SWARA – Pada Minggu, 4 Oktober 2019 wilayah Barat Pulau Jawa yang meliputi Banten – Jawa Barat – DKI Jakarta mengalami pemadaman listrik mulai pukul 11.40. PLN mengungkapkan bahwa gangguan di Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di Transmisi Ungaran-Pemalang.

 

Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN I Made Suprateka mengatakan, “Ada gangguan yang terjadi pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 KV, yang mengakibatkan transfer energi dari timur ke barat mengalami kegagalan dan diikuti trip seluruh pembangkit di sisi tengah dan barat Jawa,” ungkapnya.

 

Gangguan ini berdampak pada pemadaman listrik di kawasan Bandung, Bekasi, Cianjur, Cimahi, Cirebon, Garut, Karawang, Purwakarta, Majalaya, Sumedang, Tasikmalaya, Depok, Gunung Putri, Sukabumi dan Bogor.

 

PLN telah mengupayakan pengamanan GSW yang putus, dan penyalaan kembali GT di Suralaya agar listrik di kawasan Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta bisa berfungsi dengan normal.

 

Artikel terkait:

  1. Tetap Berpikir Positif Saat Mati Listrik Di Jakarta, Bisa Nggak Sih?
  2. Perangkat Ini yang Sering Bikin Boros Listrik di Rumah, Coba Dicek!
  3. Apa Saja yang Dapat Dilakukan untuk Menghemat Pemakaian Listrik di Rumah?

 

Bukan yang pertama terjadi

Pemadaman listrik di Jakarta pernah terjadi di era Susilo Bambang Yudhoyono masih menjabat sebagai presiden. Jawa dan Bali pada 18 Agustus 2005, berada di urutan ketiga blackout paling buruk di dunia.

 

Insiden pemadaman listrik pada tahun 2015 paling tidak telah memberikan dampak kepada 120 juta orang penduduk Pulau Jawa. Pada tanggal 22 Agustus 2015, Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat  bersama dengan kementerian dan beberapa pihak yang terkait. Ada kecurigaan bahwa mati lampu yang terjadi di Jawa dan Bali disebabkan oleh sabotase ataupun terorisme yang membahayakan kestabilan negara.

 

“Presiden [SBY] minta diteliti penyebab pemadaman lebih jauh. Bukan hanya masalah teknis, tapi juga nonteknis, sehingga diperoleh hasil yang komprehensif,” sebut Menteri ESDM kala itu, Purnomo Yusgiantoro, dikutip dari detik.com (22/8/05).

 

Setelah dicari tahu lebih lanjut, ternyata mati listrik di Jawa Bali terjadi karena masalah teknis. Pemulihan pasca mati listrik dilakukan selama 24 jam dan memberikan dampak yang signifikan.

 

Terjadi di negara lain pula

Pemadaman listrik yang terjadi pada tahun 2005 termasuk yang terburuk ketiga di dunia. Ranking ini belum termasuk dengan peristiwa pemadaman listrik di Jakarta lalu. Peringkat pertama mati listrik di dunia jatuh pada India pada 2012 lalu dengan 700 juta orang terdampak, menyusul kemudian pemadaman di India juga pada tahun 2011 dengan 230 juta orang terdampak. Kemudian Indonesia di tahun 200 dengan 120 juta orang terdampak. Peringkat empat adalah Brazil Utara pada tahun 1999 dengan 99 juta orang terdampak. Sedangkan peringkat kelima pemadaman listrik terburuk jatuh pada Brazil dan Paraguay di tahun 2009 dengan 67 juta orang terdampak.

 

Artikel terkait:

  1. 7 Inspirasi Agar Kamar Lebih Cantik dan Hidup dengan Lampu Tumblr
  2. Gaya Lampu yang Cocok untuk Hunianmu, Pilih Mana?
  3. Ini Dia 4 Tips Memilih Lampu Bohlam Hemat Energi, Hemat Pengeluaran

 

Pohon Sengon biang kerok mati listrik 

Setelah ditelusuri, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menyatakan bahwa mati listrik di Jakarta dan Jawa Barat disebabkan oleh pohon sengon. 

 

Pepohonan di sekitar PT PLN UPT Ungaran memiliki ketinggian melebihi 8,5 meter. Fakta ini diperoleh penelusuran Polda Jawa Tengah, dan telah mewawancarai empat petugas UPT.

 

Keberadaan pohon ini pula yang menyebabkan gangguan pada sisi transmisi Ungaran dan Pemalang 500 kV. Hal ini menyebabkan kegagalan transfer energi dari timur ke barat.

 

PLN: “Maaf kami tidak bisa menjamin.”

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Sripeni Inten Cahyani menyatakan bahwa PLN tidak bisa menjamin tidak akan ada pemadaman listrik lagi di masa depan. 

 

“Kalau bicara menjamin, mohon maaf, mungkin kalau kalimat menjamin bukan pada posisi kami karena menjamin itu kayaknya pasti begitu,” kata Sripeni kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa (6/8).

 

Namun PLN akan tetap mengupayakan yang terbaik bagi masyarakat. Menurut Sripeni, mati listrik yang terjadi pada Minggu, 4 Agustus 2019 merupakan sebuah musibah. 

 

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin dengan berbagai upaya untuk menjaga supaya persoalan kejadian seperti kemarin tidak terulang,” tutur Sripeni.