Momen-momen kumpul keluarga selalu diharapkan menjadi saat-saat yang menyenangkan. Memiliki keluarga bahagia nan harmonis merupakan dambaan setiap orang.

 

Kendati begitu, yang namanya keluarga, pasti selalu punya konflik dan permasalahan yang acap kali muncul di internal keluarga.

 

Hal yang pasti adalah, konflik dalam internal keluarga merupakan keniscayaan. Konflik akan selalu bermunculan sejalan dengan berlangsungnya interaksi antar-anggota keluarga.

 

Meskipun kemunculannya tidak bisa dicegah, adanya konflik dalam internal keluarga dapat dikelola. Nah, pengelolaan konflik keluarga menjadi kunci lahirnya keluarga bahagia.

 

Ingin lakukan renovasi rumah? Hitung dulu budgetnya dengan akurat lewat Kalkulator Finansial. Cukup 5 menit, kamu akan dapatkan perhitungan dengan akurat dan pasti. Coba di sini.

 

Contoh Konflik yang Memicu Keretakan Keluarga Bahagia

 

Beragam sumber konflik bisa saja muncul dan memicu keretakan keluarga. Sumber-sumber konflik biasanya sudah menjadi suratan takdir sehingga tidak bisa dihindari.

 

Agar kamu bisa lebih siap dalam mengantisipasi konflik dalam internal keluarga berikut akan saya berikan contoh-contoh situasi yang bisa menjadi sumber konflik keluarga.

 

 

1. Perubahan kondisi keuangan

 

Masalah finansial adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam keluarga. Faktor ekonomi bahkan menjadi salah satu faktor utama pemicu keretakan rumah tangga. 

 

Kebutuhan yang semakin tahun semakin banyak memicu anggota keluarga untuk beradaptasi dan berkompromi. Masalah ini bisa semakin parah bila pemasukan dalam rumah tangga berkurang atau tertahan.

 

Yang perlu kamu tahu adalah, masalah finansial rumah tangga tak hanya dialami oleh pasangan yang bergaji rendah, tapi juga bisa dialami oleh mereka yang berpenghasilan diatas rata-rata.

 

Adanya gap penghasilan yang cukup tinggi antara suami dan istri biasanya juga akan menciptakan ego yang memicu konflik rumah tangga.

 

2. Pubertas anak

 

Periode pubertas anak juga biasanya menghadirkan konflik tersendiri di dalam internal keluarga. Seiring bertambahnya usia, anak biasanya akan memiliki masalahnya sendiri yang datang bisa dari lingkungan pertemanan maupun sekolah.

 

Para orangtua yang tidak siap akan hal ini biasanya malah akan gagal mengelola konflik yang muncul akibat perubahan fisik dan mental yang terjadi pada anak.

 

Misalnya, pubertas membuat anak ingin memiliki ruang privasi lebih. Orangtua yang tidak siap biasanya akan overthinking dan mencemaskan anaknya akan sulit dipantau sehingga bisa melakukan hal-hal buruk yang tidak diinginkan

 

Jika kecemasan seperti ini tidak terkelola dengan baik, persoalan-persoalan remeh-temeh yang muncul akibat pubertas anak bisa tumbuh menjadi konflik yang mengancam keutuhan keluarga bahagia.

 

3. Pindah ke tempat tinggal atau lingkungan yang baru

 

Faktor pekerjaan atau pendidikan biasanya akan memaksa keluarga untuk berpindah tempat tinggal dari lingkungan satu dan lingkungan lainnya.

 

Anak yang biasanya sudah kadung membangun perteman di lingkungan tempat tinggal sebelumnya, akan sulit menerima kenyataan untuk pindah ke lingkungan baru.

 

Kalau orangtua gagal menyikapi kondisi ini secara tepat, maka ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak juga bisa memicu konflik yang mengancam keluarga bahagia nan harmonis. 

 

Tips Mengelola Konflik Ala Keluarga Bahagia

 

Semua keluarga punya sumber permasalahannya masing-masing. Ini membuat cara yang dilakukan untuk mengurai permasalahan yang terjadi pun berbeda-beda.

 

Apapun permasalahan keluarga, jika cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah itu tidak sehat, maka masalah tersebut dapat menyebabkan keluarga tidak lagi harmonis.

 

Dilansir dari verywellmind.com dan Time berikut adalah rangkuman tips dan trik mengelola konflik keluarga menjadi sebuah stimulus untuk meraih kebahagian di dalam keluarga.

 

 

1. Ngobrol, ngobrol, dan ngobrol

 

Saat konflik dalam keluarga mulai muncul, para orang dewasa punya peran penting untuk memulai negosiasi. Nah, kesepakatan hanya dapat dicapai dengan cara mengobrol satu sama lain.

