SWARA – Di tengah krisis karena pandemi COVID-19 ini, banyak bisnis yang mulai menutup sementara usahanya, mulai dari bisnis yang kecil sampai bisnis besar. Kalau mengintip pada sejarah, Indonesia bukan sekali ini saja diterpa krisis ekonomi. Pada tahun 1997-1998 dan tahun 2008-2009, Indonesia mengalami krisis yang cukup parah. Kondisi Dolar Amerika Serikat yang sama-sama menguat pada saat itu pun terjadi sekarang ini.
Menurut Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Teten Masduki, seperti yang ditulis di Liputan 6, kondisi UMKM nasional sekarang berbeda dengan krisis keuangan 1998. Di saat itu, UMKM jadi penolong perekonomian nasional, sedangkan pada saat ini UMKM ikut terpuruk bersama dengan sektor lain akibat pandemi COVID-19.
Kenapa bisa berbeda? Pada tahun 1998, UMKM bisa jadi penyelamat karena ekspor UMKM bisa naik sampai 350%. Karen Dolar AS menguat, jadinya UMKM punya celah untuk masuk ke pasar internasional dengan mengekspor produk mereka. Ekspor produk seperti perabotan dengan bahan baku lokal, hasil laut, pertanian, tambang, juga rempah, termasuk ke dalamnya.
Beda dengan kondisi sekarang, krisis ekonomi sedang menyerang secara global karena COVID-19. UMKM yang berpotensi untuk mengekspor produk mereka pun mengalami kelesuan, karena minimnya permintaan.
Tetap ada harapan
Walau kabar ini terlihat putus harapan, namun sebenarnya kemungkinan UMKM kembali jaya itu tetap ada. Peluang UMKM nasional untuk mengisi pasar dalam negeri justru sekarang lebih besar dan menggantikan kebutuhan pasar akan produk impor.Â
Salah satu kebutuhan impor yang bisa digantikan oleh UMKM nasional adalah kebutuhan berupa sayur, buah, dan juga industri yang memenuhi kebutuhan sekunder, seperti pakaian dari brand lokal, serta makeup dan skincare.
Indonesia itu termasuk negara yang beruntung kalau menurut saya. Kenapa? Karena perputaran ekonominya tidak bergantung 100% kepada bisnis-bisnis besar saja, tapi bisnis kecil juga berperan penting. Misalnya warung rokok kecil yang ada di pinggir jalan, toko sembako milik pakde sebelah rumah, bahkan bengkel kecil di ruko kompleks perumahan saya pun berperan penting.Â
UMKM nasional seperti inilah yang bisa jadi penopang ekonomi dalam negeri saat krisis ekonomi karena COVID-19. Walau berjalan lambat, sebenarnya petani lokal berpeluang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena lesunya impor bahan baku dari luar negeri.
Baca peluang usaha di masa depan
Seperti di artikel sebelumnya, bisnis UMKM nasional bisa bertahan bahkan berpeluang sukses di tengah pandemi COVID-19, selama bisa membaca peluang bisnis apa saja yang memiliki potensi di masa depan.
Bisni herbal
Jujur, saya bukan orang yang percaya dengan obat-obatan herbal, tapi makin ke sini semakin masuk akan kalau kembali mengonsumsi yang natural, bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Indonesia lagi-lagi negara yang beruntung karena masyarakatnya terbiasa mengonsumsi minuman herbal, salah satunya jamu-jamuan. Mulai dari jamu yang diproduksi rumahan, sampai produk jamu kemasan yang dijual dipasaran. Dilansir dari Kontan, sejak April 2020, penjualan jamu dan vitamin herbal di Indonesia meningkat sebanyak 2 kali lipat.
Saya rasa kondisi ini akan berlanjut sampai beberapa waktu ke depan atau bahkan menjadi kebiasaan baru bagi orang-orang yang sebelumnya tidak mengonsumsi jamu.Â
Bisnis makanan atau camilan rumahan
Saya sudah tidak bisa menghitung lain berapa banyak teman saya yang akhir-akhir ini menggeluti bisnis makanan semenjak adanya aturan jaga jarak karena COVID-19. Mulai dari bisnis brownies, pudding, es krim, sampai makanan rumahan yang siap diantarkan setiap hari.
Kenyataannya memang di tengah pandemi ini, ketertarikan orang dengan produk rumahan semakin meningkat. Beberapa penyebabnya adalah tutupnya toko-toko kesayangan untuk sementara dan produk rumahan dinilai lebih bersih pengelolaannya. Belum lagi cita rasa yang otentik, membuat produk rumahan ini jadi lebih khas dibanding dengan yang ada di pasaran.
Kesimpulan
Walau akan berjalan lambat, karena daya beli masyarakat yang menurun, potensi UMKM nasional berjaya di negeri sendiri tetap ada. Yang penting para pelaku UMKM dapat membaca peluang pasar yang ada. Semangat!