Banyak hal yang berubah karena pandemi Covid-19. Salah satunya tentang manajemen keuangan. Jika selama ini kita masih abai, pandemi ini membuat kita jauh lebih memahami akan pentingnya manajemen keuangan yang baik.

 

Contoh sederhana, jika selama ini kita tidak masalah menghabiskan sekian ratus ribu untuk nongkrong sepulang kerja, saat ini sekian ratus ribu tersebut terasa lebih berarti jika dialokasikan untuk kebutuhan lain. Begitu juga halnya dengan menabung. Saat ini, menabung bukan lagi sebuah kewajiban melainkan sudah menjadi kebiasaan.

 

Saat ini, kita memang belum sepenuhnya lepas dari krisis akibat pandemi Covid-19. Namun, setidaknya ada 5 hal penting tentang keuangan yang dipelajari dari pandemi Covid-19.

 

 

1. Dana darurat itu penting

 

Sayangnya, masih banyak yang belum begitu menganggap penting keberadaan dana darurat. Di kondisi seperti ini, kehadiran dana darurat sangat penting. Untuk yang harus kehilangan pekerjaan atau terpaksa menutup bisnis, dana darurat berguna untuk menyambung hidup sementara waktu.

 

Oleh karena itu, penting untuk menyiapkan dana darurat. Minimal tiga bulan dari total pengeluaran bulananmu. Kalau ingin lebih aman, pastikan total dana darurat setara dengan lima hingga delapan bulan total pengeluaran bulanan.

 

Misalnya untuk kamu yang memiliki gaji Rp5juta. Setelah menghitung biaya kebutuhan harian, ternyata kamu hanya mengeluarkan sekitar Rp3 juta per bulan. Jadi, untuk dana darurat selama enam bulan, di tabunganmu minimal tersimpan sebanyak Rp18 juta. Pastikan di dalam biaya tersebut sudah mencakup cicilan yang harus kamu bayar. Pisahkan rekening dana darurat dengan rekening gaji agar tidak tercampur.

 

 

2. Uang tunai masih penting

 

Yup, investasi memang penting untuk menyiapkan masa depan. Namun, jangan alokasikan semua uangmu untuk investasi. Pastikan kamu tetap memiliki tabungan berupa uang yang bisa diambil kapan saja, termasuk di saat darurat seperti ini. Selain itu, di masa krisis, bisa saja investasi malah membuat kita merugi.

 

Untuk ini, hampir sama dengan dana darurat. Setidaknya, untuk dana darurat untuk biaya selama enam bulan berbentuk uang yang bisa kamu cairkan atau ambil kapan saja, terlebih di saat darurat seperti ini.

 

 

3. Hindari Berutang

 

Oleh karena perekonomian yang goyah, banyak penawaran menggiurkan berdatangan. Misalnya, rumah dengan harga miring, mobil dengan harga bersahabat, dan promo lainnya. Beberapa bank juga memberikan kemudahan dalam hal pinjaman. Penawaran ini memang menggiurkan, dan jika dihitung-hitung bisa menguntungkan.

 

Namun, hindari untuk membuka utang baru. Terlebih jika kamu tidak yakin bisa membayarnya. Krisis ini mengajarkan kita untuk lebih memperketat gaya hidup. Pastikan pengeluaran hanya sebatas yang dibutuhkan. Sebab, tetap mengikuti pola gaya hidup sebelum pandemi bisa mendatangkan financial stress. Di tengah ketidakpastian ini, bisa saja kita kehilangan pekerjaan sewaktu-waktu.

 

 

4. Pola belanja

 

Pemberlakuan physical distancing membuat pola belanja ikut berubah. Saat ini, hampir semua kegiatan beralih menjadi online. Kemudahan yang ditawarkan oleh online shop bisa menimbulkan masalah baru jika kamu tidak bisa mengontrol pola belanja. 

 

Caranya, kamu bisa memperkuat kontrol diri dengan membuat daftar kebutuhan dan keinginan yang lebih spesifik, sehingga tidak tergoda untuk belanja barang yang berada di daftar keinginan.

 

Selain itu, berita yang simpang siur bisa meningkatkan kekhawatiran. Menerima informasi yang salah bisa menimbulkan panic buying. Di awal-awal masa PSBB, banyak masyarakat yang melakukan panic buying karena khawatir tidak lagi bisa berbelanja. 

 

Terjadi kelangkaan barang penting seperti masker dan hand sanitizer. Beberapa bahkan rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli kedua barang tersebut. Begitu juga dengan barang kebutuhan pokok, panic buying membuat kita menumpuk barang di rumah.

 

Khawatir sah-sah saja, tapi hindari panic buying. Sebab, panic buying bisa membuatmu semakin merugi. Juga, membuatmu kesulitan dalam mengatur keuangan.

 

 

5. Tidak mengandalkan satu jenis investasi

 

Setiap instrumen investasi memiliki risiko yang berbeda, termasuk saat menghadapi masa krisis. Oleh karena itu, hindari memiliki satu jenis investasi saja. Kamu bisa mencoba investasi di beberapa instrumen sekaligus untuk meminimalisir kerugian.

 

Misalnya, kamu bisa mencoba investasi emas dan reksadana. Harga emas cenderung stabil dan naik setiap tahunnya. Sementara itu, reksadana memiliki tingkat likuiditas yang tinggi sehingga menguntungkan. Lihat di sini jenis investasi yang paling laris saat pandemi.

 

Pandemi mengajarkan kita akan banyak hal, terutama akan pentingnya manajemen keuangan yang baik. Tentunya, agar kita #PastiLebihSiap dalam menghadapi saat-saat darurat ke depannya.