SWARA – Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu (MRT) mulai beroperasi untuk uji publik sejak Selasa, 12 Maret 2019. Masa uji publik ini berlangsung hingga tanggal 24 Maret 2019 untuk umum tanpa dipungut biaya.
Direktur Utama PT MRT William Sabandar kepada CNBC menuturkan bahwa sejak Selasa, 13 stasiun MRT telah dioperasikan. Sebelumnya, dan saat beberapa kali percobaan bersama pejabat, tidak semua stasiun beroperasi. Selama ini yang dioperasikan hanya di Bundaran Hotel Indonesia dan Lebak Bulus.
Selama masa percobaan, jumlah MRT yang dioperasikan sebanyak 7 kereta bersama 1 kereta cadangan. Uji publik dijadwalkan menempuh 98 perjalanan per hari mulai pukul delapan pagi hingga empat sore. Pada tanggal 13 hingga 17 Maret, jumlah penumpang ditargetkan mencapai kuota 8.000, 12.000, 16.000, 20.000, dan 24.000 orang per hari.
“Mulai minggu depan, batas maksimal penumpang per hari adalah 28.800 orang. Jumlah tersebut masing-masing disediakan selama 18-24 Maret 2019. Akumulasi total kuota penumpang yang diangkut selama masa uji publik adalah 285.600 orang,” ujar William.
MRT Jakarta telah menyelesaikan proses testing & commissioning pada tanggal 26 Februari 2019. Hasilnya, kereta berjalan tepat waktu dan fungsi kereta berjalan sesuai desain.
Opsi Untuk Tidak Tinggal di Tengah Kota
Sri Mulyani, Menteri Keuangan Republik Indonesia mengatakan bahwa keberadaan MRT bisa mendorong kemajuan dan pemerataan ekonomi. Dengan adanya MRT, masyarakat akan merasakan efisiensi waktu sehingga bisa lebih produktif.
Ia meyakini bahwa apabila MRT sudah beroperasi normal, 130.000 orang akan menjadi pengguna MRT per harinya. Hal ini akan menjadi peluang yang baik bagi penjual makanan dan minuman. Tidak hanya itu, keberadaan MRT juga dapat mempengaruhi pilihan tempat tinggal. Jika sebelumnya masyarakat menyewa atau mengontrak rumah di tengah kota untuk menunjang produktivitas dan terhindar dari macet, sekarang mereka bisa tinggal di daerah lain.
Misalnya, untuk jarak 16 kilometer dari Bundaran HI ke Lebak Bulus dan sebaliknya hanya menempuh waktu selama 30 menit menggunakan MRT. Tentu saja keberadaan MRT memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat.
Artikel terkait: Seba-Serbi Mobil
Benarkah Menyalakan AC Saat Mobil Baru Hidup Dapat Mengeluarkan Zat Beracun?
Perkiraan Biaya Perawatan Mobil untuk Satu Tahun
Ini Alasan Kamu Nggak Boleh Memanaskan Mobil Terlalu Lama
Menghabiskan Biaya 16T
Biaya pembangunan MRT berasal dari APBN dan APBD. Agar balik modal, pemerintah tidak berencana memperolehnya dari tiket yang rencananya hanya dipatok Rp 10.000,00 untuk rute Bundaran HI ke Lebak Bulus.
“MRT ini merupakan join company antara pusat dalam hal ini 49% dan pemerintah daerah. Biaya investasi MRT ini juga dibiayai oleh APBN dan APBD. Biaya ini, yang sebesar Rp 16 triliun, tentu nanti tidak akan kembali dalam bentuk tiket, karena tadi disampaikan oleh Presiden Direktur MRT, Pak Willy, dari keseluruhan tempat pemberhentian telah menimbulkan dampak terhadap nilai-nilai properti dan kegiatan ekonomi yang diperkirakan akan meningkat,” jelas Sri Mulyani, di Stasiun MRT Senayan kepada CNBC.
Dari total 13 stasiun dari Bundaran HI ke Lebak Bulus, sudah banyak perusahaan swasta yang ingin memasang iklan. Inilah yang menjadi sumber pemasukan MRT untuk balik modal.
Sri Mulyani juga menambahkan bahwa ada perusahaan yang secara khusus meminta agar nama perusahaannya dijadikan nama stasiun. Properti di dalam stasiun MRT juga sudah disewa oleh swasta dan dapat dijadikan sumber penerimaan untuk balik modal oleh Pemerintah DKI.
MRT diharapkan dapat mengubah budaya berkendara masyarakat, dari yang awalnya memakai transportasi pribadi beralih menggunakan angkutan umum.
Bagaimana sih rasanya naik MRT? Simak pengalaman Rachel Goddard dalam video berikut!
Rasanya tidak sabar untuk segera mencoba MRT!
 Anastasia Galuh Dinung Purwaningtyas