SWARA – Punya keturunan, rasanya masih jadi salah satu life goals banyak orang. Sayangnya, saya mengenal beberapa orang yang memutuskan untuk adopsi anak karena nggak kunjung diberi keturunan. Tentunya tindakan yang mulia dong, dan nggak salah sama sekali.

 

Tapi keinginan untuk mengadopsi nggak selalu karena nggak memiliki keturunan, kok. Ada alasan lain juga. Misalnya, karena memang diberikan rezeki dan kasih sayang berlebih, walaupun sudah punya anak sendiri.

 

Beberapa memutuskan untuk adopsi karena kondisi fisiknya nggak memungkinkan untuk mengandung. Pun ada pula yang memutuskan adopsi karena khawatir akan menurunkan penyakit genetik yang ia derita.

 

Alasan lain yang lebih simpel juga ada, yaitu supaya bisa memilih jenis kelamin anak yang diinginkan. Orang tua saya lho, dulu pernah nyeletuk ingin adopsi anak laki-laki. Habisnya, sudah punya empat, perempuan semua! Hehehe.

 

Kembali ngomongin adopsi anak. Meski niat dan tindakannya mulia tapi prosedurnya nggak boleh dianggap sepele. Jangan karena ingin terus tiba-tiba main adopsi tanpa memikirkan dengan matang. Karena ini menyangkut hidupmu dan si anak.

 

Buat kamu yang ada niat untuk mengadopsi anak, ada 5 hal yang perlu kamu ketahui sebelum memutuskan untuk mengadopsi anak.  

 

1. Butuh banyak waktu, tenaga, perhatian dan materi

‘Mendatangkan’ anggota keluarga baru dengan cara ini, bukanlah keputusan yang sepele. Ada tanggung jawab yang besar di sini. Jadi, mutlak untuk benar-benar membicarakan hal ini dengan pasangan dan keluargamu.

 

Bahkan, proses adopsi anak bisa memakan waktu hingga dua tahun, lho. Lama kan? Makanya, kamu sudah harus kuat dan sabar sejak awal. Belum lagi jika kelak kamu harus menghadapi ‘kicauan’ masyarakat dengan segala judgment mereka yang kadang nggak logis dan intoleran. Jadi, harus kuat!

 

Ingatlah, alasanmu mengadopsi anak haruslah dilandasi dengan pertimbangan yang rasional, nggak sekadar emosional. Agar kamu punya alasan untuk bertahan melanjutkan proses!  

 

Artikel terkait: Mengenal kebiasaan dan pola hidup anak-anak masa kini

  1. Kenapa Ya Generasi Z Cenderung Menjadi Generasi yang Konsumtif?
  2. Pengeluaran yang Biasanya Dikeluarkan Generasi Millenial Selama Liburan
  3. Mendampingi Generasi Z yang Haus Eksistensi di Dunia Maya

 

2. Wajib persiapkan lahir dan batin untuk jadi orang tua

Institusi yang memfasilitasi proses adopsi, seperti panti asuhan, umumnya menyediakan juga kelas pre-adopsi sebagai sarana belajar calon orangtua. Kelas pre-adopsi ini ya nggak seperti kelas kuliah ya. Tapi lebih seperti terapi, konsultasi, dan bertukar pengamalan dengan para orangtua adoptif. Agar kamu tahu bisa belajar dari pengalaman orang lain, lantas bersiap akan hal yang sama.

 

Terapi keluarga juga bisa dijadikan pilihan untuk memperkuat hubunganmu dengan sang anak. Pun, kamu bisa belajar otodidak, kok. Misalnya, ‘kursus’ online di Adoption Learning Partners.

 

Oh ya, mempersiapkan diri ini nggak hanya dari sisimu sebagai orang tua. Tapi juga dari sisi si anak. Kamu pun harus memahami bagaimana rasanya hidup sebagai anak angkat.

 

 

3. Tahu kondisi keuangan mendatang

Adopsi anak bayar nggak sih? Tentu saja. Tapi, untuk biaya administrasinya ya. Rata-rata institusi/agenci akan memberikanmu kisaran biaya proses adopsi. Tapi nggak semua biaya dicantumkan. Bisa, jadi ada expense lain yang harus kalian wanti-wanti. Misalnya,  biaya perjalanan untuk menjemput sang anak, jika lokasinya berjauhan.

