SWARA – Maskapai flag carrier nasional, Garuda Indonesia kembali mengurangi fasilitas bagi Garuda Miles Member. Per tanggal 1 April 2019, Lounge Garuda Indonesia yang ada di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta (Cengkareng) hanya tersedia bagi member Garuda Miles Platinum dan penumpang Business Class. Pengurangan fasilitas ini juga akan dilakukan di seluruh bandara selain Cengkareng per tanggal 1 Mei 2019.

 

Untuk pemegang member Garuda Miles Gold, keuntungan yang didapat adalah konter check in prioritas, prioritas dalam pengurusan bagasi, prioritas boarding, lounge access redemption, special mileage gift renewal, gratis bagasi 15 kg, dan tier bonus miles. Tidak hanya itu, fasilitas lounge bandara juga dikurangi. Stand makanan sudah berkurang, dan lounge untuk platinum hanya berisi kursi.

 

Untuk menjadi member Platinum, pengguna cukup dengan 45 kali terbang menggunakan Garuda Indonesia. Angka ini mudah didapatkan karena banyak sekali tiket domestik dengan harga Yankee yang bernilai 3 kali terbang. Cukup dengan 16 kali terbang atau 8 kali terbang pulang pergi dengan harga tiket Yankee maka pengguna bisa menjadi member platinum.

Kelas Yankee, alias kelas ekonomi Y di maskapai Garuda memiliki keuntungan berupa pengubahan tanggal penerbangan dalam limit tiga bulan. Misalnya kamu memiliki penerbangan awal pada tanggal 20 Maret 2019, maka kamu akan memiliki waktu 90 hari untuk melakukan perubahan tanggal berkali-kali.

 

 

Laporan Keuangan Minus Banyak

 

Berdasarkan data yang diperoleh dari aplikasi RTI Business, per tanggal 19 Maret 2019, secara fundamental Garuda Indonesia mengalami kerugian pada operating profit sebesar US$123,17 M. Net profit juga minus sebesar US$114,08 M. Earnings per share atau penerimaan keuntungan per saham Garuda Indonesia berada pada angka US$0,0059.

 

Laporan ini dapat diakses oleh publik secara bebas dan diperbarui setiap tiga bulan sekali.

Garuda Indonesia juga mengurangi komisi untuk travel agent. Biasanya, maskapai ini memberikan komisi sebesar 7% kepada travel agent. Kemudian diturunkan menjadi 3%, hingga sekarang menjadi 0%.

 

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara melalui Tribun News membantah bahwa Garuda Indonesia bangkrut. Menurutnya, hingga saat ini Garuda terus beroperasi. Ari mengakui bahwa hingga saat ini Garuda Indonesia tetap merugi. Namun kerugian ini tidak membuat Garuda bangkrut.

 

Pada tahun 2016, Garuda tercatat merugi sebesar 3,6 Trilyun Rupiah, sedangkan pada September 2018 rugi sebesar 2 Trilyun Rupiah. Angka kerugian ini terlihat membaik.

Ari juga menambahkan bahwa BUMN lain seperti PLN dan Krakatau Steel juga memiliki utang yang mengerikan sehingga BUMN sulit memperoleh profit.

 

 

Artikel terkait Jalan-Jalan: Yuk travelling!

MRT Jakarta Sudah Mulai Diuji Cobakan di Seluruh Stasiun

Cek, 8 Cara Mudah Mendapatkan Tiket Pesawat Promo di Travel Fair

10 Maskapai Penerbangan Mewah yang Bisa Kamu Coba

 

 

Cara Garuda Mengkerek Profit

 

Saat ini Garuda tidak lagi fokus pada pemanfaatan dalam menjalankan bisnisnya (utilisasi). Fokus Garuda dialihkan pada margin atau profit suatu penerbangan. Garuda akan mengurangi penerbangannya saat low season atau saat sepi penumpang. Hal ini dilakukan agar Garuda dapat memaksimalkan pengangkutan penumpang dengan efisiensi jumlah penerbangan.

Pengurangan jumlah penerbangan ini bukan berarti pihak Garuda melakukan pengurangan pada jumlah kru kabin. Kru-kru yang ada dialihkan untuk penerbangan internasional seperti ke Moskow, Istanbul, dan Nagoya. Penerbangan pertama ke Nagoya baru akan dibuka pada tanggal 23 Maret 2019.

 

Garuda juga akan menyewakan pesawat (leasing) untuk meningkatkan keuntungan. “Pertama, meningkatkan utilisasi pesawat dan terus melakukan renegosiasi untuk leasing pesawat yang kita miliki.” Tutur mantan Dirut Garuda Pahala N Mansurry di Menara BCA, Jakarta, Kamis (9/8/2018) kepada iNews.

 

 


Anastasia Galuh Dinung Purwaningtyas Anastasia Galuh Dinung Purwaningtyas