SWARA – Kamu masih ingat celengan ayam tanah liat, nggak? Dulu, celengan ini biasanya saya isi dengan uang logam. Ada juga celengan berbentuk kucing berbahan plastik yang diletakkan Mama saya di atas lemari buku. Berbeda dengan celengan ayam, “kucing” ini saya isi dengan uang kertas yang biasa saya dapat di akhir pekan.

 

Uang kertas ini sifatnya sebagai uang jajan lebih; sementara yang logam—sisa uang jajan sekolah yang saya hemat. Nah, menjelang hari Natal, tabungan itu akan saya buka. Jumlah uangnya, bisa saya gunakan untuk membeli kartu Natal dan borong komik Detective Conan atau Doraemon.

 

Bagi kamu yang kini sudah punya keponakan atau bahkan anak, pastinya ingin juga, dong, mengenalkan budaya menabung pada mereka? Kali ini saya akan bahas beberapa cara sederhana untuk mengenalkan anak caranya mengelola uang.

 

1. Usia 3-6 tahun, perkenalkan anak pada rasa ingin tahu

Dimulai dari membiasakan anak menjawab pertanyaan orang tua. Contoh sederhana, ketika anak mulai ingin mainan atau makanan yang sedang dipegang oleh teman atau sepupunya yang masih balita. Orang tua bisa memberi pertanyaan sederhana, jika anak terlihat semakin tertarik atau mengangguk dan menjawab “Mau itu, Ma..”, di situ kesempatan untuk menjelaskan kalau barang itu punya orang lain. Kalau kamu bisa membelikan, ada baiknya juga memberi penjelasan seperti, “Nanti ya beli yang baru, sekarang pakai punya adek dulu.”

 

Kelihatannya sederhana, sih. Namun, memberi kesempatan anak mengungkapkan rasa ingin tahunya ke hal baru akan membantu orang tua untuk memberi tahu kalau ada barang yang nggak terlalu dia butuhkan saat ini. Hitung-hitung membiasakan anak berani bercerita tentang keinginan dia, jadi nggak ada rasa takut sama orang tua sendiri.

 

Artikel Terkait: Mendidik Anak Bukan Cuma di Sekolah

  1. Yuk, Gali Potensi Anak Selama Liburan Melalui 6 Kursus Ini
  2. Para Orang Tua, Apa Hal yang Perlu Dipertimbangkan Sebelum Memilih Sekolah Anak?
  3. Ada Apa dengan Program Full Day School?

 

2. Usia 5-8 tahun, “botol kerajinan”

Mama saya suka cerita, dulu kalau mau dapat uang jajan malam Minggu harus membantu Kakek dulu berjualan di pasar ikan. Wah, berat juga ya syaratnya. Kalau waktu saya SD, biasanya diminta untuk menyiram tanaman dan taman depan rumah tiap akhir pekan, baru, deh dapat jatah jajan tambahan.

 

Masih dalam tahap perkenalan mengelola uang, anak-anak usia 5-8 tahun di era generasi milenial mungkin butuh pendekatan yang lebih spesial. Kamu bisa ajak mereka untuk sekadar mencuci piring bersama setalah makan, atau merapikan kamar dan barang koleksi mereka tanpa bantuan si Bibi.

 

Siapkan botol kaca bening untuk tempat mengumpulkan uang yang diberikan sebagai hadiah sudah mau rajin beres-beres. Karena sesungguhnya, rajin itu pangkal kaya!

 

3. Usia 6-10, ikut belanja ke supermarket

Sudah bisa keliling  lorong di supermarket sendiri, lalu sudah cukup tinggi juga untuk mengambil berbagai cemilan di rak tinggi atau barang yang ingin mereka punya. Usia ini jadi semacam praktik di luar lingkungan rumah dalam mengelola uang. Kamu bisa ajak anak umur 6-10 tahun berbelanja ke supermarket dan beri sedikit penjelasan ketika mereka bertanya pilihan barang-barang yang masuk ke keranjang belanja.