 

Jika anak adopsi memiliki kondisi kesehatan khusus, kamu pun harus siap. Apakah finansialmu memungkinan jika kamu harus menyediakan seenggaknya Rp10 juta/bulan untuk kebutuhan obat-obatan dan temu dokter? Ini hanyalah contoh kecil ya.

 

Dan, yang namanya juga punya anak, tentulah kamu harus bersiap-siap menyesuaikan kondisi finansial. Untuk kebutuhan hidup dan pendidikan di masa depan, yang tentu saja nggak murah sama sekali.

 

4. Bekali diri skill sebagai orang tua adoptif dan kondisi anak

Pengetahuan untuk menjadi orangtua adoptif dengan orangtua biasa, tentunya akan sedikit berbeda ya. Seperti yang saya sebutkan di poin kedua, kamu harus berguru pula ke mereka yang sudah berpengalaman. Untuk mengasah instinct sebagai orang tua, kamu bisa mulai dengan sering mengasuh anak saudara atau bermain dengan anak tetangga. Hehe.

 

Untuk menjadi orang tua yang baik, kamu tentunya harus mengenal kondisi si kecil kan? Baik itu mental maupun fisik. Pastikan kamu mendapatkan riwayat kesehatannya. Apakah dia memiliki sakit bawaan? Apakah dia pernah memiliki trauma? Karena tiap anak memiliki fisik dan kepribadian yang berbeda.

 

Dari beberapa pengalaman yang saya baca, sesungguhnya tantangan terbesar adalah saat mereka menjadi sudah menjadi sang orang tua. Proses yang dijalan sebelumnya, seperti urusan dokumen ini dan itu, harus wawancara dan diselidiki, notabene adalah bagian gampang. Saat berhadapan dengan sang anak dan menjalani hari-hari dengannya, adalah tantangan terbesarnya!

 

5. Minta bantuan profesional

Mendengar kabar bahwa pengajuanmu diterima tentu senangnya bukan main, ya. Nah, segeralah untuk mencari bantuan profesional yang kamu butuhkan untukmu dan si kecil. Orang pertama yang harus kamu hubungi adalah pediatrician alias dokter anak. Petugas sosial yang memfasilitasimu seharusnya sudah paham juga dengan hal ini.

 

Jika ternyata anak adopsimu memang memiliki penyakit bawaan, tentu saja kamu butuh tahu segala sesuatu tentang penyakit yang ia idap, pengobatan, dan lain-lain, kan? Termasuk kondisi kesehatan psikologisnya juga.

 

Artikel terkait: Seputar kesehatan mental anak

  1. Kesejahteraan Anak di Indonesia Masih Mengkhawatirkan
  2. Bullying pada Anak: Kenali Peran dan Dampak bagi Pelaku, Korban juga Saksi
  3. Yuk, Cegah Anak Terpapar dari Paham Radikalisme!

 

6. Terbuka tentang status si anak kepada dia

Sering kan kamu mendengar cerita-cerita saat sang anak mengetahui bahwa mereka adalah anak adopsi, terus mereka shock dan kecewa saat tiba-tiba tahu? Di sinetron-sinetron dan film sih. Tapi, saya pikir di kehidupan nyata pun kita nggak bisa memprediksi dengan tepat bagaimana reaksi mereka kelak.

 

Jadi, penting untuk memberitatu mereka mengenai status mereka, tentunya pada usia yang tepat ya. Supaya kelak jika mereka punya pertanyaan atau merasakan sesuatu, mereka akan membagikannya padamu sebagai orang tua. Dan kalian bisa saling mendukung satu sama lain secara emosional. Saya nggak asal ngasih saran, lho, karena hal ini memang disarankan oleh American Academy of Pediatrics. Hehe. Kamu bisa baca pembahasannya di sini.

 

Sekali lagi, mengadopsi anak adalah hal yang serius, ya. Maka, jika kamu berniat untuk melakukannya, pastikan kamu sudah mengkaver semua hal yang perlu kamu tahu dan butuhkan. Mulai dari syarat, proses, kelengkapan dokumen, serta persiapan mental dan material yang dibutuhkan.

 

Jika kamu memutuskan untuk adopsi, saya harap ini adalah keputusan terbaik dan bisa mendatangkan kebahagiaan untuk sang anak pun kamu dan pasangan!

 

Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.

Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp 2-15 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-15 bulan. Yuk, Ajukan pinjamanmu di sini sekarang!

 


WINNY WITRA MAHARANI TUNAIKUWINNY WITRA MAHARANI