SWARA – Pernah mendengar penyakit akibat persaingan pernikahan yang bernama competitive marriage syndrom? Mungkin ada yang sudah, ada pula yang belum. Bagi seseorang yang mendalami ilmu psikologi mungkin banyak tahu tentang ini. Menurut saya, jika kamu merasa pernah terjangkit sindrom serupa, lebih baik hilangkan. Selebihnya, yuk kenali lewat catatan ini.

 

Artikel Terkait: Rekomendasi Resto Favorit untuk Bridal Shower

  1. Ini 5 Resto Favorit untuk Venue Bridal Shower Murah di Bandung
  2. 5 Resto Favorit dan Terlaris untuk Venue Bridal Shower Murah di Jakarta
  3. 5 Resto Terfavorit untuk Venue Bridal Shower Murah di Surabaya

 

1. Hanya mengenal nama dibandingkan makna

Dalam skala kecil-kecilan, mungkin orang yang terkena sindrom ini nggak terlalu kelihatan. Menikah dengan biaya Rp20 juta termasuk wajar. Segala permasalahan yang terjadi hanya pribadi, pasangan, dan keluarga yang tahu. Acap kali, seseorang yang berada pada situasi ini lebih memilih bungkam tentang utang dan sikap foya-foya, padahal nggak kaya.

 

Baru kelihatan secara luas ketika jumlah tamu undangan mencapai ribuan. Ditambah lagi desain dekorasi pernikahan yang begitu megah, layaknya putri dan pangeran dari negeri antah berantah. Mereka hanya mengenal nama, dibandingkan makna dari pernikahan itu sendiri. Padahal, hanya makna yang akan dibawa hingga di kehidupan setelah mati kelak.

 

2. Seolah-olah berkompetisi, padahal nggak ada lombanya

Seakan-akan kemegahan sebuah pesta pernikahan itu merupakan kompetisi. Siapa yang paling megah, dialah yang menang. Ironisnya, kemegahan itu hanya dipandang secara sepihak. Megah menurutnya saja. Padahal, kalau untuk orang yang sederhana, “janji suci pernikahan” itu merupakan kemegahan tiada banding.

 

Misalnya suatu hari kamu berencana menikahi seseorang di usia 25. Saat itu umurmu sudah menginjak kepala 2 dan sudah bekerja di perusahaan ternama. Setiap tahun atau dalam kurun beberapa bulan, kamu menghadiri resepsi pernikahan karyawan yang kebetulan muda-muda. Faktanya, kemeriahan masing-masing punya perbedaan. Biasanya sindrom ini akan muncul.

 

3. Fokus pikiran bukan pada pasangan, tapi orang lain

Inilah hal yang cukup menyedihkan bila seseorang terkena sindrom berupa persaingan pernikahan. Alasan menikah bukan lagi tertuju pada pasangan saja, melainkan biar dianggap hebat oleh orang lain. Bahkan, sejumlah tamu undangan yang dihadirkan cukup banyak yang nggak dia kenali secara pribadi. Prinsipnya, “pokoknya banyak tamu yang hadir”.

 

Sesuatu yang didasarkan pada orang lain itu bersifat semu. Dalam waktu singkat bisa berubah menjadi bumerang, khususnya ketika resepsi pernikahan usai. Ketika orang lain sudah nggak berdatangan lagi. Mau apa coba? Mungkin agenda berikutnya adalah saat acara-acara keluarga lainnya. Sebisa mungkin hindari sebelum hilang jati diri.

 

4. Nggak peduli dengan biaya besar yang dihabiskan

Kalau kayanya bisa menyaingi harga Qarun, sih, nggak masalah, ya. Namun, bagaimana kalau memiliki kemampuan ekonomi yang pas-pasan? Lebih baik ketika merasa terjangkiti sindrom, langsung padamkan. Sebelum merambah ke sendi-sendi kehidupanmu yang lain. Hal-hal semacam ini sering menimpa artis yang berkecimpung di dunia hiburan.

 

Tujuannya sederhana, biar media yang mengekspos lebih banyak. Istilah lainnya itu “cari sensasi”. Jika utang dilibatkan demi acara yang megah, kelak yang menanggung siapa kalau bukan dirimu? Kesenangan sesaat akan ditukar dengan penyesalan panjang. Jika nggak bisa membayar utang di masa depan, penyesalannya mungkin bisa berlarut-larut. Hati-hati.

 

Artikel Terkait: Cara Hemat Menggelar Acara Bridal Shower untuk Teman

  1. 5 Cara Bikin Acara Bridal Shower Murah Rp1 Juta untuk Teman
  2. 5 Cara Bikin Acara Bridal Shower Murah Tapi Mengesankan, Contek Yuk!
  3. 7 Cara Menabung untuk Mengadakan Bridal Shower

 

5. Maunya jadi nomor satu sepanjang hidupnya

Dengan banyaknya pesta pernikahan yang dihadiri, minimal dia tahu mana saja yang paling megah. Ketika sindrom ini menjangkiti, keinginan menjadi yang terbaik atau nomor satu semakin menjadi-jadi. Maka dibuatlah pesta sedemikian megah demi mengejar gelar tanpa nama itu. Ironisnya, di belahan Bumi yang lain masih banyak yang lebih unggul darinya.

 

Rekor apa yang patut dibanggakan ketika terjangkit sindrom berupa persaingan pernikahan? Saya kira nggak ada. Toh, nggak bakal dimasukkan dalam rekor MURI andai berhasil menggelar pesta termegah di Indonesia. Kalau boroknya ketahuan, alih-alih orang lain kagum, ternyata bisa jadi bahan tertawaan saja. Nggak mau, kan?

 

Ajukan pinjaman uang tanpa agunan, tanpa kartu kredit hanya di Tunaiku sekarang juga! Pinjaman dari Rp2-20 juta yang dapat diangsur mulai 6-20 bulan.

 


SWARA TUNAIKU    SWARA TUNAIKU