SWARA – Ancaman resesi di Indonesia sudah di depan mata. Memasuki penghujung bulan Agustus, kondisi ekonomi Indonesia tampak tak kunjung membaik, membuat Indonesia terancam mengalami resesi di bulan berikutnya.
Resesi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan menurunnya angka kegiatan ekonomi di suatu negara selama tiga bulan. Biasanya, pertumbuhan ekonomi negara di masa resesi mencapai nol, bahkan minus. Hal ini juga akan berdampak pada penurunan jumlah lapangan kerja, terpuruknya industri manufaktur, dan lain sebagainya.
Sebelum Indonesia benar-benar mengalami resesi, kamu bisa mulai mempersiapkan diri dari sekarang. Ada banyak upaya persiapan yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan berinvestasi.Â
Pentingnya Berinvestasi Saat Resesi
Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, banyak orang merasa ragu untuk berinvestasi. Akan tetapi, mendiamkan sejumlah dana di bank atau menyimpannya secara tunai juga tidak akan memberikan dampak positif untuk kebutuhan keuanganmu.
Investasi adalah suatu langkah jangka panjang. Artinya, ketika kamu mulai menginvestasikan sejumlah dana, kamu tidak perlu lagi mengkhawatirkan dana tersebut sampai beberapa tahun yang akan datang. Bisa saja, setelah melewati masa resesi, hasil investasimu mendatangkan keuntungan besar.Â
Sebagai contoh, jika kamu berinvestasi saham, kamu pasti menyadari bahwa di masa resesi, saham cenderung mengalami penurunan nilai, mengakibatkan harga saham menjadi lebih rendah. Pada saat inilah, kamu bisa membeli saham tersebut dengan harga yang lebih terjangkau.
Setelah itu, beberapa tahun kemudian, kamu bisa kembali menjual saham tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Khususnya jika kamu menjualnya setelah masa resesi terlewati dan kondisi ekonomi negara kembali stabil. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari harga saham yang dibeli di tengah masa resesi.
Perlu diingat, keuntungan dari investasi yang kamu beli saat resesi tidak akan didapatkan dalam waktu dekat. Butuh waktu cukup lama bagi negara untuk mengembalikan kondisi ekonomi menjadi lebih kuat. Oleh karena itu, kamu harus sabar menanti sebelum kembali menjual saham yang dibeli.
Strategi Berinvestasi Saham Saat Resesi
Setiap orang memiliki strategi yang berbeda-beda ketika berinvestasi. Strategi tersebut disesuaikan dengan profil risiko dan jangka investasi yang dilakukan. Jika kamu baru akan mulai berinvestasi karena khawatir pada ancaman resesi, berikut beberapa strategi yang bisa menjadi bahan pertimbangan:Â
-
Mempersiapkan dasar keuangan yang aman
Sebelum mulai berinvestasi, kamu harus memastikan bahwa kondisi keuanganmu saat ini sudah aman dan stabil. Pastikan seluruh utang-utang sudah dilunasi. Selain itu, pastikan juga bahwa kamu sudah memiliki dana darurat yang jumlahnya mencapai kurang lebih enam bulan pengeluaran.
Sebaiknya, jangan simpan dana darurat di satu tempat penyimpanan. Distribusikan aset di beberapa medium, seperti tabungan bank, emas, dan uang tunai valuta asing. Hal ini berguna untuk memberikan keamanan finansial apabila terjadi inflasi atau kenaikan harga secara umum.
-
Melakukan investasi di perusahaan terpercaya
Kalau kamu ingin mencoba untuk berinvestasi saham, pertimbangkan untuk memilih perusahaan yang terpercaya dan memiliki kemampuan untuk bertahan menghadapi resesi ekonomi. Cari tahu mengenai setiap perusahaan yang akan kamu investasikan sebelum mulai membeli saham di perusahaan tersebut.
Pada langkah ini, kamu harus pintar dalam melihat potensi perusahaan. Tidak semua perusahaan yang telah beroperasi selama bertahun-tahun memiliki kemampuan yang sama untuk menghadapi krisis ekonomi. Karena itu, telitilah dalam mempertimbangkan setiap perusahaan yang ingin diinvestasikan.
-
Membeli dan menjual saham di saat yang tepat
Situasi resesi tidak mengharuskan kamu untuk berinvestasi saham dengan strategi yang berbeda dari biasanya. Apabila kamu terbiasa untuk menyisihkan 30% dari pendapatan untuk berinvestasi saham, maka teruslah lakukan hal tersebut. Jangan mengubah rencana secara tiba-tiba dengan mengalokasikan 80% persen penghasilan untuk investasi.
Tidak hanya itu, kamu juga harus bisa menahan godaan untuk menjual saham di masa resesi. Kamu mungkin khawatir dengan harga saham yang akan semakin memburuk ke depannya, sehingga memutuskan untuk menjual saham sebelum nilainya semakin menurun.Â
Akan tetapi, kalau kamu mempertimbangkan jangka panjang, saham yang kamu investasikan bisa saja bertahan dan kembali mengalami kenaikan nilai beberapa bulan berikutnya setelah negara pulih dari resesi.
-
Mempertimbangkan profil risiko
Setiap orang memiliki profil risiko yang berbeda-beda. Profil risiko menggambarkan kemampuan atau toleransi seseorang untuk menanggung resiko. Inilah yang menentukan jenis investasi yang paling tepat untuk setiap orang.
Saham merupakan produk investasi dengan resiko yang tinggi. Apabila kamu tidak sanggup menghadapi resiko yang besar, jangan paksakan diri untuk berinvestasi saham saat resesi. Pilihlah investasi yang lebih sesuai dengan profil risikomu.Â
Sebagai contoh, jika profil risikomu menunjukkan bahwa kamu nyaman dengan alokasi investasi sebesar 65% untuk saham dan 35% untuk obligasi, maka pertahankan alokasi ini. Jangan sampai kamu tergoda untuk melakukan investasi yang tidak sesuai dengan profil risikomu karena tergoda dengan kondisi pasar.Â
Berinvestasi saham di tengah pandemi dapat menimbulkan resiko negatif. Akan tetapi, bila dilakukan dengan strategi yang tepat, kamu pasti bisa mendapatkan keuntungan dan lebih siap menghadapi ancaman resesi.