Swara – Kamu pernah mendengar istilah keluarga broken home? Istilah ini digunakan untuk menggambarkan keadaan keluarga yang tidak harmonis. Dampak keluarga broken home akan sangat terasa bagi anak, enggak hanya di masa kecil tapi juga saat mereka tumbuh dewasa kelak.

 

Kondisi keluarga yang tidak harmonis akan menimbulkan trauma pada anak. Dalam level tertentu, bisa menghambat tumbuh kembang anak. Yuk, pahami lebih lanjut tentang keluarga broken home, terutama dampaknya bagi anak

 

Kalkulator Finansial Swara

 

Dampak keluarga broken home bagi anak

 

Keluarga broken home sendiri menunjukkan suatu situasi di mana keluarga tidak utuh dan tidak harmonis. Biasanya ditandai dengan adanya perselisihan, pertengkaran, yang mengakibatkan terjadinya hubungan yang tidak sehat di dalam keluarga. Kondisi ini bisa berlanjut hingga terputusnya hubungan antaranggota keluarga, bahkan berakhir pada perceraian orang tua.

 

Selama ini broken home memang sering diasosiasikan dengan kondisi keluarga tidak utuh alias bercerai. Dalam perkembangannya, keluarga broken home bisa saja masih utuh tapi di dalamnya terjalin hubungan yang tidak harmonis. Seringkali, perceraian justru menjadi jalan keluar terbaik untuk mengurangi beban mental akibat pertikaian di dalam keluarga.

 

Kedua kondisi di atas akan memberikan dampak besar, terutama bagi anak-anak. Tentunya anak membutuhkan kondisi keluarga yang saling mencintai dan menghargai satu sama lain, sehingga terjalin hubungan yang harmonis di tengah keluarga.

 

Apa saja dampak keluarga broken home ini bagi anak?

 

 

1. Masalah emosional dan perilaku

 

Pertengkaran orang tua akan menimbulkan kebingungan pada anak. Apalagi jika berujung di perceraian. Seringkali anak yang harus diminta memilih untuk ikut salah satu di antara kedua orang tua.

 

Selain itu, anak bisa menyalahkan diri sendiri bahkan menganggap diri sebagai penyebab pertengkaran atau perceraian orang tua. Anak akan merasa tidak dicintai, sebab orang tua memilih untuk meninggalkannya. Hal tersebut akan mempengaruhi kondisi emosional anak.

 

Lebih jauh lagi, dampak keluarga broken home ini bisa mempengaruhi perilaku anak. Kondisi keluarga yang tidak harmonis bisa membuat anak menarik diri dari lingkungan. Akibatnya bisa mempengaruhi social skill anak.

 

Perubahan perilaku juga berkaitan dengan perubahan emosional, misalnya anak jadi kesulitan mengendalikan emosi sehingga sering terlibat perkelahian dengan teman-temannya. Bisa juga mempengaruhi performance mereka di sekolah.

 

Baca juga: 10 Ide dan Alasan Pentingnya Quality Time Bersama Anak

 

2. Gangguan mental

 

Perubahan yang terjadi pada keluarga membawa perubahan besar bagi anak. Misalnya setelah bercerai, anak hanya tinggal bersama ayah atau ibu. Kehilangan salah satu sosok penting bisa mempengaruhi hidupnya.

 

Ditambah jika ada perubahan lain, seperti pindah rumah atau pindah sekolah. Kondisi penuh tekanan ini akan membuat anak broken home rentan mengalami stres atau depresi.

 

Rasa kehilangan ini bisa memicu anak mengalami separation anxiety syndrome (SAD), sebab mereka harus terpisah dari ayah atau ibu, juga saudara yang lain. SAD membuat anak menjadi sangat cemas dan takut untuk kehilangan orang yang sangat penting dalam hidupnya. Jika dibiarkan, rasa cemas ini bisa mengganggu aktivitas anak sehari-hari.

 

3. Kekerasan fisik

 

Dalam beberapa kasus, keluarga broken home bisa membuat anak menjadi korban kekerasan fisik. Hal ini akan mempengaruhi anak dan membuat mereka mengalami trust issue. Sebab, orang terdekat justru menjadi pihak yang menyakiti.

