SWARA – Wabah virus corona COVID-19 akan mengubah cara kita mengelola bisnis di masa depan. Apapun yang menjadi keputusan kita saat ini juga akan mempengaruhi cara kita menjalani bisnis ke depannya.Â
Untuk menyusun strategi yang tepat, dibutuhkan berbagai informasi dari pihak terkait. Mulai dari ekonom, pakar politik, pakar kesehatan, semua ahli bisa memberikan informasi yang dapat membantu semua orang untuk bertahan dan mulai memikirkan bagaimana skenario bisnis ke depannya.
Berbicara tentang skenario bisnis, kondisi saat ini menunjukkan bahwa wabah COVID-19 memberikan dampak pada penurunan IHSG dan nilai Rupiah. Tentu saja, krisis keuangan yang juga terjadi di negara lain membutuhkan aksi gerak cepat dan juga rencana jangka panjang.
Nah, apa saja skenario yang mungkin terjadi?
1. Skenario pertama, di mana kondisi ekonomi berangsur pulih setelah ada kemerosotan ekonomi
Diprediksikan, skenario pertama terjadi sesaat setelah para elit politik dunia menawarkan langkah yang tepat untuk menghadapi kondisi ekonomi dan kesehatan. Mungkin saja, di masa ini sudah ada vaksin dari COVID-19 yang tersediaÂ
Skenario idealnya, pemerintah memberikan jaminan berupa berbagai bantuan pendanaan, baik untuk masyarakat, UMKM, hingga bisnis besar yang terdampak.Â
PSBB yang dilakukan di Jakarta mulai tanggal 10 April 2020 dan juga lockdown yang diberlakukan di negara lain diharapkan dapat mendatarkan kurva penyebaran COVID-19 walaupun tidak secara signifikan. Dengan adanya PSBB, diharapkan virus tidak akan tersebar lebih luas sehingga kondisi negara akan segera pulih.
Pada masa ini, beberapa tempat umum seperti restoran, bioskop, akan dibuka dengan peraturan terkait social distancing yang ketat. Peraturan mengenai bepergian ke luar kota, bahkan ke luar negeri akan diperlonggar, namun penelitian terkait vaksin COVID-19 tetap akan dilakukan. Dilansir dari ING’s Global, secara perlahan, ekonomi akan membaik. Namun, sebagai pebisnis, kita dapat berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjalankan bisnis seperti biasanya. Misalnya dengan penggunaan cadangan kas yang ada (atau pinjaman jangka panjang) untuk membayar kerugian keuangan sampai semuanya kembali normal.
Apa yang terjadi bila menggunakan skenario seperti ini?
Dengan skenario seperti ini, pemulihan ekonomi bisa jadi akan berbentuk seperti Kurva U (investopedia.com/terms/u/u-shaped-recovery.asp). Dengan bentuk kurva seperti ini, pemulihan bisnis bisa jadi berjalan dengan lambat di beberapa kuartal karena tidak semua lini bisnis memiliki cadangan kas ataupun pinjaman jangka panjang. Tidak hanya itu, walaupun kondisi bisnis kuat, ketika kondisi sekeliling belum mendukung, bisa jadi bisnis belum memperoleh keuntungan lagi. Namun bisnis tetap bisa bertahan secara pasti.
2. Skenario kedua, menggunakan strategi penghematan
Kita harus mempertimbangkan, bisa saja resesi atau kemerosotan ekonomi terjadi secara jangka panjang. Walaupun suplay obat-obatan untuk COVID-19 lancar, namun penanganan ekonomi dan politik dunia tersendat karena prioritas utama pemerintah adalah untuk meredakan dampak virus.
Masalah ini mirip dengan resesi ekonomi di tahun 1930-an yang terjadi di Amerika, diawali dengan hancurnya harga saham.
Perusahaan yang memutuskan untuk menggunakan strategi penghematan dapat melakukan pengurangan secara signifikan dan taktik perampingan biaya untuk dapat dialokasikan kepada kebutuhan bisnis yang lainnya.Â
Apa yang terjadi bila kita menggunakan skenario ini?
Menurut Morgan Stanley, bila kita berkaca dari pengalaman Cina, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama adalah U- Shaped, yakni pemulihan ekonomi yang berjalan lambat hingga beberapa kuartal akibat berbagai bisnis terlalu lama merumahkan pegawainya sehingga bisnis tidak berjalan lancar. Kedua adalah V-shaped, di mana ekonomi dunia akan tumbuh lebih tinggi di tahun 2021, sejalan dengan berbagai kebijakan yang ditempuh oleh sejumlah tempat di Indonesia. Dana penghematan dapat digunakan untuk membangun kembali bisnis yang sempat terhambat pandemi COVID-19.
3. Skenario ketiga, semua akan baik-baik saja, asalkan..
Semua akan baik-baik saja asalkan pemerintah telah memberikan kebijakan yang tepat dan dapat mendukung jalannya bisnis. Kemunculan kebijakan-kebijakan baru akan menghadirkan kondisi baru yang berangsur-angsur menjadi kebiasaan seperti screening kesehatan, jarak fisik, memindahkan sebagian besar aktivitas bisnis online, mengubah ukuran dan struktur organisasi, dan masih banyak lagi. Pemerintah dapat mendampingi pelaksanaan kebijakan ini, dan juga memberikan insentif bagi yang memberlakukan kebijakan ini.
Tidak hanya inovasi dalam hal regulasi, pebisnis juga dapat ikut serta dalam menjalankan bisnis dengan meninjau aspek kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, serta menggunakan strategi bisnis secara online.Â
4. Skenario keempat, bersiap untuk kemungkinan terburuk
Kita harus selalu mempersiapkan skenario terburuk. Dalam hal COVID-19, skenario terburuk adalah kekacauan dunia yang terjadi akibat pemerintah tidak dapat mempertahankan kesehatan masyarakatnya. Dunia akan mengalami perlambatan secara masif, yang tentu saja merupakan skenario yang paling kita hindari.
Pada saat seperti ini, perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menghentikan bisnis baik secara sementara ataupun secara permanen untuk mengurangi potensi kerugian. Namun, di saat yang sama, perusahan bisa juga mempertimbangkan untuk mengalokasikan modal untuk membuka lini bisnis baru sesuai dengan kebutuhan pasar saat itu.
Dari berbagai skenario yang terjadi, kamu bisa mulai memetakan kira-kira kondisi mana yang mungkin terjadi dengan kondisi negara dan masyarakat saat ini. Lihat pula jenis bisnis yang kamu miliki, potensi yang kamu miliki. Sedia payung sebelum hujan, sedia strategi sebelum kembali berbisnis selepas COVID-19!