SWARA – Setelah bersusah payah membangun usaha yang sukses, biasanya orang tua berharap anak-anaknya bisa menjadi penerus. Sayangnya, nggak semua anak mau melakukannya karena punya hasrat  tinggi untuk mengejar karier impiannya masing-masing. Selain itu, banyak suara sumbang yang mengatakan, meneruskan usaha keluarga nggak ada tantangannya dan tinggal terima enaknya saja.
“Setiap pilihan pekerjaan pasti ada risiko dan tantangannya masing-masing. Ketika melanjutkan usaha keluarga, Anda tetap harus punya ide baru untuk membangun perusahaan, sama seperti saat harus membangun usaha dari awal,” ungkap praktisi bisnis Rhenald Kasali.
Ketika memutuskan untuk mengalihkan usaha, ada dua hal yang harus kamu perhatikan agar tetap sukses.
Artikel Terkait: Yang Perlu Kamu Perhatikan dalam Berbisnis
- 5 Alasan Kamu Harus Berhenti Mencari Pekerjaan dan Mulai Berbisnis
- Sebelum Mulai Bisnis dengan Teman, Wajib Baca Nasihat Berikut Ini!
- 7 Kesalahan dalam Bisnis Kuliner Ini Bisa Bikin Usaha Bangkrut
Â
Pemberi warisan. Ketika memutuskan untuk menyerahkan usaha pada anak, pastikan anak memang benar-benar ingin melanjutkan usaha yang sudah kamu bangun. Sebaiknya jangan memaksa anak untuk melanjutkan usaha ketika mereka nggak menginginkannya. Pasalnya, hal ini bisa berakibat buruk pada perkembangan usaha.
Di sisi lain, orang tua juga harus bisa membedakan antara kecakapan nilai dengan bakat. Sekalipun secara teori, nilai mereka bagus dan dianggap mampu menjalankan perekonomian perusahaan–jika tidak ada minat dan bakat, semuanya akan percuma.
Syarat kedua, pastikan kamu sudah benar-benar yakin, anak mampu untuk meneruskan usaha. Hindari bersikap setengah-setengah, sebab hal ini akan membuat anak tertekan dalam menjalankan usaha. Orang tua harus bersikap sebagai seorang mentor yang andal, yang mampu melatih anak dengan memberikan berbagai pertanyaan yang membangun, bukannya mendikte agar melakukan hal-hal sesuai perintahnya.
Proses coaching ini akan membantu generasi penerus untuk bisa berpikir lebih baik, sehingga mengasah kemampuan dan kreativitasnya untuk mengambil keputusan.
Â
Pewaris. Menjadi seorang pewaris usaha bukan berarti kamu hanya ongkang-ongkang kaki dan menikmati hasil seenaknya.
Pengusaha muda Billy Boen mengungkapkan, sebagai penerus seharusnya kamu mempunyai berbagai pemikiran baru yang mendukung perkembangan usaha menjadi lebih baik. Sama seperti saat merintis usaha dari awal, seorang pewaris usaha juga harus peka dengan keadaan sekitarnya. Kamu harus jeli melihat peluang yang ada, dan berperan secara aktif untuk memberi nilai tambah pada produk atau jasa yang perusahaanmu tawarkan.
Beberapa poin yang bisa kamu mulai, yakni:
1. Pahami corak dinamika keluarga
Hubungan antaranggota keluarga yang berasal dari generasi yberbeda bisa berpotensi jadi sangat kompleks. Apalagi jika berhubungan dengan komunikasi soal urusan bisnis.
Hal ini semakin rumit jika kamu harus memperbaiki kesalahan mereka. Bahkan, bisa lebih sulit ketimbang kolega yang nggak memiliki hubungan saudara. Jadi, penting untuk kamu mengenali dengan baik anggota keluarga dan mengidentifikasi cara terbaik untuk berurusan dengan mereka tanpa menimbulkan perselisihan yang nggak perlu.
2. Jadilah profesional
Memisahkan antara urusan bisnis dan keluarga merupakan hal yang bisa jadi sangat complicated untuk menjalankan bisnis keluarga secara profesional. Mungkin karena keluarga, kamu nggak bisa menjalankan bisnis layaknya sebuah kinerja perusahaan.
Mungkin juga, karena faktor bisnis, keluarga bisa jadi porak poranda. Anggota keluarga bisa saling berselisih. Memang nggak ada keluarga yang sempurna. Jika ada perselisihan, pasti akan menimbulkan suasana yang kurang baik di tempat kerja dan di rumah.
Kamu harus menempatkan dirimu melebihi dari besarnya situasi tersebut. Selalu tentukan garis yang jelas antara bisnis dan kekeluargaan. Bila mengalami masalah, kekecewaan, ketidakadilan atau setiap emosi yang negatif tentang seseorang atau sesuatu hal dalam bisnis dan terkait erat dengan anggota keluarga sendiri, jangan biarkan hal itu menganggu profesionalisme dalam menjalankan bisnis.
Â
3. Jangan bersikap pilih kasih
banyak orang cenderung melihat bisnis keluarga dari aspek negatif. Orang luar akan melihat peluang seperti kenaikan pangkat, gaji, dan sebagainya sebagai jalan mudah bagi anggota keluarganya yang terlibat. Orang luar dan karyawan lain cenderung akan menganggap, mereka ini mendapatkannya dengan mudah karena menggunakan unsur kedekatan’ dan tidak perlu melalui proses-proses tertentu.
Jadi, berhati-hatilah dalam mengelola bisnis keluarga, jangan hanya percaya dan menyerahkan bulat-bulat semua urusan dan tanggung jawab bisnis kepada anggota keluarga tanpa dilandasi alasan yang rasional.
Pastikan kamu memiliki alasan kuat untuk mengangkat anggota keluarga sendiri dan pastikan karyawan lainnya merasa jelas dan mengerti, mengapa pemilihan tersebut wajar dilakukan. Tujuannya, supaya nggak ada pembicaraan di belakang yang akan merusak perjalanan bisnis dan kinerja perusahaan.
Â
Artikel Terkait: Kesalahan-kesalahan dalam Berbisnis
- Hati-Hati, Ini Dia 10 Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Memulai Bisnis!
- 5 Kesalahan Manajemen Keuangan Yang Sering Dilakukan Pebisnis Online, Ini Solusinya!
- Kesalahan yang Kerap Dilakukan pada Tahun Pertama Berbisnis
Selain itu, punya sikap yang jujur, percaya diri, dan terbuka juga harus kamu miliki. Keterbukaan dan kedekatan ke semua elemen penggerak bisnis akan sangat membantu menyelesaikan masalah yang mungkin saja sulit diselesaikan sendiri.
  HENDRATANU WIJAYA