SWARA – Bagi kamu yang belum terbiasa berinvestasi saham, kamu harus melakukan banyak pertimbangan saat akan investasi pada awal tahun. Karena, di awal tahun, ada fenomena January Effect yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
January Effect adalah kondisi kenaikan harga saham musiman yang dirasakan sepanjang bulan Januari. Menurut Investopedia, kondisi ini dikaitkan dengan meningkatnya harga pembelian, yang diikuti juga dengan penurunan harga di bulan Desember.
Peningkatan dan penurunan harga ini terjadi karena pengaruh dari perilaku investor. Menjelang akhir tahun, banyak investor mulai menjual saham yang tidak menguntungkan bagi mereka, membuat terjadi penurunan harga saham.
Sementara, memasuki bulan Januari, investor yang memutuskan untuk membeli saham mengalami peningkatan, dan saham yang dijual pun berupa saham berprospek baik, sehingga terjadi peningkatan harga.
Hal-Hal yang Mempengaruhi January Effect
Kondisi ekonomi pasar memberikan pengaruh besar dalam terjadinya january effect. Ada beberapa faktor umum yang mendorong menguatnya IHSG sepanjang bulan Januari. Faktor-faktor tersebut antara lain:
-
Psikologi investor
Menguat dan melemahnya harga saham dipengaruhi oleh kondisi psikologi investor. Karena, investor memegang kunci penting dalam kegiatan investasi saham.
Banyak investor di seluruh dunia yang percaya bahwa bulan Januari adalah bulan terbaik untuk memulai program investasi. Terkadang, berinvestasi di awal tahun juga menjadi resolusi tahun baru dari beberapa investor.
Selain itu, beberapa investor juga mungkin baru saja menerima bonus akhir tahun di bulan Desember. Sehingga, mereka merasa sudah memiliki dana yang cukup untuk mulai berinvestasi di awal tahun berikutnya, yaitu di bulan Januari.
-
Window dressing
Window dressing biasanya dilakukan oleh perusahaan di akhir tahun. Prosesnya dilakukan dengan menjual saham-saham berperforma buruk agar portofolio perusahaan pada laporan keuangan akhir tahun mereka tampak lebih “cantik”.
Sebagian besar perusahaan memang melakukan penutupan laporan keuangan di akhir tahun. Di masa itu juga, mereka akan berusaha membuat laporan keuangan mereka tampak lebih sehat agar menarik perhatian investor, membuat kinerja keuangan perusahaan terlihat baik.
Perusahaan-perusahaan akan menjual saham yang berkinerja buruk, kemudian membeli saham kinerja baik. Hal ini akan mempengaruhi penguatan IHSG.
-
Penjualan akhir tahun
Di akhir tahun, banyak investor menjual saham yang dianggap tidak mendatangkan keuntungan. Kemudian, di awal tahun, mereka akan menjual saham yang dirasa bisa memberikan return lebih besar.
Hal ini dilakukan karena perdagangan saham yang merugikan cenderung menurun sebelum akhir tahun. Selain itu, di akhir tahun, harga saham cenderung lebih rendah, sehingga menarik perhatian banyak pembeli.
Karena tingginya minat investor untuk membeli saham di bulan Desember, hal ini akan mempengaruhi peningkatan harga saham yang lebih tinggi di bulan Januari, menyebabkan fenomena January Effect.
Strategi Berinvestasi Saham di Tengah January Effect
Cara terbaik untuk menghadapi January Effect adalah membeli saham dengan nilai kapitalisasi yang kecil. Saham ini biasanya berupa saham dengan kinerja buruk selama 12 bulan terakhir.
Kemudian, dikutip dari Forbes, kamu bisa menjual kembali saham itu di bulan Januari. Kamu bisa mendapatkan peluang yang lebih besar karena adanya sentimen positif pasar di masa pergantian tahun.
Akan tetapi, strategi ini mungkin tidak bisa dilakukan oleh semua orang, khususnya investor pemula. Strategi ini merupakan strategi perdagangan jangka pendek. Ada banyak resiko yang mungkin timbul dengan melakukan strategi ini.
Karena itu, jika kamu belum memiliki pengalaman dalam investasi saham, sebaiknya hindari melakukan strategi ini. Kamu juga bisa memilih untuk menggunakan jasa profesional untuk membantu kamu dalam menentukan strategi investasi di tengah masa January Effect.