SWARA – Menteri Pariwisata Arief Yahya terang-terangan menyasar kaum milenial untuk mempromosikan potensi wisata di Indonesia. Menurutnya, kaum Milenial sering mengabadikan aktivitas mereka di media sosial. Aktivitas mereka diharapkan mampu menarik orang untuk berkunjung ke tempat wisata. Belum lagi jika Milenial yang memiliki followers banyak.
Hermawan Kertajaya, pendiri MarkPlus Inc. membuat klasifikasi dari pengunjung wisata milenial. Ia mengelompokkan empat kategori wisatawan milenial. Mereka adalah pandai dalam teknologi informasi (digital technology savvy), mampu mengadvokasi (advocators), berorientasi pada pengalaman (experience oriented), dan pencari petualangan (adventure seekers).
Apa perbedaan keempat jenis traveler milenial tersebut? Termasuk yang manakah kamu?
Artikel Terkait: Liburan, Jalan-jalan ke Mana?
- 7 Tempat Wisata Paling Hits di Pekanbaru Saat Ini
- 7 Spot Liburan Instagramable di Bandung yang Bisa Ditempuh dalam Sehari
- Liburan Sehari di Semarang yang Tidak Menguras Dompet, Kunjungi Tempat-tempat Ini!
1. Tipe digital savvy
Golongan ini umumnya nggak jauh-jauh dari fasilitas wifi dan internet yang kencang. Mereka punya sejumlah gawai canggih dan berusaha selalu terhubung dengan dunia maya. Objek wisata yang mereka kunjungi sebisa mungkin memiliki koneksi internet. Tipe yang satu ini biasanya bakal berpikir dua kali jika diajak berlibur di tempat terpencil.
Tipe digital savvy kebanyakan adalah penggiat sosial media. Nggak jarang, di antara mereka memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan pariwisata. Travel blogger, staf kementerian pariwisata dan reporter adalah sebagian dari pelaku digital savvy. Itu sebabnya mereka butuh internet, karena mereka kerap membawa serta pekerjaannya saat liburan.
2. Tipe experience oriented
Kelompok ini adalah para pencari sensasi dan pengalaman baru dari tempat wisata yang mereka singgahi. Pengalaman baru yang unik dan emosional adalah hal yang selalu berusaha mereka temukan. Untuk urusan feed Instagram bisa ditahan sementara waktu. Sensasi dan pengalaman tadi biasanya lantas mereka bagikan ke media sosial dalam cerita atau review.
Orang-orang ini juga memiliki gaya hidup dan cara berpikir yang santai. Mereka umumnya berpikir bahwa pengalaman traveling-lah yang mampu membuat mereka “kaya”, bukan sekadar belajar di balik meja. Yang jelas, tipe yang satu ini pasti nggak melewatkan berwisata kuliner!
3. Tipe adventure seekers
Acara petualangan semacam My Life My Adventure sedikit banyak memengaruhi tipe yang satu ini. Kalau nggak, ya mereka memang sudah benar-benar menyukai bertualang di alam dari sananya.
Saat berlibur, golongan ini selalu mencari hal yang autentik dari tempat tersebut. Keindahan alam yang jarang terjamah dan kearifan lokal adalah pelepas dahaga bagi mereka. Sama seperti tipe experience oriented, mereka bisa menahan diri untuk membuat feed Instagram. Baginya keautentikan adalah yang dicari.
Artikel Terkait: Mau Berwisata, Baca Dulu Tips Ini Yuk!
- 7 Aktivitas Seru yang Bisa Dilakukan di Sekitar Jembatan Ampera Palembang
- 7 Tips Dapatkan Foto Kece Saat Solo Traveling
- Tips Wisata Kota Lama Semarang Hanya Bermodalkan Rp100 Ribu
4. Tipe advocators
Golongan ini termasuk orang yang suka mencari tempat-tempat baru yang menarik, terutama yang Instagrammable. Mereka menghabiskan waktu liburan dengan mengeksplorasi dan mengabadikan lokasi-lokasi indah ke dalam foto serta mengunggahnya di akun mereka.
Di balik itu, mereka punya kesadaran untuk memperkenalkan tempat wisata yang anti-mainstream sekaligus mengedukasi orang-orang lewat media sosial. Alhasil, followers-nya jadi tertarik dengan tempat wisata yang ‘Instagramable’ itu.
Seperti itulah tipe milenial ketika traveling. Kira-kira kamu termasuk yang mana?
PAULUS RISANG