SWARA–Ketika tahun 1998 dulu, saya mengalami betul bagaimana sulitnya hidup ketika inflasi besar-besaran. Keadaan ekonomi carut-marut. Akhirnya saya di-PHK dari Pabrik Bubur Kertas. Pesangon yang diberikan sangat kecil. Alhasil, saya harus banyak memutar cara mengelola uang itu biar bisa survive seperti sekarang. Apa saja yang saya lakukan saat itu?

1. Mendirikan Usaha Mandiri

Awalnya saya tidak yakin dengan ide ini. Tapi saya ingat kata seorang pelatih sepak bola terkenal di Spanyol bilang begini, “Pertahanan terbaik adalah dengan cara menyerang secara konsisten.” Maka saya menerjemahkan begini, “Cara terbaik untuk mempertahankan uang adalah dengan cara membelanjakan untuk kebutuhan usaha.”

 

Akhirnya perlahan-lahan, saya pun merasakan dampaknya. Saat itu saya kebetulan memiliki keahlian mencukur. Jadi uang itu saya gunakan untuk membeli alat-alat cukur sederhana, tapi sudah bertenaga listrik. Awalnya saya hanya mencukur beberapa kepala. Namun tahun-tahun berikutnya bertambah jadi puluhan kepala.

2. Membelanjakan Uang Sesuai Kebutuhan

Demi usaha yang saya dirikan itu, mau tidak mau saya pun mulai menghemat uang sehari-hari. Uang hasil jerih-payah mencukur hanya dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Uang jajan anak yang masih sekolah pun saya kurangi. Begitu pula uang untuk beli kosmetik oleh istri yang dulu rajin beli dalam waktu seminggu.

 

Syukurlah, mereka mengerti keadaan saya. Kalau tidak, mungkin usaha saya tidak berkembang sebesar ini. Tidak hanya istri dan anak saya. Dulu ketika saya masih bekerja, saya suka merokok sampai 2 bungkus tiap hari. Demi kemajuan usaha, saya pun sering bermeditasi agar dihindarkan dari godaan untuk menghisap rokok. Cukup berhasil.

 

Artikel Terkait: Mengatur Keuangan dengan Bijak

  1. 5 Cara Sukses Mengatur Uang dengan Gaji 3 Jutaan per Bulan
  2. Gaji 6 Juta Perbulan, Ini Cara yang Benar Mengelola Keuangannya
  3. Gaji 7 Juta Perbulan, Ini 5 Cara Tepat Untuk Mengatur Keuangan Bagi Si Lajang

 

3. Melunasi Utang Terdahulu

Uang hasil menghemat biaya kebutuhan itu saya pergunakan untuk melunasi utang yang ada. Mungkin sekarang jarang yang menerapkan cara mengelola uang pesangon seperti yang saya lakukan dulu. Saya juga sering berbincang-bincang dengan warga di surau, masjid, gardu, dan tempat lain. Mayoritas menggunakan utang untuk memulai usaha.

 

Ada alasan tersendiri kenapa saya tidak ingin memulai usaha dengan utang. Pertama, soalnya sebelum di-PHK saya sudah punya utang. Kedua, saya tidak ingin memberati kepala saya dengan tagihan demi tagihan. Utang saya dulu sebetulnya tidak seberapa. Hanya utang untuk beli rokok. Telanjur menumpuk karena sering saya sepelekan. Namun sekarang sudah lunas.

 

4. Memulai Investasi

Tepatnya, setelah 6 tahun karier saya sebagai tukang cukur cukup mujur, akhirnya saya memiliki karyawan sendiri. Untuk mengenalkan pada masyarakat, saya namai tempat cukur dengan “98 Barber”. Mindset itu saya pakai agar orang-orang mengetahui identitas saya sebagai tukang cukur generasi 98.

 

Saya pun membuka usaha di berbagai tempat. Saya tidak menyangka bisa mendapatkan keuntungan sebagus ini. Investasi yang saya lakukan bukan menanam modal secara pasif, melainkan buka tempat cukur yang baru. Jadi saya bisa lebih santai kerjanya. Cita-cita saya adalah nama 98 Barber terkenal hingga ke seluruh Indonesia.

 

Artikel Terkait: Sebelum Berhenti Bekerja, Perhatikan Hal Ini

  1. Jangan Cepat Tergoda! Sebelum Mengajukan Pensiun Dini, Ini 7 Pertimbangan Utamanya
  2. Nggak Ada Salahnya Siapkan Usaha yang Cocok Untuk Pensiun Nanti. Ini Pilihannya
  3. Ingin Hidup Tenang Saat Pensiun? Ini Jumlah yang Harus Ditabung!

 

5. Menabung

Poin ke-5 ini merupakan titik yang sedang saya jalani saat ini. Saya sudah bisa melupakan kepahitan dampak inflasi tahun 1998. Sekarang saya lebih fokus memberi perhatian lebih banyak pada keluarga. Khususnya pada istri dan juga anak yang sudah besar-besar. sedangkan usaha saya dipegang oleh karyawan.

 

Hasil keuntungan beberapa saya tabung, beberapa lagi saya pergunakan untuk membantu kerabat yang ingin buka usaha. Saya juga buka kos-kosan sebagai bank yang bergerak. Sejak dulu saya memang agak skeptis ketika ada yang meminta menabung di bank. Saya lebih suka uang saya bergerak bebas sesuai arahan yang saya berikan.

 

Mungkin terdengar banyak enaknya daripada sulitnya, ya? Satu-satunya kesulitan yang saya alami adalah ketika menempa diri untuk menguasai teknik mencukur ketika masih SMA. Lainnya mungkin ketika menghadapi godaan untuk berhenti mengukir usaha baru. Mungkin itu saja cara mengelola uang berdasarkan pengalaman pribadi saya.