SWARA – Belakangan ini, vape alias rokok elektronik memang semakin ngetren di kalangan masyarakat. Konon, vaping diklaim lebih sehat dan mampu menghilangkan kecanduan rokok. Selain itu, kabarnya biaya operasional untuk vape lebih murah bila dibandingkan dengan rokok biasa. Tapi, benarkah demikian?
Biar kamu nggak penasaran, yuk kita gali lebih dalam tentang perbedaan antara rokok elektronik dan rokok konvensional dari segi harga dan kesehatan!
Kenali dulu bagian-bagian vape dan kisaran harganya
Alat untuk vaping disebut dengan vaporizer. Pada dasarnya, alat ini terdiri dari atomizer dan mod. Atomizer dan mod ada yang dijual sepaket (starter kit), ada pula yang dijual terpisah. Harganya pun bervariasi. Starter kit biasanya dibanderol dengan harga antara Rp 500 ribuan hingga Rp 900 ribuan.
Sementara, mod sendiri model dan merknya beragam. Harganya berkisar antara Rp 500 ribuan sampai jutaan rupiah. Semakin mahal, semakin bagus pula fitur dan power-nya. Mod ini memerlukan baterai untuk dayanya, plus sebuah charger untuk mengisi ulang daya pada baterai. Ada mod yang baterenya sudah built-in, ada juga yang terpisah. Baterai dan charger khusus vape dijual antara Rp 75 ribu hingga Rp 300 ribuan.
Atomizer juga dijual dengan berbagai merk dan dibanderol dengan harga antara Rp 200 ribuan-Rp 1 jutaan. Pada atomizer inilah asap vape dihasilkan dari coil dan liquid. Umur coil biasanya bertahan sekitar 1-2 minggu sebelum diganti baru, tergantung pemakaianmu. Coil ini harganya sekitar Rp 40 – 70 ribuan. Sementara, liquid adalah sumber aroma dari vape kamu. Harganya mulai dari Rp 15 ribuan sampai dengan ratusan ribu rupiah.
Berapa kira-kira perbedaan biaya operasional antara vape dan rokok biasa?
Untuk memulai vaping, ongkos awal yang mesti kamu keluarkan memang agak berat. Standarnya, kamu perlu merogoh kocek antara Rp 500 ribuan sampai Rp 1,5 jutaan untuk sebuah mod elektronik plus atomizer-nya. Sementara, rata-rata biaya operasional vape yang dikeluarkan per bulan adalah sekitar Rp 150 ribu untuk coil dan Rp 100 ribuan untuk liquid-nya. Totalnya berarti sekitar Rp 250 ribu per bulan.
Bandingkan dengan sebuah rokok yang per bungkusnya Rp 16.000. Kalau kamu menghabiskan lima bungkus rokok setiap minggu, berarti pengeluaranmu untuk rokok adalah Rp 80 ribu per minggu atau Rp 320 ribu per bulan.
Kalau dihitung secara kasar, pengeluaran per bulan untuk vape memang lebih murah dibandingkan rokok biasa. Tapi, sekali lagi, baik vape maupun rokok, rentang pengeluarannya sangatlah bervariasi, tergantung dari pilihan kualitas coil dan liquid untuk vape atau merk rokokmu.
Terus, mana sih yang lebih aman buat kesehatan?
Kalau soal kesehatan, ada sejumlah penelitian yang mengklaim bahwa kadar racun dalam vape jauh lebih rendah dibandingkan rokok. Selain itu, asapnya juga lebih aman bagi perokok pasif karena cairan vape menggunakan propylene glycol (PG) yang relatif aman untuk dihirup.
Tapi, ada juga beberapa penelitian yang mengklaim bahwa rokok elektronik justru lebih berbahaya dibandingkan rokok. Hingga sekarang, kebenaran bahaya rokok elektronik ini masih diperdebatkan. Di Indonesia sendiri, vape belum diatur dengan regulasi sehingga kandungan liquid-nya pun belum jelas.
Penjabaran di atas hanyalah sekadar info buatmu. Tunaiku tidak sedang menyarankanmu untuk memilih salah satunya. Pilihan untuk vaping, merokok, atau tidak melakukan keduanya, tetaplah ada di tanganmu. Semoga bermanfaat!