SWARA – Hubungan rumah tangga nggak pernah terbebas dari masalah. Namun ada kalanya, kamu merasa beban itu terlalu berat. Kamu menyerah. Dengan berbagai alasan kamu memutuskan untuk mengakhiri ikatan suci ini di depan hakim. Meyakinkan diri bahwa kondisi pernikahan kamu sudah tidak bisa diselamatkan.

 

Namun, sebelum kamu memutuskan untuk mengakhiri pernikahan kamu di meja hijau, coba jawab dengan jujur beberapa pertanyaan di bawah ini.

 

1. Sudahkah mengutarakan kegelisahan kamu kepada pasanganmu dengan jelas?

Banyak pasangan merasa sudah mengungkapkan keresahannya pada pasangan, tentunya dengan cara mereka sendiri. Sayangnya, banyak pasangan sebenarnya memiliki cara sendiri untuk memahami suatu masalah. Misalnya, kamu percaya bahwa pasangan kamu tidak menjadikan kamu sebagai prioritas dan, katakanlah, gagal untuk menghabiskan waktu bersama kamu, perilaku ini nggak dapat diubah kecuali ia mengetahui kekhawatiran kamu.

 

Mungkin yang kamu butuhkan adalah menjelaskan apa yang kamu mau dan dia pun akan berubah.

 

Artikel terkait: Menjaga hubungan perkawinan

  1. Hati-hati pada Kebiasaan yang Bisa Menyebabkan Perceraian Ini
  2. Bahayanya Berbohong Soal Keuangan yang Bisa Picu Perceraian
  3. 5 Tips Ini Dapat Mencegah Perceraian yang Disebabkan Faktor Finansial!

 

2. Apakah kamu akan lebih bahagia jika berpisah dengan pasanganmu sekarang?

Mungkin kamu merasa ada satu karakter dari pasangan kamu yang membuat kamu marah, kesal, sedih. Karakter yang membuat kamu tidak bahagia. Tapi coba pikirkan lagi. Karakter-karakter lain dia yang membuat kamu jatuh hati pada saat pertama. Kontribusinya terhadap kehidupan kamu. Bahagiakah hidup kamu kalau dia nggak ada?

 

3. Apakah kamu benar-benar mencintainya?

Bahkan jika jawabannya ya, perceraian mungkin masih merupakan jalan yang tepat. Ada banyak alasan mengapa orang memutuskan bahwa mereka nggak bisa meneruskan pernikahan, tetapi beberapa kemarahan yang kita lihat sebagai alasan perceraian berasal dari fakta bahwa kamu masih merasakan cinta untuk pasangan kamu.

 

Ketika emosi itu hilang, bahkan kamu bisa merasa nggak dicintai, nggak dihargai. Hidup seorang diri dengan cara melepaskan orang yang dicintai dan sudah hidup lama bersamanya, hanya akan membuat kamu semakin stres menjalani hidup ini.

 

4. Bisakah kamu bertanggung jawab atas dampak perceraian kamu ke anak-anak?

Jika kamu benar-benar sengsara bersama, bercerai adalah hal terbaik untuk dilakukan. Tetapi kamu akan selalu menjadi orang tua bersama. Kamu masih akan berada dalam kehidupan satu sama lain.

 

Pertimbangkan juga mengenai semua yang harus kamu lakukan ketika terjadi perebutan hak asuh anak. Kamu perlu berpikir tentang bagaimana kamu akan melakukan ini dan nggak menjadikan anak-anak sebagai korban. Perceraian kerap memberikan dampak besar terhadap psikologis anak, bahkan sampai dia dewasa nanti.

 

Artikel terkait: Menjalani hidup pasca perceraian

  1. 7 Tips Jitu Kelola Keuangan Pasca Bercerai
  2. Tips Bisnis Tetap Lancar Meski Kamu Bercerai dengan Pasanganmu
  3. Perceraian Bukan Akhir Hidup bagi Perempuan, 5 Artis Ini Sukses Besarkan Buah Hati Mandiri Lewat Bisnis!

 

5. Apakah nanti kamu akan melakukan kesalahan yang sama?

Pahamilah bahwa masalahnya mungkin adalah kamu sendiri, bukan perkawinan kamu sekarang. Jika kamu bosan dalam suatu hubungan, kamu mungkin akan bosan dengan hubungan yang  lain juga. Jika kamu bertengkar dengan pasangan kamu tentang kerabat siapa yang akan dikunjungi saat liburan nanti, konflik yang sama dapat muncul kembali dalam pernikahan berikutnya.

 

Pasangan yang mampu menyadari bahwa mereka berkontribusi terhadap masalah perkawinan terkadang bisa mengubah keadaan dan mungkin menyelamatkan hubungan tersebut. Atau mungkin, gagal dengan cara yang sama di hubungan berikutnya.

 

Pernikahan membutuhkan banyak pertimbangan, namun orang sering kali melupakan bahwa perceraian membutuhkan lebih banyak pertimbangan. Emosi sesaat, kurangnya komunikasi, bahkan salah paham kerap menjadi alasan hancurnya sebuah ikatan suci. Setiap keputusan besar dalam hidup hendaknya dilakukan secara bijaksana.