingga peresmiannya pada hari Minggu (24/3/2019) dan sampai artikel ini ditulis, MRT Jakarta belum merilis tarif yang akan dikenakan kepada para penumpang. Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, kesepakatan tarif MRT Jakarta masih menunggu persetujuan dalam Rapat Pimpinan Gabungan (Rapimgab) yang akan dilakukan pada hari ini, Senin (25/3/2019).

 

Anies menambahkan bahwa tarif MRT Jakarta tidak menggunakan sistem tarif flat. Harganya akan berbeda tergantung dari mana penumpang naik dan di mana penumpang tersebut akan turun.

 

“Misal, naik dari stasiun Fatmawati turun di Setiabudi, itu harganya berbeda dengan kalau naik dari Fatmawati turunnya di Bundaran HI,” ujar Anies.

 

Berbeda dengan TransJakarta yang menggunakan tarif flat, MRT Jakarta akan memiliki tarif berkisar Rp10.000 dengan rata-rata tarif per kilometer sebesar Rp1.000.

 

Dikutip dari detikfinance, besaran tarif yang akan ditetapkan adalah Rp10.000/10 km (proyeksi rata-rata perjalanan). Dengan tarif tersebut, maka jumlah subsidi yang akan dikeluarkan Pemprov DKI Jakarta mencapai Rp 672 miliar hingga akhir 2019.

 

Jumlah subsidi tersebut berasal dari jumlah perkiraan penumpang MRT yang diproyeksikan sebanyak 65.000 orang/hari dengan besar subsidi per penumpang mencapai Rp21.659. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah penumpang maka dana subsidi pun bisa semakin ditekan.

 

Tarif Rp10.000/10 km sendiri terdiri atas dua komponen, yakni boarding fee yang dipatok sebesar Rp 1.500 ditambah unit price per kilometer (harga per kilometer) yang dikalikan jarak. Tarif Rp10.000/10 km unit harga per km nya dipatok Rp850.

 

Artikel Terkait: 3 Tempat Hits di Jakarta

  1. Yuk, Nongkrong di 7 Kafe Unik dan Kekinian di Jakarta
  2. 5 Rekomendasi Kelas Teater di Jakarta untuk Calon Aktor Masa Depan
  3. Salurkan Bakat Masak dengan Ikutan Cooking Class di Sekitaran Jakarta

 

Berikut asumsi tarif MRT Jakarta untuk beberapa simulasi dengan formula di atas:

  • Jarak terdekat antar stasiun (0,8 km) Rp 2.180
  • Jarak terjauh antar stasiun (2,2 km) Rp 3.370
  • Jarak terjauh dari stasiun awal ke akhir (15,7 km) Rp 14.845

 

Harga tersebut belum secara resmi diputuskan sebelum Rapimgab digelar. Diharapkan, tarif MRT Jakarta bisa mengakomodir kemampuan dan kebutuhan dari seluruh masyarakat Jakarta. Selain itu, MRT Jakarta juga diharapkan menjadi solusi yang ampuh dalam mengurangi kemacetan di wilayah Jakarta.