SWARA – Pandemi Covid-19 mengubah kehidupan kita. Mulai dari cara bersosialisasi, memenuhi kebutuhan, hingga mengelola keuangan. Tidak dapat dipungkiri, Covid-19 membuat kita mengubah skala prioritas dalam mengatur keuangan. Beberapa kebutuhan yang sekiranya belum terlalu penting harus disingkirkan terlebih dulu dari daftar kebutuhan. Kebutuhan yang diutamakan dipenuhi terlebih dahulu, supaya kita tetap bisa bertahan hidup.

 

Kalau pendapatan yang diperoleh semasa Covid-19 masih sama bila dibandingkan dengan sebelum Covid-19, tidak akan ada masalah yang terlalu berarti. Dalam arti, kita masih bekerja dan memperoleh gaji seperti biasanya, tidak terdampak Covid-19. Dilansir dari Tempo, hingga Juni sebanyak 3,05 juta orang harus mengalami pemutusan hak kerja (PHK). Kemenaker memprediksi angka ini akan terus bertambah hingga 5,23 juta orang. 

 

Dari survei yang sama, diketahui 40% pekerja mengalami penurunan pendapatan, diantaranya sebanyak 7% pendapatan buruh turun sampai 50%. Tentu saja, penurunan pendapatan ini sangat berdampak terhadap cara masyarakat mengelola keuangan.

 

Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat adalah…

Banyak sekali yang menyarankan kita untuk mengatur lagi skala prioritas dengan memenuhi kebutuhan primer. Ada pula yang terdampak Covid-19 sehingga harus kehilangan pekerjaan sehingga dipaksa untuk lebih kreatif lagi untuk mencari peluang usaha yang paling tidak bisa membantu mereka bertahan hidup. Sedikit yang berani melakukan investasi yang bersifat spekulatif karena… Mau memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dihemat-hemat, bagaimana ingin melakukan investasi. Untung tidak, bingung memenuhi kebutuhan yang ada. Prinsip hidup yang dilakukan adalah “Yang penting bisa makan!” Tidak bisa generalisir, sih, tapi inilah hal yang menjadi “panduan hidup” orang-orang di sekitar saya yang terdampak pemutusan hak kerja akibat pandemi Covid-19.

 

Masyarakat yang secara ketahanan finansial jauh lebih kuat memiliki opsi yang lebih beragam. Mulai dari mencairkan aset menjadi uang tunai sedikit demi sedikit, hingga melakukan investasi (kembali lagi, dibutuhkan mental dewa untuk berinvestasi di masa pandemi! Kalau kamu bukan orang yang siap hati kehilangan uang akibat berspekulasi di masa pandemi, jangan pertimbangkan investasi!)

 

Tiga bulan masa pandemi yang mendebarkan, ada yang masih meraba-raba cara bagaimana bertahan di tengah kondisi yang tidak pasti, ada pula yang sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. Menjelang new normal, tentu saja diperlukan strategi khusus untuk bertahan yang mungkin saja sedikit berbeda dibandingkan dengan jurus mengelola keuangan di saat pandemi Covid-19.

 

Artikel ini akan jauh lebih terasa relatable untuk kamu yang terdampak Covid-19 dengan kehilangan pekerjaan dan juga unpaid leave. Bukan berarti kamu yang memiliki keuangan stabil tidak bisa membaca artikel ini. Tentu saja, kamu tetap bisa membaca artikel ini karena cara mengelola keuangan yang dijabarkan sebisa mungkin dapat mewakili segala kondisi yang kamu miliki. 

 

Sebagai permulaan, ada empat kondisi keuangan yang paling mungkin dirasakan oleh masyarakat yang terdampak Covid-19. Yang masih terdampak pemutusan hak kerja, unpaid leave, tetap bekerja dengan penyesuaian gaji, dan yang masih beruntung karena tidak terdampak pemutusan dan penyesuaian gaji (alias masih bekerja seperti biasa).

 

Mari kita lihat satu per satu!

 

Untuk kamu yang terdampak pemutusan hak kerja:

Saat ini, mungkin kamu sedang mencari-cari pekerjaan lain. Masih menyebarkan CV ke berbagai tempat yang membuka lowongan dengan harapan bisa memperoleh pekerjaan baru. Di masa pandemi, bagi orang-orang yang terdampak pemutusan hak kerja disarankan untuk melakukan pemetaan aset, sehingga dapat mengetahui berapa harta bersih yang dimiliki.

 

Berikut ini hal yang harus kamu ingat:

1. Teruskan kebiasaan yang sudah dibentuk di masa pandemi

Masa pandemi berakhir bukan berarti akhir dari gaya hidup yang kamu jalani selama pandemi. Mengingat bahwa pendapatan yang kamu miliki masih di angka 0, kamu tetap harus bijak. Jangan sampai kamu menggunakan tabungan untuk kebutuhan yang tidak perlu. Kamu masih tetap harus mengatur gaya hidup sedemikian rupa agar pengeluaranmu tetap bisa seminimal mungkin.

