SWARA – Di skala dunia, kamu mengenal sosok Malala Yousafzai. Gadis muda penerima anugerah Nobel Perdamaian atas upayanya melawan penindasan anak-anak serta memperjuangkan hak pendidikan bagi mereka.

Di tanah air, kita juga memiliki sosok perempuan-perempuan hebat yang memberikan tenaga, hati, dan waktunya untuk pendidikan anak-anak Indonesia. Apa yang mereka lakukan beragam. Mulai dari meletakkan ide hingga terjun langsung mengajari alfabet ke hutan belantara.

Siapa sajakah mereka? Yuk, mengenal 6 sosok perempuan pejuang pendidikan di Indonesia berikut.

 

1. Sri Rossyati dan Sri Irianingsih

[amarvideo]
1 Sri Rossyati dan Sri Irianingsih tunaiku
[/amarvideo]

Berawal dari potongan kayu bekas dan terpal bekas di bawah kolong jembatan kawasan Pluit, kini, perjuangan Rossy dan Ryan, sapaan akrab keduanya, telah menjelma menjadi Akademi Indonesia Sekolah Darurat Kartini. Hingga kini tak terasa sudah 27 tahun. Sekolah Darurat Kartini memberikan kesempatan dan akses bagi anak-anak kalangan marginal untuk memiliki ketrampilan dan pengetahuan, sekaligus menempa karakter agar mereka siap bekerja kelak.

Sekolah Darurat Kartini tentunya enggak pernah memungut biaya sepeser pun. Maka, untuk membiayai sekolah, Rossy dan Ryan memang terbuka akan sumbangan dari berbagai pihak. Namun enggak jarang juga mereka merogoh kocek pribadi untuk keperluan alat-alat tulis para murid. Hingga kini, sudah ribuan yang lulus dari sekolah darurat ini dan berhasil mendapatkan pekerjaan tetap. Ibu guru kembar, di usia senjanya pun masih aktif terjun langsung dan mengajar.

(Artikel terkait: Kenal Lebih Jauh, 5 Perempuan Hebat Indonesia yang Mendunia Ini)

 

2. Butet Manurung

[amarvideo]

2 butet manurung tunaiku

[/amarvideo]

Sokola Rimba. Tentu kamu pernah mendengar nama ini ‘kan? Dibalik sekolah ini, ada sosok Saur Marlina Manurung, alias Butet Manurung, antropolog yang menjadi perintis pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia ini.

Pada tahun 2003, Butet memulai langkahnya di Taman Nasional Bukit Dua Belas Jambi, di kalangan Orang Rimba (Suku Kubu). Tak sekadar memperkenalkan baca tulis, Butet juga mendidik Orang Rimba untuk mampu “bersuara” dan memberdayakan diri. Perjuangan Butet berbuah manis. Kini, Sokola Rimba juga hadir di Halmahera, Papua, dan Sulawesi. Dunia internasional mengakui dedikasi dan semangat Butet dengan menganugerahinya Magsaysay Award pada 2014 lalu.

 

3. Gadis Arivia              

[amarvideo]

3 Gadis Arivia tunaiku

[/amarvideo]

Ketertarikan awal Gadis dengan filsafat bermula saat ia berkenalan dengan buku-buku para pemikir Prancis seperti Albert Camus, Simone d’Beauvoir, dan Jean Paul Sartre. Dari sinilah ia kemudian membaca lebih banyak dan memutuskan untuk mengambil pendidikan magister Filsafat. Membuatnya selangkah lebih dekat dengan  pemikiran pascamodernisme dan isu-isu feminisme.

Pada 1998, nama Gadis mencuat ke publik saat ia berdemonstrasi menyuarakan isu kelangkaan susu bayi akibat krisis moneter. Kini, tak lagi memegang papan protes, aktivis perempuan sekaligus dosen Studi Feminisme dan Filsafat Kontemporer Universitas Indonesia, aktif menulis wacana-wacana feminisme di berbagai media dalam dan luar negeri, dan mengelola Yayasan Jurnal Perempuan. Pada 2006, bersama-sama dengan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Gadis mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006.

(Artikel terkait: Belajar Kesuksesan dari Tokoh Utama Perempuan di 5 Film Nominasi Oscar 2017)

 

4. Najeela Shihab

[amarvideo]

4 Najelaa Shihab tunaiku

[/amarvideo]

Nama Najeela Shihab disebut di situs Forbes Indonesia sebagai seorang pegiat pendidikan sekaligus long-life learner. Berbekal ilmunya selama mengenyam pendidikan S2 psikologi anak di Universitas Indonesia, Najeela sukses memelopori berdirinya jejaring sekolah berkualitas bernama Sekolah Cikal.

Tak seperti sekolah pada umumnya, Najeela lebih senang menyebut Sekolah Cikal, yang ia dirikan pada 1999  lalu, sebagai “family  center development”, alias pusat pengembangan keluarga. Karena bagi Najeela, pendidikan anak tak seharusnya ada di buku-buku teks. Melainkan campur tangan seluruh anggota keluarga.  Di Sekolah Cikal, kegiatan belajar tak sekadar menghafal dan ujian, tapi juga pengembangan karakter dan bakat. Selain Sekolah Cikal, Putri dari Prof. Quraish Shihab ini juga mengembangkan IniBudi.org, website berbasis edukasi yang menampilkan video-video seputar pendidikan yang dibuat oleh guru-guru dan para murid di Indonesia.

 

5. Veronica Colondam

[amarvideo]

5 veronica colondam tunaiku

[/amarvideo]

Berawal dari kekhawatirannya atas pergaulan remaja yang rentan terjerumus narkoba, Veronia Colondam bertindak. Tak berhenti di sekadar menasehati si buah hati, Veronica melakukan satu hal jauh, Ia mendirikan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Fokus awal YCAB adalah mengedukasi remaja akan bahaya narkoba. Namun, seiring waktu berjalan YCAB mulai merambah isu-isu lain yang lebih luas dan mendasar, yaitu  pendidikan dan pemberdayaan ekonomi keluarga kurang mampu.

Kini, YCAB semakin serius ambil peran  di dunia pendidikan, khususnya remaja, melalui berbagai kegiatan penyuluhan, training, pemberdayaan, sembari berpartner dengan pihak ketiga.  Tak berhenti di Indonesia, Veronica ingin membaca YCAB ke tingkat Asia.

(Artikel terkait: Masih Muda dan Berprestasi, Ini 5 Perempuan yang Diakui Kehebatannya Oleh Dunia)

 

Adakah tokoh-tokoh di atas kamu kenal? Kamu juga bisa lho memberikan sumbangsihmu di ranah pendidikan tanah air. Asalkan, kamu tahu apa yang mau dan bisa kamu lakukan. Mulai dari hal-hal kecil saja, bisa kok. Selain mereka berlima, adakah tokoh perempuan lainnya yang ingin kamu sebutkan?   

 

Selagi kamu di sini…

Kami punya informasi singkat yang sayang sekali dilewatkan. Sudahkah kamu tahu tentang Tunaiku? Tunaiku merupakan pinjaman cepat, mudah, tanpa agunan, tanpa kartu kredit. Tunaiku bisa menjadi solusi finansial bagi kebutuhan-kebutuhanmu. Kebutuhan dadakan? Atau, butuh tambahan dana untuk kebutuhan tertentu? Kamu bisa ajukan Tunaiku yang prosesnya serba digital.

Yuk, langsung ajukan dan isi formulir di sini: Tunaiku.