SWARA – Setiap pagi dan sore, bagi saya adalah waktu-waktu di mana paling malas kalau harus ada di jalanan Jakarta. Kamu pun mungkin beranggapan demikian. Kota yang nggak pernah tidur ini hampir nggak pernah ENGGAK MACET.

 

Belakangan, kemacetan nggak hanya disumbangkan oleh kendaraan saja, melainkan juga proyek pemerintah kota DKI terkait fasilitas publik. Ya, proyek pembangunan fasilitas MRT memang membuat jalanan Jakarta semakin macet.

 

Tapi kamu harus maklum dan bersabar. Pasalnya, MRT adalah satu-satunya harapan kemacetan Jakarta akan berkurang saat proyek-proyek tersebut rampung dan mulai beroperasi.

 

Kemacetan memang nggak akan bisa diuraikan jika hanya menambah ruas jalan atau regulasi pembatasan kendaraan saja. Pengguna kendaraan pribadi harus rela meninggalkan mobil atau motornya di rumah dan beralih ke transportasi publik setiap kali berangkat dan pulang beraktivitas.

 

Salah satu pilihan proyek transportasi publik yang saat ini tengah dikebut oleh pemerintah DKI adalah MRT (Mass Rapid Transportation).

 

MRT nantinya akan menambah daftar pilihan transportasi publik yang bisa kamu akses. Yang tentunya nyaman digunakan dan dengan tarif yang sangat terjangkau pula.

 

Artikel terkait: Daripada dongkol, mending naik transportasi umum

  1. 5 Trik supaya Duit Nggak Cuma Abis buat Transportasi di Ibukota
  2. Cara Menentukan Jenis Transportasi Berdasarkan Kemampuan Finansial
  3. Naik Angkutan Umum Bukan Berarti Miskin, 6 Artis dan Pejabat Ini Buktinya!

 

Menilisik MRT

Moda transportasi cepat terpadu yang beroperasi di wilayah Jakarta ini mulai dibangun sejak 10 Oktober 2013. Kini, pengerjaan proyek MRT sudah mencapai hingga 78,01% pada Agustus 2017 lalu. Ke depannya proyek ini rencananya bisa dilakukan trial run pada July 2018 mendatang, sebelum kemudian akan beroperasi 100% pada 2019.

 

Kendati demikian, rencana pembangunan proyek MRT sejatinya sudah pernah dirintis pada tahun 1985 silam. Hanya saja waktu itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. Namun, menginjak tahun 2005, Presiden Republik Indonesia menegaskan, proyek MRT Jakarta merupakan bagian dari proyek nasional.

 

 

 

 

 

Berangkat dari apa yang dinyatakan pada tahun 2005 terkait MRT, maka Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta mulai bergerak dan berbagi tanggung jawab untuk melanjutkan proyek tersebut.

 

Diawali dengan penandatanganan persetujuan pembiayaan proyek oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Yusuf Anwar pada tahun 2006, wacana pembangunan kembali proyek MRT sedikit demi sedikit mulai direalisasikan, hingga pada tahun 2010-2014 pekerjaan konstruksi dimulai.

 

Pengerjaan proyek ini dibagi menjadi dua fase. Fase pertama, konstruksi mulai dikerjakan dengan pembangunan rute Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja. Kemudian pada pembangunan fase dua, kontruksi akan dilanjutkan dengan pengerjaan rute meliputi Bundaran HI hingga Kampung Bandan, serta pengembangan jalur Timur-Barat.

 

Teknologi Canggih

Sarana transportasi umum MRT ini akan melayani kebutuhanmu terkait transportasi bebas macet yang terdiri dari total 13 stasiun, dengan 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah, dan membentang sejauh 16 kilometer membelah pusat bisnis ibukota.

 

Mengenai tarif, hingga saat ini memang belum bisa dikonfirmasi besarannya, tapi yang jelas kalau kamu sudah sangat muak dengan kemacetan, pilihan transportasi ini bisa kamu andalkan.

 

Artikel terkait: Ada apa di Jakarta

  1. Makan Enak Sambil Dengerin Live Music? Ini 7 Pilihan Tempat Keren di Jakarta
  2. Di Mana Wisata Alam Eksotis yang Dekat dari Jakarta? Berikut Daftarnya!
  3. 10 Museum dan Galeri Seni yang Wajib Dikunjungi di Jakarta

 

Kendati demikian, dengar-dengar, layanan transportasi berbasis rel ini akan didukung oleh teknologi berstandar internasional dengan menggunakan sistem automatic fare collection (AFC).

 

Rencananya, MRT Jakarta akan dioperasika tanpa pengemudi, kereta akan dikendalikan dari Operational Control Centre (OCC) di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Dalam ruangan OCC itu, nantinya sistem AFC akan terdiri atas perangkat card initialization machine (CIM), line control unit (LCU), serta workstation (WS).

 

Nah, untuk sistem AFC yang terdapat pada stasiun nantinya akan dilengkapi dengan perangkat station control unit (SCU), WS, dan automatic remaining value check terminal (ARVCT) yang digunakan untuk membaca saldo pada kartu penumpang.

 

Jadi, jika soal tarif belum bisa dipastikan, tapi transportasi ini nantinya nggak hanya menghemat waktu perjalanan tetapi juga menerapkan sistem pembayaran yang nggak perlu buang waktu terlalu lama untuk mengantre tiket. Udah kebayang dong, pergi kemana-mana naik MRT? Selain praktis, hemat biaya bensin, juga bisa mengurai kemacetan Jakarta loh.

 

Dapatkan kredit tanpa agunanmu sekarang juga hanya di Tunaiku. Klik di sini untuk ajukan pinjaman sebesar Rp2-20 juta rupiah dengan waktu angsuran 6-20 bulan!

 


HENDRATANU WIJAYAHENDRATANU WIJAYA