SWARA – Rumput tetangga memang terlihat lebih hijau. Begitulah kira-kira pepatah yang sering kita dengar. Ungkapan tersebut menyiratkan, bahwa kita sebagai manusia nggak pernah merasa puas. Selalu merasa kurang, menginginkan hal yang lebih. Kita jarang sekali mensyukuri nikmat serta anugerah yang telah kita dapat.
Ketika tetangga sebelah membeli motor sport, kita merasa iri. Padahal, motor matic pun sudah cukup menemani langkah kaki. Ketika teman kantor punya rumah gedong baru, kita ngrasa gerah. Padahal, baru bulan kemarin dapat tanah warisan. Apalagi kalo ada teman yang bisa beli pulau pribadi, jangan-jangan kita bakal mati berdiri! Padahal jika diresapi lebih dalam, sesungguhnya masing-masing dari kita telah diberi anugerah serta rezeki yang tiada tandingannya.
1. Kamu memiliki tubuh yang sehat dan kuat
Sungguh benar pepatah yang mengatakan nikmat terbesar namun paling sering dilupakan adalah kesehatan. Coba bayangkan jika tubuhmu merasa meriang? Nggak bisa bangun dari tempat tidur, tapi mau tidur juga nggak bisa. Nggak nafsu makan, kepala berkunang-kunang, badan pegal, mual, pengen muntah. Bukankah justru di saat seperti itu, kesehatan lah yang paling kita dambakan? Bukan uang, bukan gadget baru, dan tentu saja bukan mobil mewah?
Mari kita renungkan. Berapa banyak orang di luar sana yang mengidap penyakit berat? Baik itu kanker, diabetes, maupun penyakit-penyakit lain yang mematikan. Bukankah tak sedikit? Harusnya kamu bersyukur karena masih bisa menjalani aktivitas harianmu tanpa kendala fisik.
2. Kamu masih bangun di dalam kamarmu, di atas kasurmu yang empuk
Hal terindah apa yang ingin kamu lihat ketika p membuka mata di pagi hari? Apakah bangun di tengah hamparan uang? Atau mungkin terbangun di atas tempat tidur yang bertatahkan berlian? Nggak ada salahnya, sih jika kamu bermimpi demikian. Itung-itung sebagai hiburan dan melepas kepenatan.
Namun jangan sampai kamu tak bersyukur dan selalu mengeluh. Ingat, kamu masih lebih beruntung daripada ribuan orang diluar sana yang terpaksa menggelandang, tidur di emper pertokoan, di tanah terbuka, bahkan di kolong jembatan. Bisa dibayangkan, betapa nggak nyamannya tidur dalam kondisi demikian.
3. Masih bisa makan dengan menu yang wajar
Duh! Tempe lagi, tempe lagi. Mungkin begitulah ungkapan kekesalanmu ketika mendapati menu di meja makan yang hanya terdiri dari oseng-oseng tempe, sayur kangkung, maupun gorengan tahu. Namun, bukankah menu tersebut masih layak dikonsumsi daripada nasi basi maupun roti berjamur? Juga, masih jauh lebih baik dibanding makanan sisa dari tempat sampah?
Sudah selayaknya kamu tak perlu lagi mengeluh mengenai menu yang biasa-biasa saja. Toh kamu masih bisa makan tiga kali sehari dengan menu wajar. Lagipula, terlalu banyak makan makanan berlemak seperti daging juga tak baik bagi kesehatanmu nanti.
4. Memiliki pekerjaan meski bergaji pas-pasan
Nggak perlu murung jika pekerjaanmu saat ini jauh dari kata mentereng. Gajimu yang pas-pasan, gajimu yang seringkali hanya sekadar lewat, malah terkadang gajimu telat hingga terpaksa kamu ngutang di warung langganan. Toh yang terpenting kamu sudah bisa mandiri bukan? Kamu tak perlu lagi bergantung pada orangtuamu.
Kamu masih jauh lebih beruntung daripada mereka yang belum mendapatkan pekerjaan. Kamu pernah berada dalam posisi mereka, bukan? Ngelamar kerja sana-sini, tolakan demi tolakan pun datang silih berganti. Bukankah hal itu merupakan sesuatu yang sungguh menyedihkan?
5. Tinggal di negara yang aman, bebas dari bahaya perang
Kamu harus bersyukur tinggal di negara yang aman dan damai seperti Indonesia ini. Kamu bebas bepergian kemanapun kamu suka, kamu bebas belajar apapun yang kamu mau, kamu bisa membeli apapun yang kamu inginkan, dan tentu saja kamu tak perlu was-was akan adanya ranjau maupun serangan rudal yang tiba-tiba menghantam rumahmu.
Keadaan ini tentu saja sangat berbeda dengan keadaan saudara-saudara kita yang ada di negara-negara konflik. Mereka tak bisa bebas bepergian, rasa takut serta teror selalu mengancam. Mereka juga susah menyelamatkan diri ketika rumah mereka tertimpa rudal di saat mereka sedang tertidur lelap. Bukankah ini salah satu rezeki terbesar yang sering kita lupa? Â
Kawan Tunaiku, itulah lima rezeki yang seringkali kita lupa untuk mensyukuri. Jika ditelaah lebih jauh lagi, sebenarnya kita masih lebih kaya daripada mereka-mereka yang tak sempat menikmati kelima rezeki di atas. Oleh karenanya, sudah selayaknya kita  patut bersyukur dengan apa yang telah kita miliki, ‘kan?