SWARA – “Find a man who loves his partner like Pak Habibie loves his wife, Ainun.” Kisah cinta Pak B. J. Habibie dan Bu Ainun merupakan kisah cinta yang manis, yang kembali direka lewat film Habibie dan Ainun. Dari benci menjadi cinta, mereka berdua bertemu di bangku SMA. Bu Ainun yang dianggap tidak menarik, selalu menjadi “bulan-bulanan” Pak Habibie dengan panggilan “si gula jawa” karena kulit kecoklatan yang dimiliki Bu Ainun. Banyak sekali laki-laki yang menyukai Bu Ainun, namun pada saat itu Pak Habibie mengaku tidak tertarik dengan Bu Ainun dengan alasan “Kalau pun saat itu saya naksir, dia belum tentu mau sama saya.”
Walaupun dipanggil “si gula jawa”, Bu Ainun tidak pernah marah kepada Pak Habibie. Setahun setelah Pak Habibie menempuh kuliah di ITB, beliau pindah ke Jerman. Setelah lulus dan bertemu lagi dengan Bu Ainun, Pak Habibie terpesona dengan kecantikan Bu Ainun yang semakin menjadi-jadi, “Ainun, cantiknya. Gula jawanya sudah berubah jadi gula pasir.” Kisah cinta mereka bertahan bertahun-tahun, dengan modal kesetiaan dari kedua pasangan.
“Jangan tinggalkan saya, Ainun.”
Romansa antara Pak Habibie dan Ibu Ainun harus dipisahkan oleh maut pada 22 Mei 2010. Bu Ainun menghembuskan napas terakhir di usia ke 72 di Munchen, Jerman karena penyakit kanker usus besar. Selama proses penyembuhan Bu Ainun, Pak Habibie setia menemani. Operasi kanker segera dilakukan dan berhasil mengangkat 60% kanker. Namun 40% nya tidak berhasil diangkat dan sudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke hati. Kemoterapi sudah nyaris dilakukan oleh keluarga, tapi tidak jadi karena kondisi Ibu Ainun terus menurun. Pak Habibie tidak sekalipun meninggalkan Bu Ainun hingga saat terakhirnya.
Sebagai tanda cintanya yang setia kepada Bu Ainun, Pak Habibie membuat puisi dengan judul “Seribu”. Puisi ini dibuat setelah seribu hari Bu Ainun meninggalkan dunia. “…Allah, lindungi kami dari godaan, gangguan mencemari cinta kami. Perekat kami menyatu, manunggal jiwa, roh, batin, dan nurani kami. Di mana pun, dalam keadaan apa pun kami tetap tak terpisahkan lagi. Seribu hari, seribu tahun, seribu juta tahun… Sampai akhirat!”
Artikel terkait:
Mengenal Kanker Yang Menyerang Agung Hercules
Kisaran Biaya Berobat Kanker bagi Anak, Permudah dengan Pinjaman dari Tunaiku!
Wahai Perempuan, Ini Serba-Serbi Kanker Serviks yang Perlu Kamu Tahu
Kembali bertemu sembilan tahun kemudian
Sepeninggal Bu Ainun, walaupun sudah menyatakan keikhlasannya ditinggal dulu oleh Bu Ainun ke dimensi lain -beginilah Pak Habibie mendeskripsikan akhirat-, Pak Habibie tidak menutupi rasa dukanya. Sembilan tahun, Pak Habibie menggelar tahlilan tiap hari untuk Bu Ainun. Hal ini dituturkan oleh Ilham Akbar Habibie, anak tertua Pak Habibie dan Bu Ainun. Begitu besar rasa cinta yang dimiliki oleh Pak Habibie untuk Bu Ainun.
Artikel terkait:
- Metode Ivy Lee: Cara Atur Waktu Antara Keluarga dan Usaha
- 6 Tips Jitu Atur Keuangan Saat Pilih Libur Long Weekend Bareng Keluarga
- 5 Kegiatan Ini Bisa Kamu Lakukan Untuk Habiskan Weekend Bersama Keluarga!
Pak Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019 di RSPAD Gatot Soebroto setelah ditangani secara intensif oleh 44 dokter spesialis mulai jantung hingga otak. Pak Habibie meninggal karena kelelahan, mengingat usianya yang sudah lanjut dan jadwal kerjanya yang padat.
Selamat jalan, Pak Habibie, selamat bertemu kembali dengan Bu Ainun. Terima kasih sudah menjadi menjadi panutan bagi kami untuk setia kepada pasangan. Sampai bertemu kembali di dimensi lain.