SWARA – Pernahkah kamu berhasil mengingat  isi mimpi? Apakah isi mimpi seseorang dapat dijadikan indikasi untuk  kejadian di dunia nyata? Jawabannya, bisa jadi tidak, tapi sering kali ya. Jika dilihat dari jenisnya, mimpi ternyata bisa dijadikan indikasi kondisi psikis seseorang. Mulai dari emosi-emosi  normal, hingga indikasi adanya gangguan kesehatan mental.
Vivid dreaming atau lucid dream misalnya, bisa menjadi penanda kondisi tubuh yang kurang tidur dan tekanan darah rendah. Mimpi buruk yang membuatmu terengah-engah pun bisa merefleksikan kondisi mental dan emosional.
Artikel Terkait: Kesehatan yang Berkaitan dengan Pencernaan
- 8 Makanan Prebiotik yang Bagus Untuk Pencernaan
- 6 Cara Hentikan Kebiasaan Makan Berlebih saat Emosi
- Tampak Sehat, tapi 6 Makanan Ini Punya Kadar Gula yang Tinggi!
Kaitan mimpi dengan kondisi psikis
Ahli penerjemah mimpi, Sansan Fibri, pendiri dan CEO aplikasi DreaMe, menyebutkan, mimpi adalah upaya otak untuk menjelaskan dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi saat seseorang dalam keadaan terjaga. Pada dasarnya, mimpi adalah apa yang terjadi saat pikiran (mind) berusaha untuk memproses hal-hal yang nyata secara emosional, dan menerjemahkan dalam ‘visual’ yang tak biasa.
Umumnya, mimpi yang dibentuk dari rasa takut dan kecemasan biasanya akan meninggalkan bekas yang mendalam. Apalagi jika adegan-adegan dalam mimpimu itu masih jelas terngiang setelah kamu bangun. Hal ini merupakan sinyal pertama bahwa bisa jadi ada yang salah dengan kondisi psikismu di dunia nyata.
Misalnya begini, di siang hari kamu dengan konstan merasa stres dan tertekan karena urusan pekerjaan dan lain-lain. Maka, di malam hari kelak, otakmu akan memroses ‘perasaan’ ini dan menerjemahkannya menjadi mimpi buruk. Namun, kalau memang nggak ada yang harus dicemaskan hari ini, bunga tidurmu juga pasti akan baik-baik saja.
Ada satu penelitian yang menjadi pendukung pernyataan ini, yaitu penelitian dari Universitas Turku di Finlandia. Mereka merekrut 44 partisipan dengan usia 19-40 tahun untuk mengikuti survei, di mana  para partisipan harus mengisi jurnal mimpi setiap harinya, selama 3 minggu.
Setiap bangun tidur, partisipan harus mengisi jurnal mimpi tersebut dengan detail-detail yang bisa mereka ingat dari mimpi malam sebelumnya; kemudian mendokumentasikan perasaan sepanjang hari. Â Hasilnya menunjukkan bahwa, semakin rendah tingkat kecemasannya, semakin bagus mimpi yang mereka alami. Hal yang sama berlaku sebaliknya.
Artikel Terkait: yang Harus Kamu Jadikan Kebiasaan Supaya Tetap Waras!
- Bangun Pagi Baik untuk Kesehatan Mentalmu, Lho!
- Agar Gangguan Mental Nggak Berdampak pada Kehidupanmu, Ini Cara Murah untuk Menanganinya!
- 10 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Bantu Lawan Depresi dan Stres
Jadi, kesimpulannya adalah, kamu bisa mengira-ngira kondisi psikismu dari mimpi. Jika ternyata akhir-akhir ini sering mimpi buruk, mungkin kamu sedang dilanda tekanan. Nah, jika memang terjadi rutin sehingga mengganggu kualitas tidur, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter atau psikiater, lho. Sembari evaluasi diri, supaya nggak berlanjut jadi depresi.