Ketidaksetaraan gender sudah lama menjadi isu yang sulit untuk diselesaikan. Kuatnya budaya patriarki yang mengakar di masyarakat adalah penyebab utama mengapa isu tersebut tak kunjung usai.
Patriarki sendiri merupakan sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan mendominasi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari rumah tangga, politik, sampai dunia kerja. Keberadaan sistem semacam ini tentu merugikan pihak perempuan yang seringkali menjadi nomor dua saat disandingkan dengan laki-laki.
Dikutip dari Human Development Report (2018), GII Indonesia diketahui berada pada nomor 0.451, yang menjelaskan bahwa dalam 100.000 kelahiran, 126,0 perempuan meninggal dunia karena permasalahan saat mengandung, serta jumlah remaja melahirkan yang relatif tinggi, yakni berada di angka 47,4 kelahiran per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun.
Selain hal tersebut, badan statistik mencatat bahwa sekitar 19.8% kursi parlemen diisi oleh perempuan, serta perempuan dewasa yang sudah mencapai taraf pendidikan menengah menginjak angka 44,5% dibandingkan dengan 53,2% rekan laki-laki mereka.
Tidak berhenti sampai di situ, budaya patriarki yang mengungkung perempuan juga tampak dalam dunia pekerjaan, di mana angka partisipasi angkatan kerja wanita Indonesia diketahui berada jauh di bawah laki-laki yang menempati 80% angka partisipasi.
Hal ini lebih rendah dari data rata-rata negara yang tahap perkembangannya setara dengan Indonesia. Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem patriarki yang cenderung memberikan privilege untuk laki-laki sangat membatasi ruang gerak perempuan dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan aktualisasi dirinya.
Menurut Rokhimah, kepercayaan patriarki yang sudah dianut secara turun-temurun ini melahirkan banyak dampak negatif bagi perempuan. Salah satunya mengakibatkan kaum perempuan terpaksa menerima kodratnya sesuai dengan steorotip masyarakat yang menjadikan laki-laki sebagai sosok superior dan kemudian memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang sudah seharusnya.
Padahal, perempuan juga memiliki hak dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Hal inilah yang membuat aktivis kesetaraan gender bersatu-padu untuk memerangi budaya tersebut.
Salah satu pahlawan wanita dari Indonesia yang juga aktif bersuara mengenai kesetaraan gender adalah R.A. Kartini yang dengan keberaniannya, maju tak gentar untuk memperjuangkan hak perempuan di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan.
Dalam sisi kemasyarakatan, budaya patriarki seringkali tampil dalam berbagai aspek. Misalnya saja, saat menonton tayangan televisi yang menyajikan kehidupan rumah tangga antara suami dan istri.
Banyak diantaranya yang menayangkan adegan di mana sang istri bertugas untuk mengurus rumah tangga dan menyiapkan makanan untuk keluarga, sementara sang suami sibuk bersantai sambil membaca koran.
Hal yang sama juga tak jarang ditemukan pada buku pelajaran anak sekolah dasar yang membahas mengenai peran gender antara ibu, ayah, dan anak. Ayah yang sibuk bekerja, sementara ibu mengurus rumah dan anak.
Padahal, baik suami dan istri memiliki kewajiban yang sama untuk mengurus rumah, anak-anak yang dilahirkan, serta mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Islam sendiri memandang semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki derajat yang setara, yakni tidak ada diskriminasi antara kedudukan laki-laki dan perempuan, karena yang membedakan status seseorang adalah ketaqwaannya di hadapan sang Khalik.
Bahkan dalam Islam, kedudukan perempuan sangatlah mulia hingga diabadikan dalam sebuah surat bernama An-Nisa. Islam juga memiliki pandangan yang adil atas laki-laki dan perempuan dalam hal mencari ilmu, sehingga baik laki-laki maupun perempuan, keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak dalam rangka mengoptimalkan potensi diri.
Baca juga:
Perempuan Dianggap Lemah, Kekerasan Seksual Merajalela
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seharusnya kedua jenis kelamin tersebut mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dalam seluruh aspek kehidupan, baik pribadi maupun bermasyarakat.
Budaya patriarki yang penuh dengan ketidakadilan dan menempatkan perempuan sebagai sosok kedua sungguh merupakan hal yang tidak relevan untuk terus dijunjung tinggi di zaman ini. Patriarki tidak hanya merugikan perempuan, namun juga dapat menghilangkan hak laki-laki di sisi yang lain sehingga sudah sepantasnya sistem tersebut dihapuskan.
Swara Kamu merupakan wadah untuk menyalurkan inspirasi, edukasi, dan kreasi lewat tulisanmu. Kamu bisa menyampaikan pendapat, pemikiran, atau informasi menarik seputar finansial dan karier. Setiap artikel Swara Kamu menjadi tanggung jawab penulis karena merupakan opini pribadi penulis. Tim Swara tidak dapat menjamin validitas dan akurasi informasi yang ditulis oleh masing-masing penulis.
Ingin ikut berbagi inspirasi? Langsung daftarkan dirimu sebagai penulis Swara Kamu di sini!