SWARA – Bagi karyawan kantoran seperti saya, dari sekian banyak instrumen investasi yang ditawarkan, investasi reksa dana jadi yang paling dipertimbangkan. Pasalnya, tren investasi reksa dana di Tanah Air terbilang positif dan lagi naik daun.
Dikutip dari Kompas, Data Single Investor Identification (SID) reksa dana dari OJK mencatat sejak awal tahun 2015 hingga Juni 2017, jumlah investor reksa dana naik sebesar 114 persen dari 247.982 investor menjadi 530.615 pada Juni 2017.
Reksa dana disebut cocok untuk karyawan muda untuk belajar berinvestasi. Sebabnya, investasi ini lebih simpel dan relatif aman. Selain itu, investasi ini dianggap bisa untuk jangka menengah hingga panjang.
Artikel terkait: Kesalahan berinvestasi yang harus dihindari
- 7 Kesalahan dalam Investasi Emas yang Sering Dilakukan
- Kesalahan Investasi yang Sering Dilakukan di Umur 20 dan 30 Tahun!
- 5 Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Para Investor, Hati-Hati!
Pengelolaan dananya pun langsung ditangani sang ahli. Hasilnya, urusan seperti IHSG, suku bunga, undang-undang yang berlaku, inflasi, nilai tukar, nggak akan bikin repot. Walaupun terlihat mudah seakan tinggal setor lantas wait and see, nyatanya juga nggak segampang itu. Sebagai calon investor sukses, wajib waspada dan meminimalisir kesalahan yang mungkin terjadi.Makanya, yuk sama-sama belajar untuk menghindari 7 kesalahan investasi reksa dana berikut!
1. Kurang cari informasi dan memahami prospektus
Prospektus adalah dokumen resmi alias manual book yang menjelaskan reksa dana secara detail dan mendalam. Dari hal-hal mendasar seperti pengertian bentuk reksa dananya, rekam jejak, tata cara transaksi legalitas, biaya dan resiko, dan pengelolanya.
Itulah kenapa kamu nggak boleh malas membaca ya. Jika hanya sekadar mendengar penjelasan dari orang, pasti informasinya tetap ada yang kurang.
2. Tergoda untuk trading reksa dana
Trading reksa dana adalah transaksi jual-beli reksa dana dalam jangka pendek untuk mencari keuntungan dari selisih kenaikan harga. Meski terlihat menguntungkan, strategi ini sebenarnya menyimpan risiko tinggi karena sang investor harus benar-benar mengawasi fluktuasi harga. Momennya harus tepat banget. Selain harus punya keseloan memantau harga, kamu pun harus bisa mempredikisi pergerakan harga pasar dalam  jangka pendek.
3. Nggak memahami karakter risiko
Saat melihat nilai investasi turun, beberapa investor biasanya gegabah dengan mencairkan asetnya karena takut anjlok, lantas memindahkannya ke portofolio lain. Misalnya dari Saham ke Pasar Uang. Lalu melakukannya terus berulang memindahkan dananya ke kantung dana yang  terlihat aman. Padahal, jika bertahan di saham, ujung-ujungnya pasar akan memulihkan diri dan justru meraup untung.
Inilah alasan kamu perlu memahami karakter risiko investasi reksa dana, terutama yang jangka panjang. Pasti deh kamu tahu bahwasanya investasi yang bersifat jangka panjang itu lumayan kebal saat terjadi goncangan di pasar.
4. Melupakan reksa dana online
Transaksi apapun sekarang bisa online. Termasuk reksa dana. Sekarang banyak kok perusahaan yang menawarkan platform online, seperti IPOTFUND, Danareksa (D’One) dan  Indo Premier.
Dengan online, kamu nggak perlu repot-repot mengurus manual, bolak-balik ke si manajer investasi. Cukup duduk manis depan komputer untuk upload atau menunggu dokumenmu dijemput. Prosesnya pun lebih murah karena nggak ada biaya transaksi dan transaksinya bisa mulai dari Rp 100 ribu.
5. Memilih investasi reksa dana via unit link
Unit link itu mahal! Karena akan dikenakan biaya 5% dari nilai top up sebagai biaya servis perantara ke perusahaan asuransi tersebut. Lebih baik, beli langsung ke manajer investasi pengelola reksa dana atau lewat platform reksa dana seperti IPOT atau Bareksa. Gratis!
6. Salah pilih jenis reksa dana
Reksa dana itu bisa diibaratkan sebagai ‘kendaraan keuangan’. Nah, sebagai ‘kendaran’, tentunya kamu harus pilih yang tepat, sesuai dengan tujuan keuangan yang ingin dicapai.  Reksa dana itu banyak macamnya. Karakter dan objektifnya pun beda-beda. Misalnya nih, kamu butuh yang bisa kembali dalam jangka waktu pendek ya berarti jangan pilih reksa dana saham, tapi lebih cocok ke reksa dana pasar uang. Pun sebaliknya.
7. Menunda investasi
Mendengar kata investasi, orang-orang bisa jadi keder duluan membayangkan keribetan dan kerugiannya. Apalagi ada yang namanya investasi bodong! Padahal, reksa dana itu solid banget untuk hal perizinan dan perlindungan konsumen karena instrumen ini diawasi oleh OJK.
Bahkan, kamu bisa mengecek reksa danamu di website OJK untuk melihat terdaftar atau nggaknya. Untuk memulai reksa dana pun nggak butuh dana jutaan. Bisa dari 100 ribu saja, kok! Jika kamu memahami nature-nya reksa dana, pastilah kamu akan paham kalau reksa dana itu pada dasarnya simpel dan murah. Dengan menghindari 7 kesalahan di atas, makin maksimal deh. Coba ya! Â
Artikel terkait: Investasi untung besar, tanpa rugi
- Investasi Uang dalam Jumlah Kecil Tapi Mau Untung Besar, Lakukan Langkah Ini
- Ikuti Langkah Tepat Berinvestasi Ini Tanpa Cemas Kehilangan Uang
- Kenali lebih dalam Keuntungan dan Risiko Trading Forex
Yuk, ajukan pinjaman tanpa agunan, tanpa kartu kreditmu sekarang juga!
WINNY WITRA MAHARANI