SWARA – Kemajuan teknologi dan kreativitas anak-anak muda mendorong berdirinya perusahaan start-up, nggak terkecuali di Indonesia. Buatmu yang belum paham, start-up adalah sebuah perusahaan rintisan yang biasanya bergerak di bidang teknologi informasi dan digital serta sedang dalam fase perkembangan.
Tentunya, bekerja di start-up jelas berbeda dengan kerja di instansi pemerintah atau korporat. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya. Sebelum memutuskan untuk bekerja di startup atau instansi/korporat, simak dulu yuk perbedaan di antara keduanya!
1. Start-up menuntut inisiatif dan sikap proaktif, sementara di instansi kamu cenderung reaktif.
Di start-up yang tengah berkembang, kamu dituntut untuk proaktif dalam bekerja. Artinya, kamu harus bisa mencari jalan dan bergerak tanpa disuruh untuk memecahkan masalah dan membantu mengembangkan perusahaan. Ini membuatmu perlu mengerahkan lebih dari 100 persen kemampuanmu.
Sementara di instansi maupun korporat, pekerjaanmu cenderung reaktif. Artinya, pekerjaan datang dari permintaan atasan atau klien. Kamu tinggal bekerja sesuai target yang diberikan. Kalau targetmu beres, kamu bisa lebih santai.
2. Di start-up, peranmu sangatlah penting. Di korporat, peranmu tidak terlalu mempengaruhi perusahaan.
Pada start-up, kamu adalah salah satu komponen penting. Peran sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Kamu bisa membuat perusahaan makin maju atau justru menghambatnya dengan kinerjamu di sana.
Sementara, instansi dan korporat sudah memiliki sistem yang baik. Kemampuanmu tetap penting, tapi naik turunnya kinerjamu tidak begitu berpengaruh terhadap stabilitas perusahaan. Selain itu, peran kamu juga dengan mudah digantikan oleh orang lain.
3. Di start-up, fleksibilitas adalah kunci. Sedangkan di instansi, kamu bisa berfokus pada bidangmu.
Bekerja di start-up memberimu tanggung jawab yang besar. Pada fase-fase awal, kamu dituntut untuk bisa bekerja dengan fleksibel. Artinya, kamu juga bakal mengerjakan sejumlah pekerjaan yang berada di luar bidangmu.
Sementara di instansi dan korporat yang mapan, kamu biasanya cukup menyelesaikan tugas-tugas di bidang tertentu sesuai keahlianmu, baik individual maupun bersama tim. Jadi, kamu bisa memaksimalkan pekerjaanmu untuk mengasah keahlian yang menjadi spesialisasimu.
4. Budaya kerja start-up umumnya lebih fun, sementara instansi lebih mapan dan terstruktur
Start-up biasanya memberimu kebebasan buat berpakaian ke kantor, mempunyai lingkungan kerja yang santai, dan berbagai aktivitas seru untuk dilakukan bersama rekan kerja yang rata-rata anak muda. Tapi, perusahaan startup yang tengah berkembang biasanya belum bisa memberikan gaji tinggi maupun tunjangan kepada karyawannya.
Sementara, kerja di instansi menuntutmu untuk tampil formal. Budaya perusahaan pun umumnya lebih tertib dan kaku karena rentang usia rekan kerja yang cenderung lebar. Tapi, perusahaan korporat dan instansi juga cukup mapan untuk memberimu gaji yang lebih tinggi, tunjangan, serta berbagai fasilitas lainnya.
5. Bekerja di start-up mungkin kalah gengsinya dibandingkan instansi atau korporasi
Kerja di start-up memang tampaknya keren, tapi nggak sedikit orang-orang dekatmu yang bertanya, “itu perusahaan apa sih?”. Mau gimana lagi, start-up memang biasanya kurang terkenal kalau dibandingkan instansi atau korporasi. Tapi, kalau start-up-nya berhasil berkembang, kamu bakal dicap sebagai salah satu orang penting yang ikut membesarkan perusahaan. Tentunya, perlu visi buat bekerja di start-up.
Sementara, kerja di instansi atau korporat memberimu identifikasi yang jelas, “oh, jadi kamu kerja di perusahaan A?” Hal ini juga bakal bermanfaatkan kalau suatu hari kamu memutuskan untuk pindah kerja ke perusahaan lain.
Nah, itulah beberapa perbedaan antara bekerja di start-up dengan instansi pemerintahan atau korporat. Dua-duanya sama-sama bagus, kok. Tinggal sesuaikan saja dengan etos kerjamu.