Kehadiran teknologi menimbulkan kekhawatiran bagi para akuntan dan mahasiswa yang menempuh pendidikan akuntansi karena muncul ketakutan bahwa profesinya akan hilang sebab perannya tergantikan oleh canggihnya teknologi.

 

Hal ini seolah didukung oleh banyaknya produk berteknologi tinggi layaknya robot dan program pada barang elektronik.

 

Kekhawatiran ini semakin meningkat ketika banyak orang akhirnya memutuskan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keuangan secara online, misalnya dengan memanfaatkan mobile banking.

 

Posisi akuntan yang notabenenya diperlukan sebagai sosok yang akan membantu jalannya sebuah transaksi, kini perlahan seolah terlupakan. Meski begitu, nyatanya peran akuntan yang bekerja pada perusahaan, masih diperlukan untuk melakukan pengecekan ulang dari sebuah data yang ada.

 

Perkembangan teknologi dan industri ini kerap kali disebut dengan revolusi industri 4.0 yang bahkan saat ini telah berkembang menjadi revolusi industri 5.0 yang merupakan gagasan yang muncul dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada awal Januari 2019 lalu di Davos, Swiss.

 

Kehadirannya ditandai oleh kemunculan beragam platform digital yang mampu membantu manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, mulai dari berkomunikasi, belanja, berkendara, hingga sekolah dan bekerja.

 

Pekerjaan manusia sangat dimudahkan dengan adanya teknologi karena semua dapat dilaksanakan hanya dengan memanfaatkan sebuah perangkat yang dibekali dengan teknologi.

 

Penggunaan teknologi dianggap lebih instan, cepat, terstruktur dan hasil dari pekerjaan yang dilakukan teknologi selalu tepat dan akurat. Itulah mengapa banyak sektor pekerjaan yang lebih memilih penggunaan teknologi daripada sumber daya manusia.

 

Posisi akuntan dalam sebuah perusahaan dapat dikatakan berada dalam tempat yang krusial. Tanpa adanya akuntan, berbagai urusan administrasi dan keuangan perusahaan dapat mengalami permasalahan yang cukup serius.

 

Hal ini seolah timpang tindih ketika dikaitkan dengan kehadiran perkembangan teknologi dalam dunia akuntansi, perdebatan antara perlu dan tidak perlu.

 

Jika dilihat dari sisi negatifnya keberadaan teknologi yang terus berkembang memang menjadi sebuah ancaman bagi pekerja dalam bidang apa saja.

 

Namun, jika dilihat dari sisi positifnya, keberadaan teknologi ini mampu memberi dampak baik dalam membantu pekerja menyelesaikan berbagai permasalahan yang tidak bisa dipecahkan begitu saja hanya dengan kemampuan manusia.

 

Meski kekhawatiran akan canggihnya teknologi kerap terjadi pada sebagian bahkan banyak orang yang berprofesi sebagai akuntan, namun nyatanya keberadaan teknologi saat ini tidak akan sepenuhnya menggantikan posisi akuntan pada sebuah perusahaan.

 

Akuntan atau sosok yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang akuntansi dan administrasi, merupakan sosok yang berprofesi di masa perkembangan dan akan terus berkembang dari abad ke abad, serta telah mengalami pasang surut dalam mempertahankan eksistensinya (Rosmida, 2019).

 

Dengan pemahaman tersebut, tentu dapat dilihat seberapa pentingnya keberadaan akuntan dalam perusahaan. Bukan hanya sekadar untuk menjadi pegawai, namun posisinya mempertaruhkan jabatannya di masa mendatang.

 

Posisi tersebut juga mampu mempertaruhkan nama perusahaan di mata masyarakat, karena satu kesalahan yang terjadi, akan langsung menghancurkan nama baik perusahaan.

 

Dalam menanggapi kehadiran teknologi di tengah kebutuhan perusahaan akan seorang akuntan, perlu dipahami bahwa seorang akuntan perlu melakukan pengembangkan diri dengan empat langkah guna mengoptimalkan perannya.

 

Pertama adalah awareness atau peduli dan peka terhadap perkembangan industri, educations atau kemampuan menyesuaikan kurikulum yang dipelajari dengan perubahan dalam bidang industri dan akuntansi, professional development atau program pengembangan profesional, terakhir adalah reaching out atau penguasaan pengawasan terhadap data yang ada (Saudi Rosmilasari & Tri Utami, 2019).

 

Seorang akuntan diharapkan tidak hanya fasih melakukan manual work saja, tetapi juga harus mampu untuk melakukan analytical work, problem solving, dan kreativitas yang dimana kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh teknologi buatan seperti robot.

 

Sebuah data dari The Economist, FEB UGM, menyatakan bahwa teknologi tidak akan mengambil alih peran akuntan dalam pekerjaan karena belum menyentuh angka 1 (hingga 20 tahun ke depan berada pada angka 0.94).

 

Itu artinya keberadaan akuntan setidaknya lima tahun ke depan masih akan aman dan tidak tergantikan oleh perkembangan teknologi yang ada.

 

Pada akhirnya teknologi akan selalu berkembang menjadi semakin canggih namun itu tidak dapat dihindari. Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini memang berpotensi untuk menggantikan peran dalam beberapa bidang pekerjaan.

 

Namun hal ini seolah tidak berlaku bagi seorang akuntan karena terdapat perannya yang tidak mungkin digantikan oleh perkembangan teknologi secanggih apa pun.

 

Perkembangan teknologi bukanlah sebuah sumber ketakutan, seorang akuntan yang ingin terus hidup dan berkembang di era revolusi industri, tentu harus lebih pintar dan jeli dalam melakukan pengembangan diri dan mengoptimalkan peranannya di era industri 4.0.

 

Termasuk juga dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan dan pemahaman terhadap pengaplikasian teknologi yang ada.

 

Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.

 

Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!