SWARA – Ada pepatah, “Kalau mau menjadi seorang ahli, belajarlah pada ahlinya.” Pepatah ini saya pakai sebelum saya meniatkan diri belajar di sekolah barista. Mungkin sebagian besar orang nggak ingin menjadi barista seumur hidupnya. Apa sih pekerjaan barista? Cuma menuang-nuang kopi di kedai kopi begitu saja? Semua orang juga bisa tanpa harus belajar.

 

Jangan keliru. Menjadi barista profesional itu nggak segampang membalik telapak tangan. Butuh perjalanan panjang untuk menjadi ahli barista. Bahkan untuk mencapai tempat untuk belajar jadi barista juga memerlukan keyakinan yang tinggi. Syukur sekarang saya sudah bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari setelah menjadi barista di coffee shop daerah Jakarta.

 

Alasan Saya Menjadi Barista

Saya memiliki alasan yang cukup unik kenapa saya sampai terjun menekuni dunia kopi. Saya sejak kecil penyuka kopi. Di kampung, saya dan ayah seringkali ke hutan memetik kopi. Ayah selalu menjual kopi dalam keadan mentah, alias berbentuk biji. Kemudian saya terpikir, “Kenapa nggak menjualnya versi jadi saja?”

 

Ketika di sekolah, saya sering dipanggil dengan “Anak Kopi”. Bukan hanya karena saya suka dengan kopi, namun juga karena saya sering membuatkan kopi teman-teman. Herannya, mereka selalu ketagihan dengan kopi buatan saya ketimbang kopi sachet-an yang dibikin sama ibu-ibu kantin. Sejak itu, saya mantap mau jadi ahli peracik kopi yang terkenal.

 

Artikel terkait: Maksimalkan hobimu

  1. Ubah Hobi Main Game-mu Jadi Sumber Penghasilan
  2. Tahukah Kamu 5 Hobi Receh ini Bisa Menghasilkan Uang Banyak!
  3. Tanpa Kita Sadari, 7 Hobi Ini Bisa Menghasilkan Uang dan Dijamin Menguntungkan!

 

Kesulitan Memupuk Impian Jadi Barista

Awalnya saya juga termakan omongan orang-orang, bahwa menjadi barista itu mudah. Nggak perlu belajar barista segala. Akhirnya jalan yang saya tempuh cukup nekat. Saya sering menghabiskan kuota internet untuk menonton orang bikin kopi di Youtube. Dibandingkan orang yang benar-benar memberikan ilmu, lebih banyak introduction-nya.

 

Itulah yang bikin saya kesal. Saya juga sudah terlalu sering mencatat pelajaran tentang cara bikin kopi dengan berbagai teknik. Sama seperti yang ditulis di website maupun di internet. Ketika saya terapkan sendiri, saya menghadapi kendala yang cukup bikin frustrasi. Rupanya apa yang diomongkan orang lain itu nggak benar.

 

Artikel terkait: Ngopi, yuk!

  1. Agar Lebih Fokus Kerja, Kapan Waktu yang Tepat untuk Minum Kopi?
  2. Cobain 7 Es Kopi Kekinian Ini, Enak dan Siap Usir Kantukmu
  3. Pumpkin Spice Latte Ala Homemade, Mudah Membuatnya dan Lezat

 

Perjumpaan Saya dengan Sekolah Barista

Sebelum saya menjadi ahli barista seperti sekarang, saya lebih dulu belajar jadi barista di tempat-tempat yang ada kursusnya. Saya pernah menyambangi Esperto Barista Course di Jakarta Barat, Fulcaff Cafe di Jabar, Anomali Coffee di Jakarta Selatan, dan tempat-tempat strategis lainnya. Tentu saja kursus di tempat itu nggaklah gratis.

 

Untuk membiayai kursus saya di sekolah barista, saya nyambi sebagai seorang penulis. Apa yang saya tulis? Apa lagi kalau bukan tentang kopi. Kabar baiknya tulisan saya sering dimuat media daerah maupun nasional. Tapi terus terang saya nggak tertarik dengan ketenaran sebagai penulis. Saya lebih tertarik dengan apresiasi yang saya dapatkan.

 

Di sekolah tempat belajar jadi barista yang merangkap sebagai cafe itu saya mendapatkan pengalaman banyak. Saya jadi tahu teknik membuat kopi secara benar dan cepat langsung dari ahlinya. Ketika saya salah, tak hanya menegur namun saya kembali diinformasikan bagaimana yang benar. Dalam waktu kurang lebih tiga tahun, saya sudah menyambangi lima tempat kursus jadi barista.

 

Menjadi barista mungkin bukanlah impian orang-orang di kampung saya. Nggak mengapa, karena mungkin mereka nggak tahu manfaatnya jadi barista. Padahal, tanpa barista nggak mungkin para penikmat kopi bisa merasakan racikan kopi terbaik. Kopi jenis paling terkenal pun nggak akan enak kalau nggak diolah oleh sang ahli peracik kopi.

 

Kabar baiknya, sekarang saya gantian berperan sebagai ahli di sekolah barista. Nggak hanya di lima cafe yang pernah saya sambangi, namun juga di beberapa kota di Jawa. Tanpa keyakinan dan keinginan yang kuat, nggak mungkin saya berada di posisi ini. Apalagi pekerjaan ini bisa membuat saya lebih kenal dengan orang-orang baru setiap hari.

 

Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.

Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!


TUNAIKUTUNAIKU