SWARA – Semakin hari, kesadaran akan pentingnya berinvestasi semakin meningkat. Jika kamu juga berminat untuk mulai berinvestasi, sebaiknya pilihlah jenis investasi yang tepat sesuai usia.
Ketika berinvestasi, salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah jangka waktu dan pengelolaan risiko. Berdasarkan usiamu, kamu perlu mempertimbangkan waktu yang kamu butuhkan untuk mendapatkan imbal hasil.
Karena itu, jenis investasi yang tepat untuk setiap golongan usia berbeda-beda. Semakin muda usiamu ketika mulai berinvestasi, semakin banyak juga waktu yang kamu miliki untuk memperbesar peluang peningkatan kondisi finansial pribadi.Â
Memilih Jenis Investasi Sesuai Usia
Berdasarkan usianya, setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda untuk berinvestasi. Alasan ini dipengaruhi oleh kebutuhan dan pengalaman finansial yang telah dimiliki.
Simak penjelasan berikut ini untuk bisa memilih jenis investasi sesuai usia yang tepat:Â
-
Usia 20-an: Perencanaan pensiun pemula
Bagi kamu yang masih berusia 20-an, salah satu tujuan umum melakukan investasi adalah perencanaan pensiun. Akan tetapi, perencanaan pensiun di usia ini cenderung masih berada pada langkah yang sangat awal.
Apabila kamu ingin berinvestasi untuk merencanakan pensiun di usia 20-an, kamu bisa memilih untuk menanamkan danamu sebesar 80-90 persen untuk saham dan 10-20 persen untuk obligasi.Â
Sebagai contoh, bila kamu memiliki penghasilan bersih sebesar Rp7 juta per bulan, sisihkan setidaknya 10 persen untuk investasi, yaitu sekitar Rp700 ribu. Dari Rp700 ribu tersebut, alokasikan 80 persen di antaranya, yaitu Rp560 ribu untuk saham, dan 20 persen sisanya sebesar Rp140 ribu untuk obligasi.Â
Pada usia 20-an, sebagian besar dari kamu mungkin baru memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya. Alokasikan sejumlah gaji yang kamu dapatkan setiap bulannya untuk berinvestasi dengan saham dan obligasi.
Di usia ini, kamu memiliki satu keunggulan yang tak dimiliki oleh investor dalam golongan usia lainnya, yaitu waktu. Dengan durasi investasi yang lebih panjang, kamu punya kemungkinan mengalami pertumbuhan dari investasi yang paling besar.Â
Investasi saham merupakan investasi jangka panjang. Oleh sebab itu, saham cocok bagi kamu yang ingin mendapatkan imbal hasil untuk keperluan di masa depan, bukan keperluan yang mendesak.Â
-
Usia 30-an: Fokus pada karier
Memasuki usia 30-an, tujuan investasimu mungkin sudah berbeda. Di usia ini, kebanyakan orang lebih banyak menaruh fokus pada karier. Karena karier yang dijalani semakin berkembang, penghasilan bulanan yang kamu miliki pun sudah semakin besar dibandingkan dengan saat berusia 20-an.
Selain itu, di usia 30-an, kondisi keuanganmu cenderung sudah lebih stabil. Beban utang dari masa lalu sudah dilunasi di usia 20-an. Jadi, kamu memiliki dana yang lebih besar untuk berinvestasi.
Untuk kamu yang berusia 30-an, sebaiknya investasi dilakukan dengan alokasi 70-80 persen untuk saham dan 20-30 persen untuk obligasi.Â
Alokasi ini didasarkan pada kondisi finansialmu yang cenderung sudah lebih stabil dan sudah lebih berkembang. Di usia ini, umumnya kamu memiliki pendapatan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga mengalokasikan 10-15 persen penghasilan untuk berinvestasi akan terasa lebih mudah.
Selain itu, usia 30-an juga masih tergolong sebagai usia yang cukup muda untuk berinvestasi. Kamu masih memiliki waktu yang banyak untuk bisa mendapatkan imbal hasil dengan berinvestasi di instrumen investasi jangka panjang, seperti saham.Â
Tidak hanya saham dan obligasi, di usia 30-an kamu juga sudah mulai bisa berinvestasi dengan properti, misalnya dengan membeli apartemen atau membayar cicilan rumah.Â
-
Usia 40-an: Keperluan masa depan
Orang-orang dalam kategori usia 40-an biasanya semakin peduli pada keperluan keuangan di masa depan. Dalam hal ini, keperluan keuangan yang diperlukan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga.Â
Di usia ini, investasi bisa dilakukan dengan alokasi 60-70 persen untuk saham dan 30-40 persen untuk obligasi.Â
Di usia 40-an, kamu mungkin sedang berada di puncak kariermu. Penghasilan per bulanmu jauh berbeda dibandingkan dengan saat berusia 20-30 tahun. Kamu punya dana yang lebih besar untuk digunakan sebagai dana berinvestasi.
Akan tetapi, di usia ini, kamu tidak lagi memiliki waktu yang terlalu lama untuk bisa mendapatkan imbal hasil. Ada keperluan-keperluan yang lebih mendesak, sehingga kamu tidak bisa mengandalkan seluruh imbal hasil hanya melalui saham.
Ditambah lagi, karena kamu kini bertanggung jawab untuk keuangan keluarga, kamu memerlukan investasi yang lebih stabil atau memiliki risiko lebih rendah. Karena itu, dibandingkan dengan saat berusia 20-an, sebaiknya batasi investasi dengan saham yang memerlukan jangka panjang.Â
-
Usia 50-an: Menjelang pensiun
Karena usiamu semakin dekat dengan usia pensiun, kamu perlu lebih berfokus pada jenis investasi yang lebih stabil dengan risiko lebih rendah. Di usia ini, kamu tidak bisa lagi mengambil risiko dengan hal-hal seputar finansial.
Bila kamu tertarik dengan investasi saham dan obligasi di usia ini, sebaiknya alokasikan 50-60 persen dana investasi untuk saham dan 40-50 persen untuk obligasi. Selain itu, kamu bisa juga beralih ke jenis investasi yang lebih stabil dan aman, seperti investasi, emas, deposito, dan reksadana.Â
Menjelang pensiun, coba pertimbangkan apa yang akan kamu lakukan nantinya setelah kamu berhenti bekerja. Kalau kamu masih memerlukan penghasilan, kamu bisa menggunakan hasil dari investasimu sejak muda untuk memulai usaha baru.Â
Kamu juga perlu menentukan kapan usia yang kamu inginkan untuk benar-benar pensiun dari pekerjaan. Dengan begitu, kamu bisa memperkirakan jangka waktu yang kamu butuhkan untuk investasimu.Â
Faktor usia perlu dipertimbangkan ketika kamu tertarik untuk mulai berinvestasi. Jangan sampai, kamu salah memilih instrumen investasi sesuai usia karena tidak menyadari apa kebutuhan yang menjadi tujuan investasimu.