 

Kendati demikian, obrolan hanya efektif dilakukan bila semua anggota keluarga yang terlibat pembicaraan berada dalam kondisi rileks.

 

Soalnya, apabila pembicaraan yang dilakukan dalam kondisi marah, pastinya tidak dapat diselesaikan dengan baik.

 

Dengan mengobrol, diharapkan akan ditemukan win-win solution dan bisa saling berdamai. Diskusi produktif anta-anggota keluarga akan menghasilkan pilihan-pilihan solusi untuk menemukan kesepatan.

 

Baca juga:

Ciptakan Kesan Mendalam, Ini 7 Tips Rayakan Ulang Tahun Anak

Hati-hati! Ini yang Harus Dihindari oleh Pasangan Muda Soal Keuangan Rumah Tangga

 

2. Melihat sumber konflik dari beraneka sudut pandang

 

Kunci dari penyelesaian konflik adalah melihat sumber utama permasalahan dari berbagai sudut pandang. Intinya, sebagai orangtua atau pasangan, kamu tidak boleh merasa dirimu paling benar.

 

Anggota keluarga harus bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang terjadi secara sehat dan efektif.

 

Penyelesaian masalah keluarga hanya dapat dilakukan secara baik dan terukur jika sesama anggota keluarga bersedia untuk saling mendengarkan.

 

Hindari sikap terpaku pada pendapat dan pikiran sendiri untuk mulai memahami pikiran dari anggota keluarga lainnya.

 

Dengan menerima sudut pandang anak, orangtua, atau pasangan, maka akan timbul pengertian dan pemahaman antar anggota keluarga. Pengertian inilah yang menjadi salah satu kunci dari keluarga bahagia.

 

 

Baca juga:

Yuk, Cek 6 Harga Apartemen di Jakarta yang Cocok untuk Keluarga Muda

Cara Atur Waktu Liburan Keluarga di Tengah Padatnya Pekerjaan

 

3. Saling terbuka antar-anggota keluarga

 

Salah satu kunci dari pengelolaan konflik adalah dengan menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama.

 

Untuk bisa menyelesaikan persoalan bersama, maka setiap anggota keluarga harus mengetahui dan memahami isi hati anggota keluarga lainnya. Untuk itu, para anggota keluarga harus saling terbuka satu sama lain.

 

Ada satu hal yang perlu kamu camkan, yakni untuk tidak sekalipun mendebat anggota keluarga yang tengah mencurahkan perasaannya. Anggota keluarga lainnya cukup mendengarkan dan memahami.

 

Kalau sampai ada anggota keluarga yang mendebat curahan hati anggota keluarga yang lain, itu malah akan menimbulkan persoalan baru.

 

Intinya, jangan ada satupun anggota keluarga yang memendam pikiran dan perasaannya.

 

Pasalnya, ini hanya akan menjadi bom waktu dan berdampak buruk bagi kesehatan hubungan rumah tangga.

 

4. Samakan visi antara anggota keluarga

 

Saat anggota keluarga sudah saling terbuka satu sama lain, maka akan lebih mudah bagi kalian untuk menyamakan visi antara anggota keluarga. Kesamaan visi juga kunci penting dari terwujudnya keluarga bahagia.

 

Adanya kesamaan visi akan menghindari perbedaan-perbedaan yang dapat memicu adanya konflik di internal keluarga.

 

Apabila sudah menemukan satu titik dalam tujuan hidup yang lebih baiki, selanjutnya seluruh anggota keluarga bisa saling menguatkan untuk mencapai titik tersebut.

 

5. Perbanyak “quality time” keluarga

 

Cara terbaik untuk mengelola konflik keluarga adalah dengan memperbanyak waktu berkualitas untuk dilalui bersama-sama anggota keluarga.

 

Memiliki waktu berkualitas antar-anggota keluarga bisa meningkatkan rasa untuk saling menghargai, menyayangi, dan memahami satu sama lain.

 

Jika hubungan antar-anggota keluarga sudah harmonis, maka secara otomatis konflik apa pun akan dapat terselesaikan tanpa perlu melalui drama-drama yang tidak perlu.

 

Di tengah kesibukan para anggota keluarga, cobalah biasakan untuk meluangkan waktu makan malam bersama setiap harinya. Waktu makan malam ini bisa digunakan untuk membangun harmonisasi di dalam keluarga.

 

Inti dari semua tips resolusi konflik yang saya utarakan di atas adalah, sebagai anggota keluarga, kalian harus dapat berempati terhadap anggota keluarga lainnya.

 

Keluarga bahagia hanya dapat lahir dari rasa saling memiliki dan saling memahami. Semakin kuat rasa itu, maka akan semakin erat kontak batin yang terjalin antar-anggota keluarga, sehingga keutuhan dan kebahagiaan keluarga tidak akan terganggu.