Rata-rata pada bagian belah dunia manapun dan bahkan di Indonesia sendiri tampaknya mayoritas gender yang berperan sebagai pemimpin merupakan laki-laki. Sedangkan perempuan sebagai pemimpin masih sangat jarang ditemukan dalam masyarakat kita.

 

Sebenarnya dalam pandangan Islam pun perempuan sebagai pemimpin bukanlah suatu hal yang aneh atau bahkan tidak pantas, karena Islam tidak pernah melarang baik perempuan maupun laki-laki untuk menjadi seorang pemimpin.

 

Sedangkan dalam perspektif psikologi gender mungkin memiliki pendapat berbeda akan hal tersebut, kira-kira bagaimana ya peran perempuan sebagai pemimpin dalam perspektif psikologi gender? Yuk, mari kita simak bersama-sama.

 

Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Psikologi Gender

 

Jika dilihat dari aspek biologis, perempuan dan laki-laki memang memiliki perbedaan yang cukup jauh sehingga perempuan dianggap lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki.

 

Perempuan dilihat sekedar hanya pada fungsi reproduksinya saja yang dianggap dapat menghambat ruang gerak perempuan dalam berpartisipasi untuk masyarakat, karena mereka akan melalui fase hamil, melahirkan, serta menyusui.

 

Hal ini menyebabkan keterlibatan perempuan sangat minim dalam menjalankan beberapa peran utama dalam masyarakat, seperti perannya sebagai pemimpin.

 

Pada GBHN tahun 1978 sampai dengan sekarang telah dinyatakan bahwa perempuan memiliki hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama seimbangnya dengan laki-laki dalam partisipasinya pada pembangunan.

 

Tetapi, hingga saat ini peran perempuan dalam berpartisipasi belum berjalan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan bahkan perempuan cenderung berada pada posisi terbelakang (Tjokroaminoto, 1996 : 29).

 

Selain dari hal tersebut, tentunya terdapat faktor-faktor lain penyebab mengapa perempuan sangatlah kurang partisipasinya dalam pembangunan (Tjokroaminoto, 1996 : 59), yaitu:

 

  1. Terdapat pembagian maskulin dan feminin terhadap peran laki-laki dan perempuan dikarenakan determinasi biologis yang tidak jarang menyebabkan proses marginalisasi bagi perempuan,
  2. Terdapat pembagian peran publik dan peran domestik yang menetap karena penilaian bahwa peran perempuan adalah berada di rumah sehingga membedakan antara fungsi produktif dan reproduktif antara laki-laki dan perempuan,
  3. Adanya konsep “double burden” menimbulkan pemikiran bahwa perempuan tugasnya adalah di rumah sebagai ibu rumah tangga, menghambat peningkatan potensi perempuan secara utuh.

 

Ketika perempuan menjadi pemimpin maka akan muncul stereotip gender di mana banyak orang yang menganggap perempuan lebih mengedepankan perasaannya, tidak rasional, pasif, dan hanya berfungsi sebagai pengikut bagi laki-laki.

 

Sehingga dalam berorganisasi pun pendapat dan usulan yang berasal dari perempuan sangat jarang diterima dan diimplementasikan ke dalam permasalahan yang terjadi pada masyarakat kita.

 

Dalam beberapa penelitian ditemukan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang mendalam dan berarti pada potensi dasar yang dimiliki laki-laki dan perempuan.

 

Bahkan dalam sejumlah penelitian, hasil yang terkait dengan perempuan menunjukkan kelebihan khusus, seperti perempuan lebih bisa memegang peran ganda (double burden) jika dibandingkan dengan laki-laki.

 

Selain dari aspek fungsi reproduksi nya sebagaimana ia akan menjadi seorang ibu, mengurus anak-anak dan keluarganya kelak yang membuktikan bahwa perempuan lebih sabar, lebih berempati, dan multitasking (Fitirani, 2015).

 

Perempuan juga memiliki kompetensi dasar yang lebih, di mana ia rela berkorban, ulet, dan  tekun. Sehingga perempuan dinilai lebih rajin, hemat, dan ekonomis yang seharusnya juga bisa dipercaya untuk mengemban peran sebagai pemimpin khususnya pada bidang yang bersangkutan dengan masyarakat serta dalam hal pengambilan keputusan apapun.

 

Srategi Inovatif Bagi Perempuan Agar Tidak di Pandang Rendah dalam Memimpin

 

Menurut Fitriani (2015) terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan perempuan dalam mengembangkan kariernya, yang disamping itu juga bisa membantu meningkatkan kinerja anda sebagai seorang pemimpin perempuan. Berikut hal yang bisa dilakukan:

 

  1. Carilah pekerjaan yang sesuai dengan passion anda, dan realisasikan visi yang anda miliki dengan mengoptimalkan kualitas serta keterlibatan anda dalam pekerjaan tersebut
  2. Carilah mentor untuk membantu anda meningkatkan kualitas diri agar lebih professional dan mampu mencapai tujuan dalam pekerjaan yang anda tekuni
  3. Tingkatkan visibilitas anda dengan prestasi-prestasi kerja yang sekiranya belum pernah terealisasikan oleh orang lain dalam pekerjaan tersebut.

 

 

Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.

 

Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!