SWARA – Wisuda menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu oleh banyak mahasiswa. Di momen inilah kita akhirnya menyelesaikan perjuangan dalam menempuh dunia perkuliahan.
Biasanya, yang saat memberikan pidato kelulusan saat wisuda dilakukan oleh wisudawan terbaik seperti peraih IPK tertinggi, achievement paling banyak atau mahasiswa berprestasi. Oleh karena itu hanya mahasiswa dengan indikator tertentu yang mempunyai kesempatan untuk membacakan pidato saat kelulusan.
Ternyata, hal ini berbeda di kampus Ivy League, sejumlah universitas paling prestisius di Amerika Serikat. Ivy League berisikan 8 Universitas terbaik yang terletak di Amerika Utara, yaitu:
- Harvard University, Massachusetts
- Yale University, Connecticut
- Princeton University, New Jersey
- Columbia University, New York
- Brown University, Rhode Island
- Dartmouth College, New Hampshire
- University of Pennsylvania, Pennsylvania
- Cornell University, New York
Kampus Ivy League tersebut mengadakan sayembara untuk mencari sosok yang akan mewakili suatu jurusan untuk membacakan pidato kelulusan. Jadi, semua orang punya hak yang sama untuk mengikuti audisi tersebut dan yang terpilih akan membacakan pidato.
Di wisuda online tahun 2020 ini, salah satu kampus Ivy League, yaitu Harvard University terasa istimewa karena ada dua orang Indonesia yang berkesempatan membacakan pidato kelulusan. Salah satunya adalah Nadhira Nuraini Afifa, mahasiswa S2 jurusan Public Health dengan konsentrasi Nutrition. Nadhira baru saja menyelesaikan pendidikannya di Universitas Harvard pada tanggal 28 Mei 2020 yang lalu.
Bukan hanya bangga karena lulus dari salah satu universitas terbaik dan bergengsi di dunia, Nadhira juga terpilih menjadi commencement student speaker dan memberikan pidato di wisuda Harvard Public Health Online 2020. Tentunya hal ini menjadi kesempatan yang berharga bagi Nadira, karena untuk sampai ke tahap tersebut tidaklah mudah. Ia melalui tahap seleksi yang ketat untuk bisa terpilih.
Nadhira bercerita di Channel YouTubenya, “semua mahasiswa di Harvard mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti seleksi ini, yang diadakan seperti kompetisi. Di tahap awal, semua mahasiswa yang ingin mendaftarkan diri harus mengirim teks pidato. Setelah lulus dalam pemilihan teks pidato, maka akan lanjut ke seleksi berikutnya yaitu seleksi melalui video, dan melakukan coaching bagi mereka yang akan melakukan pidato formal. Setelah melewati tahap coaching maka akan mengikuti zoom call dengan sistem hanya diberikan sekali saja kesempatan dalam berpidato.”
Walaupun Nadira sempat pesimis, akhirnya Nadira menerima email yang memberitahu bahwa dia berkesempatan coaching sekali lagi untuk ke tahap final memberikan pidato kelulusan di Harvard.
Perjuangan Sejak SMA
Kisah Nadhira hingga akhirnya lulus dari Harvard University menarik untuk disimak. Saat SMA, dia ingin menjadi arsitek, tapi berubah karena dorongan orangtua dan pihak sekolah yang mengarahkannya ke pendidikan dokter. Nadhira memutuskan untuk mengikuti jalur undangan, karena termasuk 10 siswa berprestasi di sekolah dan dapat mengikuti jalur tersebut. Akhirnya Nadhira masuk jurusan kedokteran dan akhirnya berhasil menyelesaikan studi sarjana kedokterannya di Universitas Indonesia.
Setelah lulus sarjana kedokteran, Nadhira ingin melanjutkan S2 dengan mengikuti seleksi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dari awa,l Nadhira sudah tertarik dengan policy making atau kebijakan publik yang mendorongnya untuk menekuni public health sebagai studi S2-nya. Sebelumnya Nadhira sempat melakukan beberapa research ke beberapa universitas yang memiliki program studi tersebut, seperti Harvard, Columbia dan John Hopkins. Nadhira pun memilih Harvard dan Columbia dengan mempertimbangkan kurikulum yang sesuai dengan dirinya serta ikatan alumni yang berguna ke depannya.
