SWARA – Perkembangan teknologi kini memudahkan kita untuk memperoleh berbagai informasi dan berita-berita terkini. Sayangnya, hoax alias berita palsu juga makin bertebaran di sana sini. Apalagi, nggak sedikit berita hoax yang tujuannya menghasut atau menjatuhkan pihak-pihak tertentu.
Biasanya berita hoax dikemas secara memikat agar banyak orang yang tertarik untuk membagikan atau menyebarkannya. Makanya, sebagai pembaca yang cerdas, kita harus jeli dalam memilah mana berita yang benar dan mana yang hoax.
Kenapa sih ada berita hoax?
Suatu konten hoax dibuat dengan motif yang beragam. Alasan pertama adalah sebagai clickbait alias umpan klik, di mana orang jadi tergoda untuk mengunjungi laman pembuatnya. Syukur-syukur kalau banyak yang nge-share. Itu berarti pundi-pundi dolar yang diterima oleh situs pembuat hoax itu makin besar.
Motif kedua adalah sebagai politisasi isu. Hoax yang dibuat biasanya bernada menjelek-jelekkan seseorang atau suatu pihak. Pelakunya tentu orang-orang yang punya kepentingan politik. Tujuannya untuk menjatuhkan pihak lawan atau mencari simpati untuk diri sendiri.
Motif ketiga adalah sebagai provokasi. Agar berhasil, berita ini kerap ditulis dengan bahasa yang baik, persuasif, dan nggak jarang dibungkus dengan label agama agar masyarakat mudah terpengaruh dan tersulut.
Bahkan seperti yang ditulis oleh kompas.com, ada dua situs yang diyakini menjadi situs penyebar berita hoax di Indonesia, yaitu pos-metro.com dan nusanews.com. Hal ini telah diidentifikasikan oleh Komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia. Menurut mereka setidaknya ada dua mahasiswa asal Sumatera yang diketahui sebagai pihak pembuat portal berita hoax tersebut. Namun sekarang kedua situs tersebut telah diblokir oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Membedakan mana fakta dan mana yang hoax sebenarnya nggak sulit, kok!
Karena dibuat secara meyakinkan, nggak sedikit orang yang terkecoh dengan konten-konten hoax. Padahal, menelusurinya sebenarnya gampang, lho. Lakukan hal-hal di bawah ini sebelum mengeklik tombol ‘share’.
- Bersikaplah skeptis tapi tetap dengan pikiran terbuka. Salah satu kunci untuk memilah mana hoax dan fakta adalah mengatur sikap dan cara berpikir kita. Skeptis artinya meragukan informasi yang kita peroleh sampai bisa dibuktikan kebenarannya. Sementara, pikiran terbuka mengajak kita untuk melihat segala kemungkinan, termasuk kesalahan pada pendapat yang kita miliki.
- Cari tahu dari mana berita itu berasal. Telusuri dulu siapa penulis berita tersebut dan situs yang menerbitkannya. Kalau sumbernya nggak jelas dan menggunakan situs dengan domain yang nggak jelas pula, sebaiknya nggak usah dipercaya. Apalagi kalau lamannya ternyata penuh iklan. Selain itu, kamu juga jangan langsung percaya dengan broadcast message berisi berita atau opini yang dibuat seolah-olah berasal dari seorang ahli seperti dosen atau tokoh agama.
- Lakukan cek silang lewat Google. Lakukan cross check terhadap kebenaran suatu konten menggunakan mesin pencari Google. Tinggal masukkan judul berita atau gambar untuk mencari tahu. Kalau kamu ternyata nggak menjumpai laman lain yang memuat berita yang serupa, maka kemungkinan berita itu hoax. Kamu juga bisa melakukan hal yang sama terhadap foto-foto yang meragukan.
Menyebarkan berita hoax yang menjatuhkan seseorang nggak ada bedanya dengan fitnah. Padahal, setiap agama mengharamkan hal tersebut. Terlebih, penyebar konten hoax juga bisa diancam pidana, lho! Makanya, kamu harus pintar-pintar memilah berita sebelum membagikannya di sosial media.
Daripada nyebarin hoax, mendingan ikutan program #BarterRezeki Referral Gamification dari Tunaiku!
Ya, dengan ikutan program ini, kamu bisa internetan sekaligus dapat insentif berupa uang dan berbagai hadiah menarik dengan cara yang asyik! Tentunya, lebih menggiurkan dan bermanfaat dibandingkan menyebarkan konten hoax, kan?
Biar lebih paham cara mainnya, klik ke bit.ly/referralgamification. Sementara untuk bergabung dalam program ini, klik saja bit.ly/BarterRezeki. Yuk, abaikan konten hoax dan beralihlah ke kegiatan yang lebih bermanfaat!