SWARA – Industri hiburan Korea kembali berduka. Sesudah meninggalnya Jonghyun di tahun 2017, satu lagi artis SM Entertainment, Sulli eks-member f(x) ditemukan meninggal di kediamannya di Seongnam, di umurnya yang masih 25 tahun. Penyebab kematian Sulli adalah bunuh diri akibat depresi akan komentar netizen di media sosial.

 

Pada 10 Oktober lalu, kita baru saja merayakan World Mental Health alias Hari Kesehatan Mental Sedunia yang tahun ini berfokus pada bunuh diri. Ironisnya, empat hari sesudahnya, tepatnya 14 Oktober 2019, Sulli meninggal dan diketahui mengalami depresi. 

 

Sulli, yang memiliki nama asli Choi Jin Ri, ditemukan meninggal dunia pada 14 Oktober 2019 pukul 16.21 waktu Korea di apartemennya, yang berlokasi di Seongnam, Provinsi Gyeonggi, Korea Selatan. Menurut polisi, Sulli pertama kali ditemukan meninggal oleh manajernya, yang kemudian melapor ke kepolisian terdekat. 

 

Sulli memang aktif di media sosial dan aktif mendiskusikan tentang penyalahgunaan media online. Sulli juga terkenal sebagai sosok feminis Korea yang blak-blakan dalam menyuarakan pendapatnya, berbeda dengan sosok idol Korea lainnya yang terkenal konservatif. 

 

Polisi menemukan kertas berisi pesan di kediaman Sulli, namun telah dipastikan bukan surat wasiat. Namun polisi belum bisa memberikan keterangan mengenai isi surat secara jelas karena berisi pemikiran Sulli yang bersifat pribadi.

 

Artikel terkait:

Adik Perempuan Personil One Direction Louis Tomlinson, Felicite Meninggal Dunia di Usia Muda Karena Serangan Jantung

Luke Perry Aktor Riverdale Meninggal Dunia, Kenali Gejala Stroke Sejak Dini

Dear Pak Habibie, Selamat Bertemu Kembali Dengan Bu Ainun..

 

 

SM Entertainment Sediakan Tempat Khusus Penggemar

Acara pemakaman Sulli akan dilakukan secara tertutup. Namun, melihat duka yang dialami oleh penggemar Sulli, SM menyediakan tempat khusus bagi penggemar yang ingin memberikan penghormatan terakhir. SM telah mengkonfirmasi kebenaran berita ini melalui Twitter, dan diterjemahkan oleh akun @mon71169830 karena tweet bertuliskan huruf Hangeul.

 

Sulley left us.

It is a mourning heart to suddenly convey to you fans.

In accordance with the wishes of the family, we have prepared a separate condolence area so that fans who have always given generous support and support can send warm greetings to Sully.

 

 

Para penggemar Sulli dapat berbela sungkawa di ruang di Rumah Duka Sinchon Severance Hall No. 7 (lantai dasar 1).Para penggemar dapat mulai berkunjung pada 15 Oktober 2019 pukul 16.00 hingga 21.00 dan tanggal 16 Oktober 2019 dari siang hingga pukul 21.00 malam waktu setempat.

 

Cyber-bullying di media sosial

Sosok Sulli sudah sangat sering mendapat kritikan pedas dari netizen Korea karena gaya berpakaian, gaya foto, dan masih banyak lagi. Seakan-akan apapun yang dilakukan oleh Sulli merupakan kesalahan besar. Misalnya, sejak beberapa tahun lalu, Sulli memutuskan untuk tidak mengenakan bra karena merasa tidak perlu mengenakan bra. Baginya, bra hanyalah sebuah aksesori dan ia tidak merasa nyaman mengenakan bra. Namun, netizen Korea langsung menyerangnya. Padahal, setiap orang bebas mengenakan pakaian apapun, kan? Tidak hanya itu, Sulli juga banyak dikecam karena gaya berpakaiannya yang dinilai terlalu terbuka, terlebih selepas ia memutuskan untuk keluar dari f(x)

 

Sulli sempat mengungkapkan dirinya memiliki gangguan panic disorder sejak kecil. Kisah hidupnya tidak bahagia. “Bahkan orang terdekatku telah meninggalkan aku. Aku sangat tersakiti oleh mereka dan aku merasa tidak ada orang yang mengerti diriku, yang mana membuat aku semakin terjatuh,” ungkap Sulli dalam video reality show miliknya, Jinri Market yang kini telah dihapus, seperti yang dikutip The Korea Times. 

 

Artikel terkait:

5 Langkah Terbaik Membantu Pasanganmu yang Sedang Dilanda Depresi

10 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Bantu Lawan Depresi dan Stres

Kenali Tanda Depresi dan Cara Mengatasinya

 

 

Rasa tidak bahagia yang dimiliki Sulli juga diperparah dengan cyber-bullying yang dialaminya. Dalam live Instragram yang dilakukannya, dia mengatakan “Aku bukan orang jahat, tapi kenapa kalian jahat kepadaku?”

 

Cyber-bullying yang merupakan perpanjangan tangan dari kekerasan yang terjadi di dunia nyata. Perempuan seringkali direndahkan di media sosial karena tidak memiliki “kualitas” yang dianggap standar masyarakat, misalnya, dianggap jelek, gemuk, pesek, dan masih banyak lagi. “Laki-laki yang diserang ide atau statement di mana kita bisa berdebat dengan argumentasi yang sama masuk akal. Sementara perempuan sangat berbeda, yang diserang personal, tubuh,” ungkap Dyhta caturani, pendiri PurpleCode, saat ditemui di Kampanye #PositionOfStrenght.

 

Hingga saat ini, kekerasan di internet terus terjadi karena adanya fitur anonimitas, bisa membuat orang tidak menyukai orang lain yang bahkan tidak pernah ia temui di kehidupan nyata. Penggunaan kata-kata kasar seolah wajar karena komentar semacam ini sering terjadi. “Banyak yang berpendapat ‘ngapain ngurusin online? [Kekerasan] offline juga banyak’.ujar Dyhta. Padahal, baik kekerasan offline maupun online sama-sama bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mental korban.

 

Depresi bukanlah hal yang sepele. Jika kamu merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri atau temanmu yang menunjukkan kecenderungan tersebut, berdiskusilah dengan pihak yang profesional seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan jiwa. Kamu juga bisa memanfaatkan layanan sharing online dengan profesional, misalnya melalui aplikasi Halodoc ataupun LSM yang peduli dengan kesehatan mental. Kamu bisa langsung menghubungi saveyourselves.com dan pijarpsikologi.com jika membutuhkan layanan konseling terkait bunuh diri.

 

 

CTABARU3

Mobile Site CTA


Anastasia Galuh Dinung Purwaningtyas Anastasia Galuh