Pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tergantung pada bagaimana sumberdaya manusianya dibentuk, hal ini mengenai teori pertumbuhan endogen yang menyatakan bahwa manusia merupakan “investasi” berharga yang akan berperan besar untuk menentukan pertumbuhan perekonomian dalam jangka yang panjang.

 

Dari pernyataan tersebut secara tidak langsung memberikan penekanan bahwa pembentukan sumberdaya manusia yang unggul harus dioptimalkan sedemikian mungkin sebagai upaya menciptakan modal fisik yang akan memiliki kontribusi besar terhadap pertumbuhan serta perkembangan perekonomian negara.

 

Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai salah satu acuan mendasar dari pengukuran keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara, hal ini bergantung pada output yang terus dihasilkan dan dikembangkan dari masa ke masa (Todaro, 2005).

 

Pembangunan dianggap berkelanjutan apabila pembangunan tersebut mampu memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan di masa sekarang, namun tetap tanpa menghilangkan hak di masa mendatang yang juga harus dipenuhi. Sehingga pada intinya tidak ada satupun hak manusia di masa mendatang yang harus dikorbankan.

 

Visi dari pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi pada poin kedelapan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu mampu mewujudkan kemajuan secara global mengenai pembangunan yang adil serta berkelanjutan melalui pengembangan kemampuan manusia diseluruh dunia.

 

Sehingga, diharapkan tidak ada satupun negara yang tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lainnya karena pembebanan tanggung jawab mengenai hal tersebut antar satu negara dengan negara lainnya sama, yaitu untuk mewujudkan visi secara global.

 

Daya saing yang dimiliki oleh tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian. Antara tenaga kerja dengan pertumbuhan perekonomian memiliki korelasi yang cukup kuat, dimana daya saing tenaga kerja yang tinggi akan berdampak pada tingkat pertumbuhan perekonomian yang juga tinggi di suatu negara, begitu juga yang berlaku pada hal sebaliknya (Adam, 2016).

 

Secara konsep, usaha peningkatan daya saing tenaga kerja tidak terlepas dari sumberdayanya yang juga memiliki kemampuan untuk dapat bersaing satu sama lain.

 

Merujuk dari data APO (2013), sejak tahun 1980-2013 negara Indonesia telah mengalami peningkatan produktivitas tenaga kerja dengan rata-rata pertahun sebesar 2,8%. Tapi faktanya, dengan segala peningkatan yang dicapai, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih dianggap rendah dan tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan ASEAN.

 

Jika dikaitkan dengan penjelasan diatas, rendahnya daya saing yang dimiliki oleh tenaga kerja Indonesia menandakan bahwa sumberdaya yang dimiliki negara kurang memiliki kemampuan untuk dapat bersaing yang juga menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

 

Dalam hal ini, berarti Indonesia termasuk sebagai salah satu negara yang dapat dikatakan belum mampu mewujudkan harapan dunia dalam Sustainable Development Goals (SDGs) poin kedelapan yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga diperlukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan pembentukan sumberdaya manusia yang digadang-gadang mampu memiliki kontribusi besar dalam hal tersebut.

 

Lantas, penyelesaian dengan cara apa yang sebenarnya paling efektif untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul sehingga dapat mewujudkan pertumbuhan perkonomian yang berkelanjutan bagi negara Indonesia?

 

Tentu saja melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan dasar pokok yang mampu mendorong adanya peningkatan produktivitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang diperlukan dalam hal ini merupakan pendidikan yang pada kegiatannya menghimpun segala macam pengetahuan.

 

Selain itu, menghiumpu juga keterampilan baik secara teknis maupun melalui kognitif yang nantinya akan benar-benar dibutuhkan oleh berbagai perusahaan baik bidang industri maupun jasa yang saat ini banyak berkembang.

 

Dalam hal pendidikan, perguruan tinggi tentunya memiliki peranan yang sangat strategis untuk dapat menciptakan mahasiswa berkarakter wirausaha yang diimbangi kemampuan ataupun skill memadai sebagai usaha pemecahan persoalan masyarakat serta peningkatan daya saing sumberdaya manusia.

 

Pernyataan ini sejalan dengan studi yang dikemukakan oleh Corvers (1997) dan Jones (2001) yang menyatakan bahwa korelasi positif antara pendidikan dengan meningkatnya produktivitas sumberdaya manusia memang nyata adanya.

 

Namun, peranan mahasiswa untuk dapat mewujudkan tujuan kedelapan dari SDGs mengenai pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi hanya akan menjadi harapan palsu semata jika masih banyak dari mahasiswa Indonesia yang acuh dan terkesan menutup mata terhadap segala problematika yang ada.

 

Karena mirisnya, sebagian besar dari mahasiswa Indonesia masih mengambil peran sebatas sebagai pengamat ataupun penonton dari segala perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tanpa ada keinginan untuk dapat menuangkan segala pengetahuan dan pemikiran yang dimiliki untuk melakukan perubahan demi memajukan kesejahteraan negara.

 

Kebiasaan tersebut harus ditinggalkan dan dijadikan sebagai kebiasaan lama. Mahasiswa sebagai generasi muda dianggap mampu membawa perubahan besar bagi negara melalui pemikiran kritis dan cerdas serta harus menjadi sumberdaya manusia unggul yang mampu mewujudkan segala bentuk harapan negara yang belum dapat terpenuhi serta menyejahterakan kehidupan di berbagai aspek demi meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.

 

Sebagai manusia yang berpendidikan tinggi, mahasiswa harus terlahir sebagai lulusan yang memiliki pemikiran kritis, mandiri, inovatif serta memiliki orientasi untuk berwirausaha. Seperti yang saat ini terjadi, banyak ide-ide brilian yang muncul dari kalangan mahasiswa dan berpotensi tinggi untuk memajukan perekonomian negara.

 

Dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang mahasiswa, kelak mahasiswa diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang layak maupun sebagai pekerja yang berkompeten di suatu perusahaan yang turut menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki daya saing tinggi dengan negara-negara lain.

 

Seperti yang dikatakan di bagian awal, manusia yang membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan termasuk dalam “investasi” berharga milik negara yang akan menentukan arah kemajuan suatu negara. Negara ini tidak akan pernah menemukan jati dirinya sebagai negara yang maju dan terdepan jika sumberdaya yang dimiliki tidak pernah berusaha untuk dapat melakukan perubahan dalam bentuk apapun.

 

“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncang dunia”, sekiranya seperti itu kalimat yang pernah dikatakan oleh Ir. Soekarno.

 

Kalimat itu mengisyaratkan bahwa sejak masa pendahulu pendiri negara ini berjuang, pemuda termasuk para mahasiwa harus memiliki semangat yang tinggi karena tanggung jawab masa depan bangsa yang besar sudah dititikberatkan kepada para pemuda sebagai agen perubahan bangsa.

 

Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.

 

Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!