 

4. Trust issue

 

Pertikaian terus menerus antara orang tua bisa membuat anak bermasalah untuk mempercayai orang lain. Di saat mereka seharusnya mendapat cinta dan kasih sayang dari orang tua, yang terjadi justru sebaliknya. Tidak jarang, anak jadi kesulitan mengekspresikan perasaan karena sering melihat orang tua mengekspresikan diri lewat pertengkaran.

 

5. Perubahan peran

 

Perubahan dinamika keluarga juga mengakibatkan peran anggota keluarga, sehingga anak harus beradaptasi. Misalnya ibu harus menanggung peran ayah, atau sebaliknya. Tidak jarang, anak juga harus mengambil peran orang tua. Misalnya anak sulung yang berperan sebagai pengganti orang tua dalam menjaga adik-adiknya.

 

Cara mengatasi dampak keluarga broken home

 

 

Tumbuh di tengah keluarga yang kurang harmonis memang tidak menyenangkan. Kondisi orang tua selalu bertengkar tidak baik bagi perkembangan anak. Seringkali perceraian menjadi jalan keluar.

 

Meskipun perceraian menjadi pilihan terbaik, tetap saja perubahan tersebut akan sangat berpengaruh pada anak. Trauma yang dialami anak bisa bertahan hingga dewasa.

 

Yuk, cari tahu hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir dampak keluarga broken home bagi anak.

 

1. Hindari bertengkar di depan anak

 

Sebagai orang tua, perlu untuk menjaga emosi dengan tidak bertengkar di depan anak. Hindari untuk saling mengumbar kebencian di depan anak, termasuk membuat anak merasa terpojok dan harus memilih salah satu di antara kedua orang tuanya.

 

Dengan melihat komunikasi yang baik di antara orang tuanya, bisa mempengaruhi kemampuan komunikasi anak.

 

Baca juga: Yuk, Belajar Mengelola Konflik Demi Ciptakan Keluarga Bahagia!

 

2. Jangan batasi hak anak

 

Meski hubungan di antara orang tua tidak bisa diselamatkan lagi, bukan berarti anak bisa dijadikan sekutu. Pastikan anak tetap mendapatkan kasih sayang dari ayah atau ibunya. Jangan batasi anak untuk bertemu ayah atau ibu.

 

Penting bagi anak untuk menjalin komunikasi dengan orang tua, meskipun tidak tinggal bersama, karena akan berpengaruh pada tumbuh kembangnya.

 

3. Perhatikan perubahan kecil

 

Perubahan ini tentunya sangat mempengaruhi orang tua, sehingga tanpa disadari orang tua justru menjauh dari anak. Tetap libatkan anak dalam setiap diskusi agar mereka tidak merasa dipinggirkan.

 

Selain itu, sebagai orang tua kita juga harus peduli pada setiap perubahan kecil yang terjadi pada anak. Ajak anak untuk bisa terbuka terhadap perasaannya, dan bantu dia beradaptasi dengan kehidupan baru ini.

 

Dengan begitu, anak tidak akan merasa ditinggalkan sekalipun orang tuanya tidak lagi bersama. Jika membutuhkan, enggak ada salahnya meminta bantuan profesional seperti psikolog.

 

Baca juga: Hati-hati! Ini yang Harus Dihindari oleh Pasangan Muda Soal Keuangan Rumah Tangga

 

4. Berpikir positif

 

Ajak anak untuk berpikir positif agar bisa menerima situasi baru ini. Hal tersebut juga penting untuk menghindarkan anak dari pikiran negatif yang bisa mempengaruhinya.

 

Dengan mengajak anak untuk berpikir positif, bisa mencegah timbulnya perasaan terbuang, tidak berdaya, dan tidak disayangi. Kamu juga bisa meyakinkan anak bahwa orang tua tetap menyayanginya meskipun ayah dan ibu sudah berpisah.

 

Semua orang tentunya menginginkan kondisi keluarga yang harmonis, tapi di situasi tertentu tidak bisa terhindar dari perceraian. Penting untuk mengingat bahwa dampak keluarga broken home akan sangat terasa bagi anak, sehingga sebagai orang tua kita bisa lebih memperhatikan kondisi anak agar mereka tidak stres akibat perceraian orang tua.