 

Misalnya ketika anak-anak ingin coba susu dengan merek lain, kamu bisa jelaskan alasan membeli susu merek tertentu yang sudah jadi pilihan setiap belanja. Baik itu dari segi harga, rasa, atau kualitas yang jadi alasan bisa kamu kasih tahu ke mereka dengan bahasa sederhana. Tahap ini mengajarkan mereka untuk tahu ada pengeluaran rutin atau tambahan yang akan dikeluarkan tiap belanja.

 

4. Usia 7-11, pilih hot wheels atau komik?

Sambil dikenalkan dengan situasi berbelanja di supermarket, anak-anak juga bisa diajak untuk tahu nilai suatu barang. Tapi, jangan dibuat rumit. Mulai dari hal kecil saja. Kalau dia sudah diberi ‘modal’, tugas orang tua selanjutnya adalah mengarahkan.

 

Misalnya, pemahaman kalau uang Rp100 ribu bisa dibelikan beberapa komik, sedangkan mainan mobil-mobilan hanya dapat satu buah.Dari situ, anak-anak akan belajar memilih. Nggak semua benda bisa ia belanjakan. Jangan sampai dia menangis, atau justru merengek sebab uangnya habis tidak bersisa. Dengan penjelasan, mereka harus diberi tahu bahwa uang tadi sudah dibelanjakan.

 

5. Usia 11-13, cari kado untuk kakak

Biasanya di umur 12-13 anak-anak sudah mulai menginjak masa awal remaja, sudah jadi anak SMP. Nah, ini waktu yang cukup tepat untuk keluarga mengenalkan mereka ke kegiatan yang sifatnya mengutamakan salah satu anggota keluarga. Misalnya, ulang tahun kakak.

 

Adik bisa dibimbing untuk mengajak orang tua dan anggota keluarga di rumah merencanakan kado yang akan dibeli untuk kakak. Saya baru mencoba mengajak adik saya menyiapkan kado untuk Mama sekitar 3 tahun lalu. Saat itu, usianya 15 tahun.

 

Jadi kalau kamu masih punya anak/adik/ponakan yang umurnya sekitar 11-13 tahun, bisa banget, lho, diajak merencanakan kejutan ulang tahun atau mengatur bujet kado yang mau dibeli untuk anggota keluarga lain.

 

Artikel Terkait: Tabungan Pendidikan Sejak DIni, Perlukah?

  1. Ini Trik Menyiasati Biaya Sekolah yang Semakin Tinggi
  2. 4 Tips Merencanakan Biaya Pendidikan Anak Sejak Dini
  3. Dear Ibu yang Punya Anak Usia Sekolah, Buat Kartu Jakarta Pintar, Yuk!

 

6. Usia 13-15, bayar les pakai uang tabungan

Remaja tanggung. Dibilang anak-anak pasti sudah nggak mau, dibilang sepenuhnya remaja juga belum. Tapi, jika menerapkan pola di atas pada usia ini harusnya mereka sudah mengerti menyisikan uang jajan, memilih barang yang lebih murah, dan mendapatkan tambahan jajan ketika mereka rajin. Saatnya untuk orang tua kasih penjelasan tentang mengelola uang yang sifatnya sedikit lebih long-term.

 

Di tahun 2017 ini, pasti sangat banyak anak yang diikutkan pelajaran tambahan/les sama orang tuanya. Nggak sedikit juga anak yang lesnya lebih dari satu. Beberapa biaya les bahkan saingan sama mahalnya uang sekolah. Bisa dicoba dengan melibatkan anak dalam kegiatan menabung, nggak usah yang besar seperti bayar uang pangkal sekolah, cukup untuk membiayai les yang dia suka. Seperti les gambar, les balet, atau iuran tim basket di klub yang diikuti tiap akhir pekan.

 

Secara nggak langsung orang tua memberikan gambaran perbedaan biaya sekolah dengan biaya pendidikan ekstra. Anak juga akan lebih menghargai investasi yang Mama Papanya siapkan dengan memberi pendidikan terbaik. Jadi mereka tahu harus mengelola uang agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik lewat pendidikan dan keahlian lain yang mereka pelajari selama masa sekolah.