SWARA – Dua tahun terakhir investasi reksadana mengalami peningkatan, apalagi reksadana pendapatan tetap. Perbedaan dengan investasi reksadana lainnya terletak pada jumlah komposisi. Reksadana pendapatan tetap menempatkan sebagian besar portofolianya (80%) pada obligasi, sisanya baru pada saham dan pasar uang.

 

Kalau menginginkan investasi jangka pendek, solusinya adalah memilih reksadana pendapatan tetap. Sedangkan jika menginginkan jangka panjang, kamu bisa mencoba reksadana saham dan campuran. Investasi ini lebih menjamin pemasukan yang stabil buat investor. Sebelum beralih ke saham, ada baiknya kamu memilih reksadana pendapatan tetap agar nggak kaget dengan harga saham yang naik turun dalam sekejap.

 

Prospek investasi ini diperkirakan meningkat di tahun 2018. Hal ini dikarenakan adanya pemilihan kepala daerah, membaiknya tingkat perekonomian masyarakat., harga komoditas membaik, dan terjadi pertumbuhan ekonomi. Wah, kamu bisa siap-siap dari sekarang, nih. Buat kamu yang tertarik mencoba, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti:

 

Artikel terkait: Tips memulai investasi reksadana

  1. 3 Tips Memilih Reksadana untuk Investor Pemula, Agar Dapat Hasil Maksimal!
  2. 5 Alasan Ini Bikin Nggak Ragu untuk Investasi atau Reksadana
  3. Ingin Memulai Berinvestasi Reksadana tapi Belum Tahu Caranya? Ini 4 Langkah Praktis bagi Pemula

 

1. Kupon dan bagi hasil

Keuntungan dari obligasi adalah kupon. Kebanyakan reksadana pendapatan tetap akan menginvestasikan kembali kupon tersebut yang akhirnya menambah harga reksa dana atau nilai Aktiva Bersih per unit (NAB per Up).

 

2. Rating obligasi

Risiko memilih reksadana pendapatan tetap adalah jika perusahaan gagal bayar. Semakin baik kemampuan bayar perusahaan, ratingnya semakin tinggi dan baik. Rating merupakan bentuk keseragaman kemampuan bayar perusahaan-perusahaan dalam membayar kewajiban obligasi.

 

3. Cek dampak perubahan inflasi

Dalam reksadana pendapatan tetap, ketika inflasi rendah dan suku bunga turun, merupakan kondisi baik. Sebaliknya, jika inflasi naik akan memberikan dampak negatif.

 

4. Jatuh tempo

Reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi pada obligasi nggak memiliki jatuh tempo. Hal ini dikarenakan ketika obligasi reksadana telah jatuh tempo, akan menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi pada obligasi yang baru.

 

5. Fluktuasi harga obligasi

Karena nggak memiliki jatuh tempo, harga reksadana pendapatan tetap nggak bisa kembali ke angka 100. Fluktuasi atau perubahan dana dipengaruhi oleh pengelolaan manajer investasi.

 

6. Yeald to Maturity (YTM)

Dalam investasi reksadana dikenal Yeald to Maturity (YTM) yang merupakan tingkat imbal hasil yang diperoleh investor. Hasil ini diperoleh dari kupon dan selisih harga obligasi. Karena nggak memiliki jatuh tempo, besaran YTM bukanlah indikasi reksadana pendapatan tetap.

 

Artikel terkait: Hal-hal seputar obligasi

  1. Sebelum Investasi Mata Uang Asing, Pahami Dulu 10 Hal Ini
  2. 6 Jenis Investasi Dana Pensiun yang Cocok untuk Karyawan Pemula
  3. 5 Bentuk Investasi Menguntungkan yang Patut Dicoba

 

7. Modified duration

Modified duration merupakan tingkat sensitivitas perubahan harga obligasi dalam merespon perubahan suku bunga. Ketika suku bunga mengalami penurunan dan terjadi inflasi, biasanya manajer investasi akan mengambil strategi durasi panjang agar kenaikan obligasi bisa maksimal. Berlaku juga sebaliknya.

 

Nah, sudah tahu kan apa yang harus diperhatikan dalam memulai investasi reksadana pendapatan tetap. Selamat berinvestasi, ya.

 

Bagaimana dengan artikel yang kamu baca hari ini? Semoga bermanfaat untukmu, ya.

Jangan lupa, Tunaiku menyediakan pinjaman tunai cepat dan mudah, mulai dari Rp2-20 juta, yang bisa diangsur mulai dari 6-20 bulan. Yuk, ajukan pinjamanmu sekarang!

 

 


TRI PUSPITASARITRI PUSPITASARI