SWARA KAMU – Di era sekarang, manusia banyak memanfaatkan Ilmu Teknologi. Bahkan kita sering mendengar istilah Gaptek atau gagap teknologi. Itu sangat miris jika dijaman sekarang manusia benar-benar tidak mengerti teknologi. Nah untuk teknologi sendiri, tentunya sangat berpengaruh bagi kehidupan. Banyak dampak yang dibawa oleh teknologi, salah satunya merusak mental. Kok bisa ya? Mari kita simak penjelasan dibawah.
Banyak dari kita yang dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja. Banyak dari kita yang harus menunggu beberapa waktu untuk mewujudkan keinginan kita. Ketika kita melihat hidup orang lain yang terkesan lebih indah, kita merasa minder. Ketika kita melihat teman kita yang sekolah ditempat favorit, kita minder. Ketika melihat teman yang menang lomba atau juara kelas, kita minder. Ketika mendengar teman kita sudah bekerja, kita minder. Ketika melihat orang yang lebih sukses dari kita, kita minder. Bahkan kita minder sebelum kita mencari tau apa potensi kita dan apa yang bisa kita kembangkan. Kita lebih asik melihat potensi orang lain daripada melihat potensi kita sendiri.
Merupakan hal yang salah
Pola pikir kita yang harus diluruskan. Bagaimana kita melihat diri kita, bagaimana kita melihat lingkungan, bagaimana kita melihat peluang, itu sangat penting. Apalagi sekarang orang berlomba-lomba menunjukan kemewahan lewat sosial media, tak perlu kita merasa iri, dengki bahkan merasa rendah. Apa yang kita lihat di sosial media belum tentu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pun dikehidupan nyata yang kita sendiri tidak tau apa yang disembunyikan orang lain. Jadilah pribadi yang percaya diri. Jadilah manusia modern yang mampu mengandalkan diri sendiri.
Perkembangan mental atau pola pikir sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pula. Bisa dibilang, kesuksesan anak tergantung dari cara pandang dia. Bagaimana bisa? Ketika seorang anak diberi kebebasan untuk memilih ingin jadi apa nantinya, dia akan berkhayal yang tinggi. Itu pasti, “jika orang tua tidak membatasi”. Membatasi disini dalam artian, tidak membatasi anak untuk harus selalu menuruti keinginan orang tua, tidak membatasi pendidikan karena faktor ekonomi, tidak membatasi hobi dia.
Anak akan berkembang pola pikirnya ketika dia berada dilingkungan yang ia senangi. Mengawasi anak dan tidak membatasi pergerakannya itu penting. Ketika anak bercita-cita ingin melanjutkan sekolah setinggi-tingginya, orang tua harus selalu mendukung. Setidaknya, biarkan anak berfikir bahwa pendidikan tinggi memang penting dan orang tua dia mendukung.
Mindset mempengaruhi cita-cita
Ketika kita mempunyai mindset yang tinggi, mempunyai harapan, mempunyai dukungan, kita akan terus berjalan. Sebaliknya, ketika kita dibatasi, kita sempit dalam berpikir, kita tidak mengembangkan mindset kita, selamanya kita akan merasa kalah dari orang lain. Saat diri merasa rendah, maka mayoritas dari kita akan merasa minder untuk bergaul dengan orang yang menurut kita lebih tinggi. Akhirnya kita tidak puas dengan hidup yang Tuhan beri. Hakikat kemenangan adalah bukan mengalahkan orang lain, akan tetapi kemenangan adalah ketika kita mampu menghargai diri sendiri.
Saat kita mempunyai impian, harapan dan cita-cita, lalu kita percaya kita dapat menjangkaunya, maka kita bisa. Ketika mindset kita optimis, kita akan menjadi orang yang sukses. Namun jika mindset kita cenderung meremehkan diri sendiri, bersiaplah untuk tidak pernah menjangkau impian itu. Optimis, berpikiran maju dan percaya diri, itu kunci.
Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.
Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!