 

2. Jangan terlena dengan keadaan

Walaupun pasca pandemi Covid-19 semua akan berangsur pulih, -termasuk di dalamnya, pusat perbelanjaan dan berbagai fasilitas publik kembali dibuka untuk umum- jangan sampai kamu terlena. Memang sih, kembali menyantap makanan di restoran dan menonton film di bioskop menjadi menjadi dua hal yang paling dinantikan untuk dilakukan selepas pandemi. Tapi, mengingat kamu masih bisa bertahan dengan masak sendiri dan untuk sementara waktu menahan diri untuk merasakan hiburan, kamu juga tetap harus mempertahankan pola hidup yang sama. 

 

Unpaid leave, apa kabar?

Banyak perusahaan yang memberlakukan unpaid leave alias cuti di luar tanggungan. Selama unpaid leave, pekerja tidak perlu bekerja, namun hak dan kewajibannya ditunda untuk sementara waktu. Terkait hak karyawan selama unpaid leave, Praktisi HRD dari IR Specialist, Masykur Isnan, menyatakan bahwa seharusnya pekerja tetap mendapatkan THR selama unpaid leave.

 

Dengan asumsi kamu masih menerima THR walaupun sudah tidak menerima gaji bulanan selama unpaid leave, kamu masih memiliki uang untuk bertahan hidup, setidaknya senilai satu kali gaji. Kalaupun tidak ada, tidak apa-apa. Bukan berarti kamu tidak bisa bertahan kok.

 

1. Tetap kencangkan ikat pinggang

Sama seperti mereka yang terdampak pemutusan hak kerja, kamu juga harus mengencangkan ikat pinggang untuk mengurangi pengeluaran yang tidak penting. Namun, karena statusmu adalah unpaid leave di mana secara status ketenagakerjaan masihlah pegawai yang sah, besar kemungkinan kamu akan kembali ke kantor dan bekerja seperti biasa. 

 

2. Tetap berjaga-jaga

Walaupun kamu sudah kembali bekerja, situasi masih serba tidak jelas. Walaupun titel dari artikel ini adalah “new normal”, kamu juga harus tetap berjaga-jaga, siapa tahu angka suspect Covid-19 beranjak naik lagi. Cina, yang sempat mendeklarasikan diri bebas dari Covid-19, saat ini harus mengalami corona gelombang 2. Dilansir dari CNBC, diduga virus corona Covid-19 kembali muncul di Wuhan serta provinsi timur laut Heilongjiang dan Jilin.

 

Jika keadaan ini berlangsung kembali di Indonesia, tidak menutup kemungkinan bila kamu akan dirumahkan kembali dan menjalani unpaid leave. Kamu tetap harus mengencangkan ikat pinggang agar pengeluaranmu terarah!

 

Bila kamu masih bekerja hingga saat ini…

Bersyukurlah, banyak orang yang menginginkan posisimu. Entah bekerja di rumah ataupun di kantor, kamu masih memperoleh penghasilan rutin. Jika kamu menjalani work from home, berarti ada beberapa pos pengeluaran yang sementara waktu tidak terpakai. Misalnya pos pengeluaran untuk transportasi, hiburan, dan dine out. Pengeluaran yang tidak terpakai ini sebenarnya bisa dialokasikan untuk tabungan. Iya atau iya?

 

1. Kembali ke kantor, bukan berarti perlu kembali ke pengeluaran seperti selama #dirumahaja

Memasuki era new normal, besar kemungkinan kamu akan segera kembali ke kantor. Pos-pos pengeluaran yang sebelumnya tidak terpakai, akan kembali kamu gunakan. Biaya untuk order ojek online ke stasiun, beli bensin, naik transportasi umum, adalah contoh pengeluaran yang tidak perlu kamu keluarkan selama bekerja di rumah.

 

2. Usahakan menabung

Pergantian ini tidak serta merta mengharuskanmu mengubah gaya hidup seperti masa sebelum pandemi. Kamu tetap harus berhemat. Masa pandemi mengajarkan kita untuk berhemat, bukankan baik untuk mempertahankan kebiasaan positif ini? Menabung sangatlah penting, kita tetap harus berjaga-jaga karena masa new normal masihlah masa di mana ketidakpastian masihlah terjadi. Sedia payung sebelum hujan, tetap siap-siap untuk segala kemungkinan. 

 

Selamat menyongsong new normal, selamat melanjutkan kebiasaan positif semasa pandemi. Semoga kamu bisa merasa #PastiLebihSiap dalam mengelola keuangan, bagaimanapun keadaan di depan!