Pada 2016, Nadhira mendaftar ke dua universitas tersebut dan diterima di Columbia University. Namun, saat itu dia harus menunda mengambil beasiswa karena belum mengambil internship sebagai dokter. Nadhira mengambil internship sebagai dokter di Lombok, NTB. Sambil menunggu waktu 2 tahun, Nadhira mencoba untuk mendaftar di Harvard. Setelah persiapan selama 9 bulan, akhirnya dia diterima di universitas tersebut.
Selama menempuh pendidikan di Harvard, Nadhira juga berhemat untuk biaya hidup sehari-hari, karena biaya disana tidaklah murah. Nadhira berbagi biaya tempat tinggal dengan teman-temannya dan masak sendiri untuk berhemat.
Nadhira juga sosok yang disiplin dan teratur dalam mengerjakan semua tugas kuliah. Dia selalu membuat note agar tidak lupa dan mengatur alarm untuk bangun pagi sudah menjadi kebiasaannya selama di Harvard.
Baca Juga : Ikuti Jejak Pengusaha Sukses Startup, Ini Tempat Mereka Kuliah Dulu!
Tips Sukses Masuk Harvard University
Yuk intip beberapa kiat Sukses Nadhira untuk kamu yang ingin masuk Harvard University:
1. Belajar bahasa Inggris
Tentunya yang namanya belajar tidak ada yang instan. Nadhira selalu membuat note untuk menghafal kosa kata setiap harinya. Ketika menonton film bahasa inggris, dia memilih subtitle bahasa inggris. Di saat ada vocabulary yang tidak dimengerti, maka langsung dicari maknanya. Untuk melatih kemampuan bahasa inggris, kamu bisa mulai berlatih speaking, reading, writing dan listening.
2. Memiliki Writing Skill
Kemampuan menulis merupakan salah satu skill yang diperlukan untuk menuangkan ide untuk membuat penelitian, artikel di koran dan lainnya. Dalam menulis, grammar dan vocabulary harus diperhatikan. Di bidang non-akademik, Nadhira menulis untuk berbagai surat kabar dan menjadi salah satu penulis untuk seri Harvard Chan’s Voices in Leadership.
3. Membuat Plan jauh-jauh hari
Membuat perencanaan adalah sesuatu penting untuk dalam mencapai goals jangka panjang. Biasanya Nadhira membuat catatan untuk tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Hal ini berguna agar fokus dengan target yang ingin dicapai.
4. Mempunyai sifat gigih dan tahan banting
Dalam belajar mempunyai sifat gigih dan tahan banting akan membantu kamu dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Sifat yang tahan banting akan membuat kamu survive. Bahkan Nadira mengaku kalau perjalanannya tidaklah mulus, alias banyak menghadapi kegagalan.
5. Bermimpilah setinggi mungkin
“Bermimpilah setinggi mungkin, karena yang membatasi mimpi itu cuma pikiran kita sendiri.” Itulah salah satu isi pidato Nadhira.
Semua orang punya kesempatan yang sama untuk mewujudkan mimpinya, tidak hanya yang pintar atau keluarga yang punya privileged. Oleh karena itu jangan patah semangat dan tetap gigih dalam mencapai mimpi.
Meskipun kamu mengalami kegagalan, jangan menyerah. Seperti Nadhira yang akhirnya bisa mewujudkan impiannya. Apalagi di tengah pandemi saat ini, skill yang yang dimiliki oleh Nadhira akan sangat berguna untuk membantu pemerintah Indonesia dalam mengatasi tantangan kesehatan masyarakat. Nadhira juga percaya dengan potensi yang dia punya sebagai dokter dan profesional kesehatan masyarakat akan membuatnya dapat berkontribusi pada perkembangan Indonesia di masa depan.