SWARA – Dari pengalaman saya bekerja, salah satu dinamika kehidupan kantor yang bikin sebal adalah keberadaan atasan tipe ‘Yes-Men’. Kenapa? Karena atasan tipe ini kebiasaan dan cara kerja mereka suka bikin repot orang lain. Gara-garanya, selalu bilang “OK!” tanpa pikir panjang. Atasan seperti ini bisa dilihat dari kebiasaan mereka sehari-hari kok.
Misalnya, saat meeting, mereka akan cenderung menyetujui hasil tanpa mau repot-repot bertanya, menerima semua keputusan tanpa merasa perlu ada yang harus dinegosiasi. Kemudian, mau-mau saja diserahi tugas seabrek, tanpa mempertimbangkan load pekerjaan tim dan anak buah.
Artikel terkait: Sebelum kamu memutuskan untuk resign
- 5 Tips Atasi Rasa Penyesalan Setelah Memutuskan Resign
- 6 Tips Kelola Keuangan Sebelum Resign dan Tanpa Pekerjaan Baru
- Empat Langkah Resign dengan Baik, Ikuti, Yuk!
Ada juga ‘Yes-Men’ tipe kedua, yaitu mereka yang omongannya berbeda antara saat berdiskusi dengan tim dan saat setelah menghadapi klien atau bos di atas. Awalnya sudah setuju nih, bahwa tim akan bisa mengirimkan report satu minggu setelah pekerjaan selesai. Eh, setelah meeting dengan klien, mereka bawa kabar baru yang nggak menggembirkan: deadline pengumpulan report malah jadi satu hari setelah pekerjaan selesai. Waduh! Kenapa sih mereka bisa begitu?
Hal ini, nggak lain dan nggak bukan karena mereka memang nggak memiliki kemampuan negosiasi dan stand-on-the-ground yang cukup kuat, untuk bisa mempertahankan argumen mereka. Alhasil, mereka pasrah-pasrah saja disuruh ini-itu. Supaya tetap waras saat menghadapi atasan ‘Yes-Men’ seperti di atas, memang harus ada trik khusus. Lantas, gimana ya caranya?
Mendokumentasikan alias menyimpan bukti apa yang sudah disepakati sebelumnya
Demi menghindari kelabakan karena rencana yang mendadak berubah, kamu sebaiknya mencatat secara tertulis kesepakatan pertama kalian, dan mengirimkannya dalam bentuk email. Hal ini dimaksudkan sebagai bukti tertulis, juga menghindari alasan klasik ‘Saya lupa’ dari mereka.
Cross-check langsung dengan si atasan mengenai alasan perubahan
Dalam kasus di mana atasanmu awalnya menyetujui ide A dengan tim, tapi kemudian berubah total setelah mereka menemui seniornya, yang bisa kamu lakukan adalah dengan langsung menanyakan alasan kenapa mereka berubah. Setelah mendengarkan alasannya, kamu akan tahu bagaimana proses mereka bernegosiasi dan runutan cara berpikir.
Kerap kali, mereka menjadi ‘yes-men’ karena ingin menggampangkan proses. Meskipun nggak mengubah keputusan, seenggaknya mereka ngeh bahwa seharusnya mereka bisa lebih baik dalam bernegosiasi dan harus berpikir dulu sebelum menjawab.
Pada dasarnya, atasan tipe ‘Yes-Men’ bakal bikin timmu menderita. Kehadirannya, alih-alih menjadi tameng, justru backfire dan bikin timmu lebih menderita. Kalau sudah keterlaluan, jangan segan juga untuk ngomong dengan senior di atas si atasan ya. Meski agak terkesan ‘mengadu’, tapi kan alasannya kuat!
Semoga tips ini membantu kalian ya!
Artikel terkait: Problema dengan sang bos
- Ingin Resign Tapi Bos Nggak Mengizinkan, Apa yang Harus Dilakukan?
- Siapkan Diri Hadapi 4 Tipe Bad-Bosses yang Kerap Kamu Temui di Masa Awal Karier
- Punya Bos Penuntut? Ini 10 Jurus Jitu Menghadapi agar Pekerjaan Tetap Aman
Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.
Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!
WINNY WITRA MAHARANI