SWARAIbu mana yang tak mengalami konflik batin saat harus kembali bekerja setelah cuti?

Nggak dapat ditampik, kelahiran anak menjadi salah satu fase yang mampu mengubah hidup para ibu. Tak terkecuali kamu. Menyaksikan si kecil lahir ke dunia, menangis, lalu tertidur lelap di pangkuanmu benar-benar membuatmu bahagia.

 

Sayangnya, segalanya berubah ketika kamu harus berhadapan dengan kenyataan: kembali masuk kerja. Ingin rasanya kamu memilih untuk mengurusnya saja di rumah. Namun kamu tahu, kesehatan finansial keluarga, rupanya tak cukup stabil bila hanya ditanggung oleh pasanganmu.

 

Harus dipahami, bagaimanapun juga, bekerja di luar rumah nggak lantas menjadikanmu ibu yang buruk. Memang, dampak psikologis pasca kelahiran sering muncul. Namun, hal itu wajar terjadi kok.  

 

Toh faktanya, sebuah studi yang digagas oleh Columbia University  mengungkap, kembali bekerja setelah cuti melahirkan nggak memberikan dampak apa pun bagi bayi. Jadi, buanglah segala perasaan bersalah dan keraguanmu. Berikut adalah beberapa cara, agar masa-masa transisimu berlangsung dengan lebih lancar.

 

1. Yuk, persiapkan dirimu!

Persiapkan dirimu minimal satu minggu sebelum masuk kerja. Ini artinya, selain mempersiapkan “mentalmu” untuk berhadapan dengan rutinitas profesional, kamu juga harus “mempersiapkan” si kecil. Misalnya, dengan menggunakan waktu yang tersisa semaksimal mungkin, termasuk membagi waktu antara kamu dan si buah hati.

 

Jangan ragu untuk bernegosiasi dengan pasanganmu. Sejak dini, tentukan siapa pengasuh si kecil ketika kamu bekerja. Ini bisa orangtuamu sendiri atau justru pengasuh bayi (baby sitter). Nah, untuk menjamin “keamanan” si kecil, kamu juga bisa lho menguji calon pengasuh dengan membuat sedikit training.

 

2. Mengatur jadwal

Kamu bisa mengatur jadwal untuk hal-hal penting. Ini bisa meliputi kapan harus memandikan si kecil, menyusuinya, memompa asi—tentu saja di tengah kewajibanmu berangkat kerja. Agar semakin efektif, kamu bisa mengajak siapa pun pengasuh bayimu, untuk terlibat dalam jadwal ini.

 

3. Jaga komunikasi

Penting untuk tetap berkomunikasi dengan orang yang berada di rumah, apalagi jika ia adalah seorang pengasuh bayi. Jangan ragu untuk menanyakan dan mengecek perkembangan si kecil. Toh, kamu bahkan bisa meminta dikirimkan video atau foto aktivitasnya. Hitung-hitung sebagai penyemangat kerja, ‘kan?

 

4. Bayi juga perlu “dilatih”

Memang sulit membuatnya terbiasa tanpa kehadiranmu. Namun, hal ini penting. Terutama jika ia termasuk bayi yang sering rewel. Cara mudahnya, bisa dengan mempersiapkan si buah hati mengonsumsi ASI dari botol. Setidaknya, banyak ahli menyarankan langkah ini dimulai ketika si anak berusia empat minggu.

 

5. Jangan “memaksa” diri

Meninggalkan si kecil untuk kembali bekerja memang bukan tahapan yang dapat dilalui secara instan. Jadi, jangan paksakan dirimu. Jika kamu perlu cuti lebih banyak untuk memulihkan tubuh, maka mintalah kepada atasanmu. Apalagi, jika pekerjaanmu rupanya membutuhkan banyak tenaga dan dipenuhi “tekanan”.

 

Meninggalkan si buah hati memang bukan proses yang mudah. Namun, penting bagi para ibu untuk tetap mengusahakan yang terbaik untuk si kecil. Jangan sampai, stres justru membuatmu tak sehat fisik maupun mental, ya.   

 

Bagaimana? Punya pengalaman atau opini tentang kembali berkarier pasca melahirkan? Share di kolom komentar yuk.